Literasi Bersama Siciput, Perjuangan dan  Kegigihan Meraih Cita-cita dalam Film MARS

Sementara sebagian siswa menonton film di MOPIC, sebagian siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut melakukan kegiatan literasi di sekolah.

Literasi kali ini diprakarsai oleh Siciput, perpustakaan SMP Negeri 3 Malang.

Sebagaimana kita ketahui bersama, ada enam jenis literasi dasar yang perlu dikuasai siswa yaitu: literasi baca dan tulis, numerasi, sains, digital, finansial dan literasi budaya dan kewargaan, dan kali ini kami melakukan literasi digital dengan menonton film motivasi berjudul MARS ( Mimpi Ananda Raih Semesta). 

Tentang film MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta)

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga miskin yang tinggal di daerah Gunung Kidul yang terdiri dari Ibu, ayah dan seorang anak bernama Sekar Palupi.

Meski hidup dihimpit dalam kemiskinan, Tupon , ibu dari anak ini memiliki cita cita besar yaitu agar anaknya menjadi orang yang pintar.

Tanpa kenal lelah Tupon membesarkan dan memberikan semangat kepada putrinya untuk sekolah. 

Ibu yang buta huruf ini  selalu membawa Sekar Palupi melihat alam semesta.

Tupon selalu menunjukan lintang lantip (bintang yang cerdas), planet Mars. Ia sering mengatakan bahwa Sekar bisa mencapai lintang tersebut dengan ilmu pengetahuan.

Kegigihan dan impian ibu ini sempat dicibir oleh tetangganya. Lebih- lebih ketika Sekar menolak lamaran seorang duda dengan alasan ingin melanjutkan kuliah.

Dalam perjalanan mencari ilmu Sekar akhirnya mendapat beasiswa untuk kuliah di sebuah universitas di Jogjakarta dan lanjut hingga meraih gelar master dalam bidang astronomi di Oxford University, Inggris.

Mimpi Adinda Raih Semesta, sumber gambar: Viu

Kata MARS di sini memiliki dua makna. Bukan hanya sebagai singkatan dari Mimpi Ananda Raih Semesta, namun juga bermakna sebagai planet mars atau lintang lantip.

Film yang direlease tahun 2016 ini dibintangi oleh Kinaryosih, Acha Septriasa, Teuku Rifnu Wikana, Cholidi Asadil Alam, dan Chelsea Riansy dan dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama , karya Aishworo Ang.

Banyak adegan yang mengharukan dan memperlihatkan kondisi kemiskinan rakyat kecil di masa itu. Adegan mengharukan didominasi oleh kegigihan perjuangan Tupon agar anaknya bisa sekolah dengan baik.

Sedikit yang mengganggu dalam film ini adalah alurnya yang terasa terlalu cepat. Terutama pada bagian di mana Sekar tiba- tiba dapat beasiswa untuk kuliah di Jogja dan langsung lanjut magister. Tidak tampak perjuangan Sekar di masa sekolah lanjutan ataupun kuliah.

Namun lepas dari hal tersebut ada banyak pelajaran penting yang bisa diambil dari film ini, di antaranya kegigihan mengejar mimpi, jangan menyerah pada keadaan, termasuk menghargai orang tua yang sangat berperan besar dalam meraih kesuksesan kita.

Adegan yang sangat mengharukan sekaligus membanggakan adalah ketika Sekar berpidato di hari kelulusannya dan memberikan tribute pada Ibunya yang selalu memberikan motivasi pada dirinya dalam menuntut ilmu meski didera kemiskinan.

“Saya menemukan surga dalam diri ibu saya,dan saya sangat percaya pada sebuah hadits yang mengatakan: Dalam hidup ini siapakah yang harus kamu hormati? Jawabannya adalah Ibumu, Ibumu, Ibumu, kemudian ayahmu,” ungkap Sekar di akhir pidatonya yang langsung disambut dengan tepuk tangan para mahasiswa yang lain.

Peserta nobar hari pertama , dokumentasi Bintaraloka

Masih belum cukup, applaus para mahasiswa di film diikuti tepuk tangan siswa di aula. Agaknya mereka benar- benar terbawa dengan alur cerita film ini.

Di akhir kegiatan ini siswa diminta untuk membuat resume cerita film, menulis pelajaran berharga yang bisa diambil termasuk menuliskan adegan film yang paling disukai beserta alasannya.

Hari yang sangat menyenangkan. Meski ada air mata pada beberapa siswi karena terharu, di akhir kegiatan suasana kembali ceria karena ada pembagian voucher kantin bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan tentang film hari itu.

Tanya jawab dan pembagian mbagian voucher di akhir acara, dokumentasi pribadi

Ketika jam menunjukkan pukul setengah sebelas siswa beranjak meninggalkan aula. Harapannya ke depan kegiatan literasi akan dikemas dalam kegiatan kegiatan menarik, dan nonton bareng ini akan lebih sering dilakukan.

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

17 views