Sebuah Cerita Tentang Kopdar Sore Itu

Sore itu lalu lintas kota Malang ramai seperti biasanya. Di akhir pekan pukul tiga atau menjelang setengah empat, jalan sudah mulai dipadati anak-anak pulang sekolah atau orang yang pulang kantor.

Dari sekolah, Vario saya pacu menuju Jl Celaket gang satu tepat di sebelah SMP Cor Jesu Malang. Ya, hari ini jam tiga sore sepulang sekolah saya ada janji dengan seorang Kompasianer untuk bertemu langsung di kedai mie bakar yang lokasinya di sekitar situ.

Kedai mie bakar sangat dekat dari sekolah saya. Hanya sepuluh menit bersepeda motor.
Di tepi jalan Celaket gang 1 tampak seorang wanita duduk di atas sepeda motor membelakangi saya. Begitu menoleh, “Bu Yayuk,” seru saya.
Saya tak mungkin lupa wajahnya, karena persis dengan fotonya di Kompasiana.

Bu Yayuk tersenyum. Kami saling bersalaman, cipika cipiki pula..he..he..

Segera kami melanjutkan perjalanan ke Tawangmangu. Menurut Bu Yayuk yang sudah tiba lebih dahulu, kedai mie bakar ternyata membuka cabang lagi di daerah Tawangmangu khusus untuk yang makan di tempat. Kedai di Celaket hanya diperuntukkan untuk pesanan lewat online.

Depan kedai mie bakar, dokumentasi pribadi

Sampai di kedai kamipun antri untuk pesan makanan dan minuman sambil ngobrol tiada habisnya. He..he.. rupanya kami sama sama jenis manusia yang rame, punya banyak cerita.

Pembicaraan ngalor ngidul seputar apa saja. Tentang dunia menulis, tentang anak anak , sekolah dan banyak lagi.

Meski baru pertama kali kami kopi darat tapi keakraban begitu cepat terjalin. Lewat saling membaca tulisan, kami seolah sudah mengenal begitu lama.

Dari cerita sore itu saya tahu bahwa Bu Yayuk ternyata sering lewat depan sekolah saya di Jl Dr Cipto, sementara saya sendiri sering lewat depan kampung tempat tinggal Bu Yayuk daerah Jl Hamid Rusdi. Kami tertawa bersama melihat fakta tersebut.
Ah, lucu sekali. Kami yang bertetangga begitu dekat dekat ternyata harus berkenalan dulu lewat Kompasiana.

Hal lain yang menarik, dulu semasa masih ada ujian nasional di mana pengawasan dilaksanakan secara silang, hampir setiap tahun saya menjadi pengawas di Cor Jesu, sekolah Bu Yayuk. Mestinya kami pernah bertemu saat itu, hanya saja belum saling kenal.

Mie bakar pesanan kami sudah datang. Aromanya begitu menggoda. Mie kekinian, khas selera anak muda sudah tersaji di depan kami dengan dua gelas teh hangat. Sambil menikmati mie bakar pembicaraan terus mengalir di antara kami. Begitu hangat dan akrab.

Ketika hari semakin sore kamipun bersiap pulang. Segera kami ke parkiran untuk mengambil sepeda masing masing.
“Lewat mana , Bu?” tanya Bu Yayuk.
” Balik Celaket saja, Bu,” jawab saya.

Bu Yayuk segera mengendarai sepedanya dan saya mengikuti dari belakang.
Sepeda kamipun beriringan kembali menuju Celaket.

Sampai di Celaket Bu Yayuk menuju arah ke Jl. Hamid Rusdi, sementara saya terus ke Kayutangan untuk selanjutnya menuju rumah saya di Bareng.

Bersama Bu Yayuk, dokumentasi pribadi

Sore yang indah. Sungguh sebuah rahasia Tuhan, bahwa karena kesenangan yang sama yaitu menulis di Kompasiana kami bisa bertemu dan berbincang akrab di kedai mie bakar sore ini.

Semoga di hari berikutnya kami akan bisa kopi darat lagi. Mungkin sambil mbakso atau ngopi bersama di Kayutangan. Aha..

Menanamkan Kembali Rasa Cinta Lingkungan, Sebuah Tantangan Pembelajaran Pasca Pandemi

Matahari menampakkan wajahnya malu-malu. Sepanjang pagi itu mendung bergantung di atas kota Malang. Padahal pagi itu kami sudah berencana untuk melaksanakan agenda rutin tiap bulan yaitu Jumat Pokja.

Jumat Pokja adalah hari dimana siswa diminta bekerja sesuai pokja atau kelompok kerja masing-masing. Ada banyak pokja yang ada di sekolah . Pokja toga, sanitasi, masjid, Ipal, inovasi teknologi, tanaman hias dan tanaman keras, biopori dan lainnya.

Pokja toga, dokumentasi pribadi

Pada prinsipnya pokja-pokja dibuat agar siswa belajar peduli pada lingkungan sekitarnya.
Kepedulian di asah dengan memelihara lingkungan yang ada di dekat siswa yaitu sekolah.

Saya sendiri tergabung dalam Pokja toga dengan jumlah siswa sekitar 25 orang

Sehari sebelum Jumat Pokja sebelumnya briefing sudah dilakukan oleh Bu Utin koordinator lingkungan sekolah pada semua koordinator pokja. Tujuannya adalah agar kerja pokja esok hari lebih terarah lebih-lebih sebentar lagi akan diadakan lomba sekolah sehat.

Pokja aquaponik, dokumentasi Pak Ardilla

Pembelajaran daring dua tahun mempunyai dampak yang luar biasa pada siswa. Tidak hanya pemahaman terhadap konten yang banyak mengalami penurunan, pembiasaan baik juga banyak mengalami penurunan.
Sebagai contoh kesadaran terhadap kebersihan sangat kurang , dan kepedulian pada kelestarian lingkungan sekitar juga sangat menurun.

Ya, sesudah dua tahun pandemi kiranya banyak PR yang harus dilakukan sekolah dalam menanamkan kembali kebiasaan baik pada siswa, dan satu di antaranya adalah membangkitkan kembali rasa kepedulian siswa pada lingkungan.

Pokja masjid, dokumentasi P. Muhaimin

Dalam pelaksanaan kegiatan Jumat Pokja kemarin ada banyak hal yang dilakukan siswa. Yang jelas pertama kali kelas dibersihkan bersama -sama. Setelah sekitar dua puluh menit membersihkan kelas, siswa segera berkumpul sesuai pokja masing-masing untuk mendapat briefing dari koordinator pokja.

Setelah briefing pekerjaanpun dimulai di daerah kerja masing-masing. Pokja tanaman menata pot-pot tanaman yang ada di sekolah.

Pokja akuaponik mulai menata kembali akuaponik di sekitar kolam.

Briefing koordinator pokja, dokumentasi pribadi

Pokja sampah melakukan pemilahan sampah dan komposting, pokja sanitasi mengurusi kebersihan kamar mandi dan sekitarnya, pokja toga yang mengurusi berbagai macam tanaman toga, membuat katalog tanaman , juga merencanakan pengolahan toga menjadi produk- produk tertentu.

Sebelum pandemi kami dulu sering membuat minuman jahe, sereh dan kayu manis. Minuman segar berbahan dasar tanaman toga.

Tidak ketinggalan pokja pupuk cair yang memasukkan pupuk dari tong besar kedalam botol-botol kecil dan kembali membuat lagi pupuk cair dari leri (air cucian beras), dan banyak lagi.

Memasukkan pupuk cair dalam botol, dokumentasi pribadi P.Dian
Membuat pupuk cair, dokumentasi pribadi P. Dian

Ada yang sangat menarik. Pokja hidroponik panen hari itu. Sayuran dalam baskom besar dibawa ke ruang guru dan bapak/ibu guru ramai-ramai membeli sayuran hasil panen tersebut.

Satu ikat sayuran dijual lima ribu rupiah. Lumayan. Disamping mengajar siswa peduli merawat dan mengolah lingkungan, lewat kegiatan ini siswa juga diajak belajar berwirausaha.

Panen pokja hidroponik, dokumentasi pribadi
Membeli hasil panen, dokumentasi Bu Yuliana

Aha, itu sedikit cerita kegiatan pokja di Bintaraloka. Banyak tugas yang harus dilakukan sekolah dalam pembelajaran pasca pandemi ini utamanya penanaman kembali berbagai kebiasaan baik yang salah satunya adalah rasa cinta kita pada lingkungan.

Kegiatan masing-masing Pokja, dokumentasi pribadi

Ya, bumi tempat tinggal kita satu-satunya. Kelestarian bumi sangat tergantung pada cara kita merawat dan memeliharanya.

Salam Bumi Hijau Lestari.

Bintaraloka Goes to Jember, Mengunjungi Resepsi Pernikahan Bu Cahya

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih sedikit ketika sepeda motor saya berhenti di halaman depan Bintaraloka.

Wih, terlambat ini.. pikir saya..Gara- gara menunggu zoom pagi anak saya selesai, saya jadi tergesa-gesa berangkat menuju sekolah.

Di seberang SMP 3 bus sekolah sudah menunggu dan di dalamnya teman-teman sudah siap berangkat. Ya, hari Minggu ini kami semua akan pergi ke Jember mengunjungi resepsi pernikahan Bu Cahya guru TIK kami.

Duduk di dekat Bu Hastuti, saya langsung disodori Aqua dan nasi kuning. Mantap sekali. Bu Has tahu kalau saya belum sarapan.

Setelah mengecek penumpang, bus siap-siap berangkat. Namun sebelumnya kami semua berdoa dengan dipimpin oleh Pak Muhaimin teriring harapan semoga perjalanan lancar dan kami semua diberikan keselamatan baik saat berangkat maupun saat pulang.

Bus perlahan meninggalkan Bintaraloka. Hari Minggu suasana lalu lintas tak begitu ramai sehingga perjalanan begitu lancar.

Suasana dalam bus, dokumentasi pribadi

Dalam bus suasana demikian akrab. Lagu-lagu mulai dikumandangkan, beberapa penumpang termasuk saya segera sarapan. Kudapan mulai berseliweran. Ada bentoel, pilus, lepet .. wah, pokoknya semua maknyus.

Ya, kebersamaan membuat makanan apapun terasa nikmat. Lebih-lebih tatkala Bu Any membagi bagikan satu gelas kecil minuman untuk masing- masing penumpang termasuk sopir dan dua orang crewnya.

Minuman penambah semangat, dokumentasi pribadi

Minuman penambah semangat, berupa Fanta dan susu Ultra. Luar biasa…sesudah minum, beliau kuat menyanyi satu album untuk menghibur kami semua.

Rest area Bangil, dokumentasi pribadi

Sekitar Dzuhur kami sampai di desa Semboro Jember. Sholat jama’ dan qoshor dilaksanakan di Masjid KUA desa Semboro.

Masjid KUA Semboro, dokumentasi Cyin Any

Sekitar pukul satu kami tiba di tempat berlangsungnya resepsi. Desa Rejoagung tepatnya. Karena undangan untuk kami adalah jam dua, kamipun dipersilakan beristirahat di rumah tak jauh dari tempat resepsi. Ya, saat itu ada undangan dari kloter tamu yang lain sehingga harus bergiliran.

Tiba di tempat resepsi, dokumentasi pribadi

Istirahat yang berlangsung kira kira 45 menit kami gunakan untuk ngobrol, atau berjalan- jalan di sekitar rumah. Beberapa teman yaitu Pak Vigil, Pak Zaki, Pak Gerry dan Pak Fabi sudah ada tempat acara pernikahan sehari sebelumnya.

Jalan-jalan dan dapat teman baru, dokumentasi Pak Aksan
Rehat sebentar, dokumentasi Cyin Any

Menjelang jam dua kami dipersilakan ke tempat resepsi. Ruangan begitu penuh undangan. Wajah -wajah bahagia tampak di mana- mana, terutama dari wajah kedua mempelai.

Kedua mempelai, dokumentasi pribadi

Sambil menikmati hidangan lagu- lagu mulai dilantunkan sehingga suasana terasa demikian hangat.

Pak Gerry in action, dokumentasi pribadi

Kira kira satu jam kemudian kami berpamitan pulang. Rencana untuk mampir ke pantai, Adira atau ke mall Kencong tidak jadi dilakukan karena perjalanan balik ke Malang memerlukan waktu yang lumayan lama.

Sebagai gantinya kami berbelanja ke pusat oleh-oleh. Banyak belanjaan yang dibawa setelah mampir pusat oleh oleh. Dan yang banyak dibeli oleh bapak/ibu guru adalah tape. Baik tape singkong ataupun proll tape.

Belanja oleh-oleh, dokumentasi pribadi

Hujan mengguyur deras sepanjang perjalanan pulang dari Jember ke Malang. Tapi semua itu tak masalah karena suasana dalam bus demikian hangat. Ya, konser musik yang dilakukan di dalam bus membuat perjalanan yang panjang tak terasa melelahkan.

Berfoto bersama, dokumentasi Cyin Any

(Tentang konser, saya tulis dalam tulisan saya yang lain)

Ah, sebuah perjalanan manis dari Malang ke Jember.

Akhirnya selamat berbahagia Bu Cahya, semoga senantiasa mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Tuhan, dan bapak/ibu guru yang akan menyusul semoga segera menyusul.. supaya kita semua bisa jalan-jalan lagi.. he..he…

Semoga segera menyusul, dokumentasi Cyin Any

Sebuah Cerita Tentang Konser di Atas Bus Sekolah

Ini adalah bagian tulisan tentang perjalanan kami untuk menghadiri pernikahan Bu Cahya di Jember.

Perjalanan yang begitu manis, meski jarak yang ditempuh lumayan jauh, namun keceriaan tetap terpancar di wajah-wajah kami, lebih -lebih saat mengadakan konser di atas bus sekolah.

*********

Karaoke dalam bus, dokumentasi pribadi

Usah lagi..
Perpisahan jadi beban di hati…
Tak kan lagi..
Ada harapan cinta tuk kembali…

Dengan suaranya ya wow , Ibu Any menyanyikan satu demi satu lagu Nicky Astria dan Anggun C Sasmi. Suara Bu Any yang melengking tinggi menurut saya kira-kira sebelas duabelaslah dengan Nicky Astria.

Begitu miripnya, mungkinkah kalau rekaman nanti Bu Any akan beralih nama menjadi Besty Astria? Entahlah. Yang jelas saya siap menjadi penulis saat launching albumnya nanti.

Nada nada tinggi dari lagu Lentera Cinta, Jarum Neraka, Takut, juga Mata Laki laki dieksekusi dengan manis oleh Bu Any. Tentunya sesekali diselingi dengan gayanya yang agak nakal. Menggoda satu demi satu awak bus, bahkan pak sopir dan crew nya juga.

Itu adalah pemandangan yang terjadi tatkala kami dalam perjalanan pulang dari ‘buwuh’ di Jember.

Mulanya pulang dari Jember kami ingin mampir ke pantai, atau ke mall. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya kedua acara diganti dengan belanja oleh- oleh dan… konser!

Konser dalam bus selalu dilakukan saat warga Bintaraloka bepergian. Ya, ada banyak penyanyi handal di Bintaraloka. Sebutlah Bu Diana yang yang suaranya demikian empuk,cocok untuk lagu lagu lembut, semisal Teluk Bayur, Kau Selalu di Hatiku, Andai Kau Datang Kembali dan banyak lagi.

Bu Sri Hastuti, Bu Maria, Pak Zaki juga mempunyai suara yang indah. Pak Vigil yang diam-diam menghanyutkan, namun sayang sekali kemarin tidak ambil bagian dalam konser. Dan yang tak boleh dilupakan, Pak Gerry yang mempesona.. he..he.. yang terakhir ini kelihatannya sudah mulai punya fans di Jember.

Pak Gerry, salah satu penyanyi Bintaraloka, dokumentasi pribadi

Yang sangat memukau penampilannya pada hari itu adalah Ibu Any yang membawakan satu album, sekali lagi satu album lagu -lagu Nicky Astria. Mantap tenan..

Mendengar lagu-lagu Nicky membuat ingatan kami, utamanya yang senior ini langsung terlempar ke masa lalu. Masa di mana musik rock merajai Indonesia.

Lagu- lagu Nicky mempunyai kenangan tersendiri di hati kami masing masing. Lagu Misteri Cinta mengingatkan saya ketika sering latihan basket menjelang turnamen di masa SMA, sementara lagu yang sama mengingatkan Mister pada kenangan ketika menjadi panitia Tujuh Belas Agustusan di kampungnya. He..he.. benar benar lagu top saat itu.

Saat itu penyanyi rock banyak bermunculan. Nicky Astria, Mel Shandy, Anggun C Sasmi, Conny Dio dan banyak lagi. Dari grup musik saat itu yang sangat terkenal adalah God Bless dengan vokalisnya Achmad Albar.

Lagu-lagu saat itu dibuat dengan irama yang menghentak namun syair lagunya demikian melankolis. Tidak percaya? Mari kita cermati lagu ini:

Kala cinta berlabuh di dermaga
Kutelusuri karang terjal berliku
Tak peduli pasirnya melukai
Aku pasrah dalam rangkulnya

Bila cinta berlumur dusta
Aku tenggelam dalam keruhnya
Sebab dia memberi surya
Walau dia perih menyalibku

Pedihnya kemesraan yang dalam
Adalah luka karena tikamnya
Tetes darah di atas sukacita
A-a-a-a-adalah sukarela
Di atas getarnya

Aku menjadi bulan atas riaknya
Aku menjadi bintang di atas gelombang
Aku jadi segala yang diinginkannya
Untuk didamparkan di pantai ini

Duh… Jadi ingat masa muda dulu…

Habis satu album, konser dilanjutkan oleh Pak Gerry. Nah, kini saatnya yang muda beraksi .
Suasana menjadi semakin gayeng dan santuy terutama saat lagu -lagu kekinian didendangkan.

Sebutlah lagu Ojo Dibanding-bandingke, Kartonyono Medhot Janji, Mendung Tanpo Udan dan lainnya.

Mari kita cermati lagu Mendung Tanpo Udan berikut ini:

Mendung tanpo udan (Mendung tanpa hujan)
Ketemu lan kelangan (Ketemu dan kehilangan)
Kabeh kuwi sing diarani perjalanan (Semua itu yang dinamakan perjalanan)

Awakdewe tau duwe bayangan (Kita pernah punya angan-angan)
Besok yen wis wayah omah-omahan (Besok jika waktunya berumah tangga)
Aku moco koran sarungan (Aku baca koran sarungan)
Kowe belonjo dasteran (Kamu belanja dasteran)

Nanging saiki wis dadi kenangan (Namun sekarang cuma jadi kenangan)
Aku karo kowe wis pisahan (Aku dan kamu harus pisahan)
Aku kiri kowe kanan (Aku kiri kamu kanan)
Wis bedo dalan (Sudah beda jalan)

Aseeek….

He..he.. saya senyum senyum sendiri. Dua generasi yang berbeda baik dalam gaya maupun selera musik. Semua tetap khas dengan karakter musik masing-masing.

Yang satu menghentak namun melankolis, satunya lagi memandang masalah dengan penuh rasa humor, demikian hangat dan santai.

Suasana dalam bus, dokumentasi pribadi

Semua indah, dan kolaborasi cantik di antara keduanya membuat konser di atas bus sekolah hari itu terasa demikian manis.

Salam Bintaraloka;)

Bintaraloka Bertabur Prestasi, Manisnya Hasil Sebuah Perjuangan

Life is struggle. Sebuah nasehat singkat namun punya makna yang mendalam.
Nasehat tentang pentingnya perjuangan bisa kita lihat begitu nyata dalam kehidupan. Lihatlah binatang- binatang kecil juga berusaha keras untuk mendapatkan makanannya.

Semut yang beramai-ramai menggotong makanan untuk disimpan di sarangnya, atau tanaman yang selalu berusaha tumbuh mencari sinar matahari. Semua mengajarkan pentingnya perjuangan untuk hidup.

Dalam upacara pagi ini pembina upacara Ibu Ari mengemukakan bahwa kegigihan untuk berjuang perlu ditanamkan sejak dini agar kita bisa menjadi pemenang dalam kehidupan.

Menjelang keberangkatan ke Kepanjen. Kegigihan berjuang perlu ditanamkan pada siswa , dokumentasi pribadi

Banyak hal yang menunjukkan kurangnya daya juang siswa dalam mengatasi masalah. Dalam pembelajaran maupun pembiasaan yang ada di sekolah. Tapi semua bisa diatasi jika kesadaran untuk meningkatkan daya juang terus dikobarkan dalam benak seluruh siswa .

Perjuangan bukan hal yang mudah, tapi ia akan memberikan hasil yang manis di belakangnya.

Juara 3 OSN IPA, dokumentasi Bu Ahfi

Berkaitan dengan manisnya hasil perjuangan, pagi ini Bintaraloka kembali bertabur prestasi. Prestasi tersebut adalah juara 3 OSN IPA atas nama Dinar kelas 3.6.8, juara 2 catur putri Se Malang Raya atas nama Titah Gayatri kelas 2.2 .1 , juara harapan 1 basket putra se Malang Raya dan juara kata, komite perorangan putra se Jawa timur atas nama Axelle Wildan kelas 3.2.8.

Juara 2 catur se Malang Raya, dokumentasi Bu Ahfi

Sungguh sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Prestasi yang memerlukan perjuangan keras untuk meraihnya, dan mudah- mudahan bisa menjadi inspirasi bagi semua warga Bintaraloka.

Juara harapan 1 Basket se Malang Raya, dokumentasi Bu Ahfi

Ya, life is strugle. Perjuangan yang kita lakukan akan menentukan apakah kita akan menjadi pemenang atau pecundang dalam kehidupan.

Salam Bintaraloka…:)