Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air, Memperkuat Ukhuwah dan Mengasah Jiwa Kepemimpinan Lewat Kegiatan LDK- BDI

Azan Ashar baru saja berkumandang.  Bergegas kami segera menunaikan sholat dan segera bersiap-siap. Ya, hari Jumat sore itu keluarga Badan Dakwah Islam(BDI) Bintaraloka akan mengadakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang bertempat di Pondok Pesantren Darul Hikmah Al Hasani – Merjosari.

Rombongan berangkat dari Bintaraloka sekitar pukul empat sore.  Setelah briefing sebentar oleh Ibu Utin Kustianing dan Bapak Muhaimin di masjid Bintaraloka, siswa langsung naik mikrolet yang sudah siap di halaman sekolah. 

Ada sekitar lima puluh siswa yang mengikuti LDK tahun ini.  Kegiatan ini disambut dengan antusias,  karena sudah dua tahun kegiatan serupa tidak bisa dilaksanakan karena pandemi. Kegiatan berlangsung mulai Jumat sore hingga Sabtu pagi dengan pendamping Ibu Utien,  Pak Muhaimin,  Pak Faqih dan Pak Abid.

Berangkat ke Pondok Pesantren, dokumentasi pribadi

Sore itu siswa putra maupun putri tampak rapi dengan busana muslim mereka. Tas ransel besar berisi baju, segala perlengkapan pribadi dan perlengkapan sholat juga siap menemani.

Perjalanan menuju pondok berjalan lancar.  Meski jalan menuju pondok beberapa masih berbatu dan naik turun, semua itu tak mengurangi semangat siswa untuk siap mengikuti kegiatan LDK.

Sekitar pukul setengah lima kami tiba di Pondok Pesantren Darul Hikmah Al Hasani. Rombongan diarahkan menuju lantai dua. 
Lagu Hubbul Wathon Minal iman langsung kami nyanyikan bersama begitu semua duduk bersama. 

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama

Tiba di Pondok Darul Hikmah Al Hasani, dokumentasi pribadi

Rasa lelah karena berdesak-desakan dalam mikrolet atau jalanan yang naik turun langsung terlupakan karena sambutan pengurus pondok yang begitu hangat. 

Semua menyanyi dengan semangat. Ya,  salah satu tujuan dari LDK ini adalah menanamkan rasa cinta tanah air, selain juga meningkatkan ukhuwah, jiwa kepemimpinan, dan meningkatkan rasa cinta terhadap alam semesta.

Acara pembukaan dilaksanakan sekitar lima belas menit kemudian.  Bertindak selaku pembawa acara adalah Ibu Utin Kustianing,  S. PdI, dan acara berisikan sambutan dari  pengurus pondok, sekolah dan pembina BDI. 

Melalui acara tersebut sekolah mengucapkan terima kasih pada pengurus pondok yang telah berkenan menerima siswa guna belajar tentang banyak hal.  Baik tentang kehidupan di pondok pesantren maupun materi LDK.

Pembina BDI juga berpesan kepada siswa supaya mengikuti kegiatan dengan baik.  Berada di pondok tentunya banyak hal baru yang dipelajari,  utamanya kemandirian.

Bapak Muhaimin, pembina BDI

Pembukaan berakhir tatkala azan Maghrib berkumandang.  Semua segera mengambil air wudhu dan sholat Maghrib berjamaah.  Sesudahnya acara dilanjutkan dengan pemberian materi pada siswa.

Adapun materi-materi yang diberikan pada siswa dalam acara LDK ini adalah:

Ustadz Dedi Novianto, dokumentasi Bu Utien

1. Kajian kitab tentang Cinta Tanah Air untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme oleh ustadz Khofi,M.Pd (dari Pesantren)
2. Materi kepemimpinan “Memimpin Diri Sendiri untuk menjadi muslim/muslimah sejati (Ustadz Dedi Noviyanto, S.Pd.I, M.Pd.I)
3. Materi “Muhasabah diri” (ustadz Drs. Junaedi, M.Pd/ Pengawas PAI kemenag Kota Malang).

Kebersamaan dan ukhuwah demikian terasa. Tentu saja, siswa harus makan bersama, sholat bersama dan mengikuti kajian bersama.

Makan malam bersama, dokumentasi Nesya

Keesokan harinya sesudah sholat Subuh berjamaah, siswa mengikuti kegiatan istighotsah yang diadakan oleh pondok dan kuliah subuh oleh Pak Muhaimin S. Ag.

Sesudahnya tibalah pada acara yang sangat menyenangkan.  Siswa diajak melakukan kegiatan tadabur alam dengan pemandu dari pesantren.

Tadabur alam merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal Allah swt yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

Tadabur alam, dokumentasi Nesya
Game saat tadabur alam, dokumentasi Nesya
Game saat tadabur alam, dokumentasi Nesya

Tadabur alam akan membersihkan diri dan jiwa kita dari energi-energi negatif yang mungkin telah bersemayam di hati dan fikiran kita dan sebagai rasa syukur atas karunia Allah yang maha luas.

Dalam kegiatan ini siswa diajak berjalan menuju lokasi terbuka dan diajak melakukan berbagai game di sana. 

Melalui game ini diharapkan bisa menumbuhkan karakter baik dan jiwa kepemimpinan pada siswa selain juga menguatkan rasa syukur atas keindahan karunia alam yang dianugerahkan Allah swt.

Setelah tadabbur alam, semua kembali ke pondok untuk melakukan giat pagi dan sarapan pagi. 

Sekitar pukul 9 pagi acara dilanjutkan dengan pemilihan dan pelantikan pengurus BDI tahun 2022/2023.
Pelantikan dilakukan oleh Ibu Utien dan Bapak Muhaimin, S. Ag selaku pembina BDI SMP Negeri 3 Malang. 

Pelantikan pengurus baru, dokumentasi Bu Utin

Harapannya semoga pengurus baru yang terpilih bisa amanah dalam menjalankan semua tugas yang dibebankan dan senantiasa dalam lindungan Allah swt.

Setelah penutupan, acara diakhiri dan siswa maupun guru mulai meninggalkan PP Darul Hikmah Al Hasani. 

Pembina BDI SMP Negeri 3 dan Pengurus Pondok Darul Hikmah Al Hasani, dokumentasi pribadi

Semoga kegiatan yang tidak terlalu lama ini bisa memberikan kesan yang manis dalam diri siswa,  utamanya bisa menumbuhkan jiwa-jiwa yang haus akan ghirah Islamiyah untuk selanjutnya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Konser Pagi di Jumat Aksi

Jumat pagi selalu dinanti. Itu yang terjadi di Bintaraloka. Ada Jumat sehat, jumat bersih, Jumat literasi dan Jumat Aksi.

Aha, jika di Jumat kemarin kami senam dan bergoyang bersama, Jumat ini kami nonton konser bersama.

Acara yang dipandu Mister Heri ini benar benar menguras perhatian. Sejak pukul tujuh siswa sudah duduk di lapangan volly untuk menunggu aksi yang akan dimunculkan. Apalagi sekarang saatnya kelas sembilan beraksi. Pastinya mereka akan berusaha tampil dengan aksi terbaik supaya tidak kalah cetar dengan adik-adiknya.

Bersama Mister Hery pembawa acara, dokumentasi Apple

Jika kelas delapan di aksinya banyak menunjukkan aksi olah raga dan seni, kelas sembilan banyak menampilkan seni, khususnya tari dan nyanyi.

Tampilan tari kreasi dari kelas 3.5.1 dan 3.5.6 membuat suasana Jumat begitu semarak. Kostum putih-putih ataupun selendang orange yang berkilau tertimpa sinar matahari membuat tampilan tari dan dance demikian cantiknya.

Dance, dokumentasi Buz
Tari kreasi, dokumentasi Apple

Selain tari tampilan lagu-lagu membuat suasana lapangan volly Bintaraloka tak ubahnya lapangan konser. Lihat saja, penonton melambaikan tangan dan ikut menyanyi bersama saat lagu yang dibawakan sangat mereka kenal.

Ada yang menampilkan lagu Celengan Rindu, Jadi Kekasihku Saja , Asal Kau Bahagia , Cinta Terbaik juga Pupus. Sangat kekinian.

Kolaborasi 9.6 dan 9.3, dokumentasi Apple
Jadi Kekasihku Saja, tampilan 2.3.1, dokumentasi Apple
Duet 9.5, dokumentasi Apple
Cinta Terbaik, dokumentasi Apple

Tiap kali reffrain lagu, sontak satu lapangan ikut menyanyi.. Hmm, benar-benar lagu yang sangat mengena di hati penontonnya.

Berbeda dengan kelas 7 dan 8, pada tampilan kelas 9 ada kolaborasi antar kelas. Seperti antara kelas 9.7 dan 9.8, juga antara 9.7 dan 9.3.

Di samping aksi kelas 9, ada juga tampilan yel dari kelas 7. Yel yang ditampilkan adalah yel 7.2 yang seminggu sebelumnya ditampilkan di Perayaan Projek Tema Aku Bijak Berinternet.

Yel 7.2, dokumentasi Buz

Kelas 7.2 membawakan yelnya dengan penuh semangat dan percaya diri sehingga mendapat applaus meriah dari para penonton.

Pukul delapan pagi acara Jumat Aksi ditutup dengan penampilan lagu Pupus. Tampilan yang manis, dan sempat membawa penontonnya kembali ikut bersenandung.

Pupus, dokumentasi Apple

Bel berbunyi.., saatnya masuk kelas dan mengikuti pelajaran kembali.
Bagaimana kisah Jumat Aksi berikutnya? Tunggu ceritanya ya…

Bintaraloka Oke… 🙂

Nobar Bal-balan

Sumber gambar: Yoursay. id

“Ssh…Cup Le, ” bisik Mbak Sur lembut sambil menggoyang-goyangkan Danang dalam gendongannya .

Bayi berumur tujuh bulan itu meringkuk dengan napas yang agak memburu. Demam membuat badannya begitu panas.

” Sudah dibawa ke Puskesmas, Mbak? ” tanya Mbak Menur tetangganya.
“Sudah, kemarin, ” jawab Mbak Sur sambil terus menenangkan Danang yang makin gelisah.
“Apa kata dokter? ” tanya Mbak Menur lagi.
” Disuruh banyak makan, minum, memang musimnya flu .., “
“Dikasih sirup? “
“Bukan.. Puyer.., “
“Sekarang usum DB lho, “
Kata-kata Mbak Menur membuat Mbak Sur makin gelisah.

Danang menangis lagi
“Mbak, tak tidurkan dulu ya.., ” kata Mbak Sur pamitan dan segera masuk rumah.
“Iya Mbak.., ” jawab Mbak Menur sambil masuk ke rumahnya yang persis bersebelahan dengan rumah Mbak Sur.

Di ruang tengah Mas Pardi sedang asyik dengan tabloidnya. Bal-balan. Dari hari ke hari pulang kerja langsung duduk dan baca. Itu saja kegiatannya. Bahkan anak sakitpun kadang tidak ditoleh.

“Mas, mbok anaknya dilihat.., ” kata Mbak Sur jengkel. Masak anak sakit dibiarkan saja, pikirnya. Tidak bingung sama sekali.

“Masih panas ta? ” tanya Mas Pardi sambil meletakkan korannya. Dipegangnya dahi Danang. Si Bayi menggeliat.
“Sudah obatan kan? ” tanya Mas Pardi lagi.
“Barusan…, biar tidur dulu wes, ” kata Mbak Sur sambil masuk kamar.

Sepuluh menit menemani si bayi membuat Mbak Sur bablas ketiduran. Seharian ia banyak menggendong Danang yang rewel sehingga badannya terasa begitu capek.

Mas Pardi melihat jam dinding. Ketika jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, bergegas diambilnya kresek kecil. Isinya kacang kulit dan rokok. Dengan pasti ia segera keluar menuju rumah tetangga sebelah.

“Sudah main, ta? ” tanya Mas Pardi pada Mas Tarno tetangganya.
“Masih iklan, ayo masuk, “
Keduanya duduk di depan TV. Di sana sudah siap gorengan dan akua.
“Tak tambahi.., ” kata Mas Pardi sambil meletakkan kreseknya. Mas Tarno tertawa senang. Sepak bola dan kacang…. pasangan yang benar- benar klop. Nonton bola terasa gayeng sambil nyamil kacang.

Televisi Digitec empat belas inchi benar-benar kotak ajaib yang menghipnotis keduanya. Mas Pardi dan Mas Tarno begitu khusyuk menatap para pemain yang begitu piawai menggocek bola.

Sebenarnya sudah lama Mas Pardi ingin punya televisi sendiri. Ia ingin bisa nonton sepak bola yang selama ini hanya bisa ia nikmati lewat tabloid atau koran.
Tapi begitulah. Tiap kali mengumpulkan uang, uangnya selalu katut untuk keperluan yang lain, hingga televisi yang diidam-idamkan belum juga bisa terbeli.

Tapi tak apa. Kebetulan Mas Tarno tetangganya bisa membeli TV. Karena daya listrik di rumahnya kurang, Mas Tarno mengambil listrik dari rumah Mas Pardi untuk menghidupkan televisi.

Nyalur kata orang kampung. Meski menurut aturan tidak boleh, yang penting tidak ketahuan karena rumah mereka hanya berjarak satu gang sempit. He..he.. Simbiosis mutualisme katanya.

Sebagai gantinya Mas Tarno sedikit memberikan uang listrik ke Mas Pardi tiap bulan. Berapa besarnya? Ah, itu urusan istri-istri mereka. Mbak Sur dan Mbak Menur. Yang penting semua lancar, semua senang.

Malam semakin larut. Danang kembali rewel. Mungkin lapar karena tadi sore belum sempat makan.
“Ayo maem dikit ya Le… ,”
Mbak Sur menggendong Danang sambil membawa mangkuk kecil berisi bubur instan .

“Ayo, sedikit lagi…, “
Meski sulit, akhirnya bubur dalam mangkuk habis juga, sekaligus puyer.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih. Karena gerah Mbak Sur mengajak Danang mencari udara segar di depan rumah.
Sejuknya angin juga kerja obat membuat Danang mulai mengantuk.

Mbak Sur tampak lega, meski juga resah. Ya, ibu mana yang tak gelisah jika anaknya sakit ? Dielusnya kepala si kecil yang mulai terkantuk-kantuk.

Gemerisik suara pertandingan bola terdengar dari rumah sebelah. Ah ya, ini kan malam Senin? Waktunya Liga Italia, Mas Pardi pasti di sebelah, pikir Mbak Sur.

Sesekali Mas Pardi suka nobar dengan teman-temannya di poskamling. Tapi sejak Mas Tarno punya televisi nobarnya pindah ke sebelah.

Ketika Danang semakin tenang Mbak Sur beranjak masuk rumah. Tiba tiba..
“Ayo.. Ayo… Oper.. !”
“Apik wes, goool!”
“Gool…!! “
teriakan terdengar silih berganti dengan begitu kerasnya. Bahkan ‘gol’ yang terakhir membuat Danang terlonjak dalam gendongan.

“Huaaaa…! ” teriak Danang ketakutan. Bayi itu menangis keras-keras.
“Astaghfirullah..! Kebacuut…,”teriak Mbak Sur gemas.

Kejengkelannya pada Mas Pardi kian menjadi. Sudah anak panas tidak ikut nunggu, ditinggal nonton bal-balan, teriak-teriak pula.

Tanpa banyak cakap Mbak Sur masuk rumah. Ia tahu benar apa yang harus dilakukan. Dilepasnya steker yang menghubungkan TV rumah sebelah dengan rumahnya. Steker itu tersembunyi di dekat pintu dapur.

Pedhot wes, pikirnya puas.

“Lhoooo! “
“Waduh, mati…! “
teriakan gembira di rumah sebelah langsung berubah jadi kecewa.

Bergegas Mbak Sur masuk ke kamar dan segera menutup pintu.

Tak berapa lama ada sedikit suara kesibukan dari arah dapur.

“Lepas ya cop- copannya? ” tanya Mas Tarno.
“Iya, paling dipancal kucing ini tadi.., “jawab Mas Pardi.
Sementara keduanya sedang sibuk memeriksa steker dan stop kontak, Mbak Sur cepat-cepat memejamkan mata. Senyum kemenangan tergambar jelas di wajahnya.


Gempita Perayaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tema ‘Aku Bijak Berinternet’

Berfoto setelah penandatanganan komitmen, dokumentasi pribadi Fabi

Mana semangatmu?
Ini semangatku!

Gempita semangat benar-benar terasa di aula Jumat pagi itu. Semua siswa kelas tujuh, bapak ibu guru wali kelas dan penanggung jawab tema satu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila bersama sama menyiapkan perayaan Projek Aku Bijak Berinternet.

Perayaan ini menandai akhir dari Projek Tema satu, dan mulai minggu depan kami akan masuk pada Projek Tema dua.

Semua bekerja bahu membahu. Ada yang menyiapkan kursi, sound, LCD dan yang paling penting menyiapkan siswa agar bisa menunjukkan performa terbaik mereka di depan wali murid pagi ini.

Oh ya, selain guru dan kepala sekolah acara perayaan ini juga dihadiri perwakilan wali murid dan ketua komite SMP Negeri 3 Malang.

Suasana aula juga diramaikan dengan pajangan karya infografis siswa di dinding aula.

Sekitar pukul 8 lebih lima menit acara dimulai. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ibu Utien, acara dilanjutkan dengan sambutan Ibu Kepala Sekolah.

Ibu Kepala SMP Negeri 3 Malang menyapa siswa dengan penuh semangat. Dalam sambutannya beliau menekankan pentingnya penanaman karakter baik pada siswa.

Menyanyikan lagu Indonesia Raya, dokumentasi pribadi Fabi

Sesudahnya acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu dan tepuk Pelajar Pancasila yang dipandu oleh Ibu Ami dan Ibu Novi.

Ibu-ibu wali murid tampak surprise. Tentu saja, anak-anak menyanyi dengan kompak dan irama lagunya sangat familier. Lagu Pelajar Pancasila menggunakan irama lagu Naik Becak karya Ibu Sud.

Menyanyikan lagu dan tepuk Pelajar Pancasila, dokumentasi pribadi Fabi
Memimpin lagu dan tepuk Pelajar Pancasila, dokumentasi pribadi Fabi

Sesudah ‘naik becak’ bersama-sama acara dilanjutkan dengan penampilan yel tiap kelas.
Yel yang ditampilkan harus tetap memuat konten yang dipelajari yaitu bijak berinternet

Yel salah satu kelas, dokumentasi pribadi Fabi

Kreatifitas siswa benar-benar luar biasa. Yel dirancang hari Rabu, dilatihkan hari Kamis dan ditampilkan hari Jumat. Bermacam lagu bisa dimodifikasi menjadi yel. Ada lagu Apuse, Laskar Pelangi, Menanam Jagung, bahkan Hey Tayo. Waktu yang demikian pendek tidak menghalangi mereka untuk tampil bagus dan penuh percaya diri.

Tepuk tangan bergema di akhir tiap yel yang ditampilkan.
Sesudah yel, acara dilanjutkan dengan penandatanganan komitmen tiap kelas. Ya, yang paling penting dari projek ini adalah kesadaran dan komitmen siswa untuk lebih bijak berinternet.

Penandatanganan komitmen dilakukan siswa beserta wakil dari paguyuban masing masing kelas dan wali kelas.

Perwskilan kelas, dokumentasi pribadi Fabi
Penandatanganan komitmen, dokumentasi pribadi Fabi

Sesudah penandatanganan acara dilanjutkan dengan berfoto bersama tiap kelas bersama wali kelas, Ibu Kepala Sekolah, Ibu Ketua Komite dan paguyuban.

Sesudahnya acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ibu Ketua Komite SMP Negeri 3 Malang. Dalam sambutannya Ibu Vivi yang juga alumnus SMP Negeri 3 Malang itu mengungkapkan perlunya penanaman karakter baik pada siswa dalam suasana yang fun seperti yang dilakukan sekolah pada hari itu.

Sambutan Ibu Ketua Komite, dokumentasi pribadi Fabi
Kesan orang tua siswa, dokumentasi pribadi Fabi

Begitu antusiasnya wali murid dengan acara ini tampak dari pesan dan kesan yang disampaikan oleh perwakilan walimurid. Pada prinsipnya walimurid mendukung penyelenggaraan acara yang sangat menyenangkan ini.

Berakhirnya projek adalah hal yang patut dirayakan karena telah sekian lama kita belajar bersama, dan bekerjasama untuk menumbuhkan karakter baik pada diri siswa.

Perlu diketahui pula hasil akhir dari projek tema satu ini adalah video kampanye bijak berinternet, dimana video yang terbaik akan diupload di channel youtube sekolah.

Sesudah berdoa, siswa diperbolehkan beristirahat dan acara dilanjutkan dengan sosialisasi Projek tema dua oleh Ibu Arie Susanie dan tim penanggung jawab projek tema dua.

Sosialisasi projek tema dua, dokumentasi pribadi Fabi
Tim penanggung jawab projek tema dua, dokumentasi pribadi Fabi

Sosialisasi ini sangat penting karena dukungan dan partisipasi orang tua sangat diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan projek.

Tentang apa dan bagaimana projek tema dua silakan tunggu di tulisan berikutnya…:)
Semoga bermanfaat dan Salam Pelajar Pancasila!

Srimulat, Bahwa Melawak Memerlukan Kerjasama dan Kekuatan Karakter

Sumber gambar: IDN Times

Layar dibuka. Seorang pembantu rumah tangga dengan membawa kemoceng dan berkalung serbet sedang asyik bersih-bersih di ruang tamu. Tidak hanya tangannya yang bekerja,  mulutnya juga terus bekerja alias menggumam, mengeluhkan sikap majikannya (Bahasa Jawa: ngrasani).  Yang dibicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan buruk majikannya.

Biasanya yang paling dijadikan bahan rasanan adalah sifat majikan yang pelit, atau suka bertengkar dengan istrinya.

Tak berapa lama ketika asyik ngomong sendiri tiba-tiba majikan perempuan datang.  Majikan perempuan ini biasanya cantik,  manis,  berkebaya dan bersanggul.  Diam diam pembantu ini naksir pada majikan perempuannya.  Dari sini muncul dialog yang ger- geran.  Baik ucapan ataupun tindakan selalu mengundang tawa.

Demikian sekilas pembukaan acara lawak Srimulat.  Acara yang menjadi favorit baik tua maupun muda.  Lawak yang pernah mengalami kejayaan di masanya. Acara lawak biasanya dibuka dengan instrumen yang begitu khas,  suara orang bertepuk tangan dan setting panggung yang menggambarkan ruang tamu. 

Srimulat adalah grup lawak yang didirikan oleh Teguh Slamet Rahardjo dan istrinya yang bernama Srimulat tahun 1950 di Surakarta dengan nama Gema Malam Srimulat.

Pada awalnya Gema Malam Srimulat adalah kelompok seni keliling yang melakukan pertunjukan dari satu kota ke kota lain dari Jawa Timur sampai Jawa Tengah. Srimulat memulai lawakan pertama mereka pada 30 Agustus 1951.

Pada tahun 1961 grup ini mulai menancapkan kakinya di THR Surabaya dengan nama Srimulat review. Meski  ada beberapa  grup  lain yang menyampaikan kritik social lewat lawak, Srimulat tidak ikut terbawa arus.  Dalam lawakannya Srimulat benar-benar hadir untuk menghibur dengan membawa subkultur Jawa. 

Dalam perkembangannya Srimulat akhirnya bisa mendirikan cabang-cabangnya di Jogja,  Semarang,  Surabaya dan Jakarta.

Srimulat mempunyai banyak pemain dan komposisinya selalu berganti-ganti.Walau demikian lawakannya selalu lucu dan mengena di hati. 

Sumber gambar: Kompaspedia.com

Meski materi lawakannya sering diulang-ulang , grup lawak yang dikomandani oleh Asmuni,  Bambang Gentolet,  Didik Mangkuprojo , Tarzan, Paimo , Tessy,  Isye dkk ini sangat sukses mengocok perut penonton dikarenakan para pemainnya yang memiliki karakter yang kuat.

Bambang Gentolet dengan gayanya yang ‘lholak-lholok’,  Didik Mangkuprojo yang sok ilmiah,  Asmuni dan Tarzan yang sok bijaksana , Isye yang genit dan menggemaskan dan Tessy yang wow,  sungguh merupakan perpaduan yang memberikan  hiburan hampir di setiap akhir pekan.

Selain masalah-masalah  dalam rumah tangga, Srimulat juga pernah mengangkat kisah horor.  Yang paling saya ingat ada satu episode horor yang berjudul Suntikan Darah Drakula dengan pemeran utamanya Paimo. Saat menonton acara tersebut kami anak-anak kecil sampai menjerit-jerit ketakutan tapi sambil tertawa terpingkal-pingkal. 

Bisa ditebak esok harinya cerita horror tersebut menjadi bahan pembicaraan yang ramai di sekolah.  Saat itu stasiun TV cuma satu,  sehingga kami pasti menonton di channel yang sama yaitu TVRI.

Di televisi biasanya acara Srimulat tampil sendiri,  atau sering juga disisipkan dalam acara Galarama. Acara hiburan musik dari TVRI Surabaya saat itu.

Ada masanya dimana Srimulat mengalami pasang surut. Namun sejak pentas kembali di sebuah stasiun televisi swasta Srimulat kembali lagi pada kejayaannya.

Beberapa pemain Srimulat bahkan ada yang menjadi selebriti.  Sebutlah Nunung, Gepeng,  Kadir, Doyok, Basuki jugaThukul.

Proses regenerasi dalam Srimulat berjalan terus. Seiring berjalannya waktu pelawak yang lama satu demi satu mulai pensiun.  Entah karena sudah tua atau meninggal dan digantikan oleh pelawak-pelawak baru yang tak kalah lucunya.

Berbeda dengan lawakan stand up komedi lawakan Srimulat mengandalkan kerjasama antar pemain si dalamnya.  Saling memberi umpan adalah cara untuk menciptakan dialog-dialog lucu di dalamnya.  Karena itu tak heran jika pemain Srimulat tampil solo tidak akan selucu saat tampil bersama.  Sebab kekuatan grup ini adalah pada kebersamaan yang bisa saling melengkapi.

Ya,  dari Srimulat bisa diambil pelajaran bahwa yang diperlukan dalam melawak tidak sekedar lucu,  tapi perlu juga adanya kerjasama dengan tetap menguatkan karakter masing-masing personil.