Belajar dari Film Jumbo, Sahabat dan Keluarga Adalah Harta yang Sungguh Tak Ternilai Besarnya

Sedikit demi sedikit

Engkau akan berteman pahit

Luapkanlah saja bila harus menangis

Anakku, ingatlah semua

Lelah tak akan tersia

Usah kau takut pada keras dunia (ost film Jumbo)

Saya menonton film ini di Dieng Cyber Mall Plaza yang tidak jauh dari rumah. Kami mengambil jadwal tayangan di pukul 12.40 WIB di hari Sabtu (05/04). Berlima, 3 orang dewasa dan dua bocil kami berangkat selepas sholat Dhuhur.

Ketika kami sampai di lokasi, suasana sudah demikian ramai dan didominasi anak kecil. Ya,  karena hari itu masih dalam suasana libur lebaran banyak yang memanfaatkan waktu untuk jalan bareng anak-anak. Apalagi dari berbagai review film ini tampaknya sangat menarik.

Film Jumbo, Sumber gambar : Beautynesia

Dari suasana di dekat pintu masuk, tampak sekali bahwa Film Jumbo ini sangat menyedot perhatian. Kehadiran poster Jumbo dengan warna- warni ceria mengalahkan poster-poster film lain yang didominasi oleh film horor.

Bahkan untuk berfoto bersama di dekat poster tersebut kami harus rela antre.

Film Jumbo bercerita tentang petualangan anak kecil bernama Don bersama Nurman, Mae, Atta dan Meri.

Don dipanggil dengan nama Jumbo karena badannya yang besar dan sering dijadikan bahan ejekan teman-temannya terutama oleh Atta.

Ayah dan ibu Don (yang diisi dengan suara Ariel dan Bunga Citra Lestari) sudah meninggal. Dan sebelum meninggal keduanya membuat sebuah buku cerita yang tokohnya adalah seorang anak yang mirip Don.

Buku cerita itulah yang selalu dibawa Don kemana-mana karena ia merasa itulah kenang- kenangan yang sangat berharga dari ayah dan ibunya.

Jumbo dan buku ceritanya, sumber gambar : Popmama

Don tumbuh menjadi anak yang suka bercerita. Dan ketika akan diadakan semacam kompetisi pagelaran karya anak-anak,  Don mendaftar bersama teman- temannya yaitu Mae, dan Nurman.

Atta juga ikut mendaftar. Tapi karena kuota peserta sudah terpenuhi, ia tidak bisa ikut kompetisi. 

Sementara itu, Jumbo yang mendaftar sesudah Atta justru diterima karena tepat ketika ia mendaftar, ada satu peserta yang mundur. Jadi Jumbo dan teman-temannya yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kompetisi

Hal ini yang membuat perseteruan antara Jumbo dan Atta semakin tajam. Dalam perjalanan kisah ini Jumbo dan teman- temannya bertemu dengan hantu cilik Merri, dan menghadapi berbagai peristiwa yang seru dan menegangkan.

Lalu bagaimana akhir dari kompetisi ini? Akankah Jumbo yang menang atau Atta? Sepertinya melihat sendiri film ini akan terasa lebih menarik

Menonton film Jumbo membawa kita masuk lebih ke dalam dunia anak-anak yang penuh warna. Ada ceria juga ada duka.

Dalam cerianya dunia mereka anak-anak kadang dihadapkan pada masalah yang cukup pelik, seperti Atta yang ingin mencari uang guna membantu biaya berobat kakaknya, Jumbo yang yatim piatu, ataupun Nurman yang tiap hari harus mengurus kambing kambing kakeknya.

Dialog-dialog sederhana antara Jumbo dan Oma ( suara diisi oleh Ratna Rintiarno) terasa sangat menyentuh.

Jumbo dan Oma, sumber gambar :Yoursay

Kata yang paling mengesankan menurut saya adalah ketika sang Oma mengatakan,”Sebuah cerita tidak akan menjadi cerita, jika tidak ada yang mau mendengar,”

Sebuah nasehat yang sangat bijak untuk mengajak kita supaya jangan hanya suka bicara untuk didengar, tapi cobalah untuk mendengar apa yang dikatakan orang lain.

Kehadiran lagu Kumpul Bocah yang pernah dipopulerkan oleh Vina Panduwinata (dinyanyikan kembali oleh Maliq & D’essentials) membuat film ini terasa demikian manis. 

Lagu Selalu Ada Di Nadiku yang dinyanyikan Jumbo pas perform mempunyai lirik yang demikian menyentuh. Sangat mengharukan.

Sebagai karya anak bangsa yang digarap oleh 400 pekerja kreatif di Indonesia, mulai dari  musisi, visual artist, animator, penulis naskah, dan technical engineer film ini sangat membanggakan

Film yang ditayangkan di 17 negara ini pemirsanya tembus satu juta lebih di tujuh hari penayangannya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa karya anak bangsa juga mampu bersaing di kancah internasional, bahkan memperkuat eksistensi Indonesia di industri animasi. 

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari film yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy ini. 

Film yang mengangkat tema persahabatan, bullying juga trauma masa lalu  ini mengajarkan pada kita untuk selalu bersyukur, tegar menghadapi hidup, serta menyadari bahwa  dan keluarga serta sahabat adalah sebuah kekayaan yang sungguh tak ternilai besarnya.

Cerita Tentang Potong Rambut, Tazos dan Tabloid Bola

“Pendek rapi ya,” 

“Iya, Buk..,”

Bergegas, keempat laki- laki itu, ayah dan tiga orang anaknya yang masih kecil berangkat ke tukang cukur. 

Tukang cukur atau tukang potong rambut langganan anak-anak saya letaknya tak berapa jauh dari rumah. Berlokasi di kios kecil dekat masjid di bawah pohon besar dengan tulisan sederhana Potong Rambut Andri.

Tempatnya tak begitu luas, tapi cukup untuk antre beberapa orang yang akan potong rambut. 

Entah Andri itu nama siapa , yang jelas anak- anak dan ayahnya dulu selalu berkata ‘mau potong ke Andri’.

Dalam perjalanan waktu nama Andri semakin melekat pada tukang potongnya, dan anak anak saya memanggil nama tukang potongnya Pak Andri.

Ilustrasi anak sedang potong rambut, sumber gambar: Radar Bromo

Sebagai keluarga yang didominasi laki laki (dalam keluarga saya ada empat laki laki dan dua perempuan) pergi ke tukang potong rambut adalah sebuah hal wajib paling tidak 2-3 bulan sekali.

Jika rambut anak-anak sudah mulai agak panjang saya mulai ‘ramai’ mengingatkan untuk potong. Rambut yang agak gondrong membuat wajah mereka kelihatan lesu bahkan kurus, tidak segar.

“Ayo ndang potong..,” 

Jika saya sudah mengingatkan begitu biasanya mereka bertiga segera diajak ayah mereka potong rambut sepulang mengaji.

Mengapa memilih Andri? Disamping karena harganya murah, lokasinya dekat dari tempat mengaji, juga karena modelnya cocok. Ya, pulang dari tukang potong rambut penampilan anak-anak menjadi jauh lebih rapi.

Meski di dalam ruang potong rambut ada poster yang berisi gambar macam- macam model rambut , pendek rapi selalu menjadi pilihan terbanyak.

Menurut pengamatan saya saat itu, yang keluar masuk ke tukang potong itu kebanyakan anak- anak sekolah dan bapak-bapak, karenanya model yang dipilih hampir sama, pendek dan rapi.

Selalu ada sensasi tersendiri saat harus potong rambut ke Andri. Setidaknya itu menurut cerita anak saya. Mulai dari tukang cukurnya yang ramah, hingga karena pulangnya dibelikan snack berhadiah mainan ataupun membeli tabloid Bola.

Tukang cukur di sini memang sangat ramah. Pelanggan diajak ngobrol hingga waktu bercukur tak terasa lama. 

Hadirnya radio transistor kecil yang memperdengarkan lagu-lagu, ludruk Kartoloan atau ceramah juga membuat suasana bercukur terasa akrab.

Nah, sepulang cukur, biasanya anak-anak minta dibelikan snack berhadiah.

Tazos, sumber gambar: GRVN

Snack yang dimaksud adalah yang di dalamnya ada hadiah tazos, yaitu lempeng plastik bulat tipis yang ada gambar pokemonnya. Anak- anak saya sangat suka mengoleksi mainan ini.

Ada hal yang membuat snack ini istimewa yaitu karena saya sangat pelit untuk urusan snack. Hal tersebut sebenarnya ada alasannya. 

Batuk. Itu alasannya. Ya, mereka mudah batuk jika habis makan snack.

Satu-satunya orang yang mengizinkan mereka melanggar ‘peraturan’ ini adalah ayah mereka. Benar, ayah justru membelikan snack ini  saat mereka habis potong rambut.

Selain membeli snack, hal lain yang membuat potong rambut menjadi saat yang berkesan adalah karena sehabis potong mereka diajak membeli tabloid Bola di sebuah kios kecil yang lokasinya tak jauh dari masjid.

Sampai di rumah biasanya koran dibeber, dibaca bersama. Favorit mereka adalah Liga Italia. Sebuah rubrik yang banyak dihiasi foto- foto menarik aksi para pesepak bola Italia.

Tabloid Bola, sumber gambar : Acta Diurna WordPress 

Pernahkah anak-anak mencoba potong di barbershop? Pernah. Ketika itu sedang ada rezeki, sehingga ketiganya diajak ayahnya potong di barbershop. Ongkosnya tentunya sedikit lebih mahal daripada tukang cukur Andri.

Hasilnya lebih bagus, tapi entah mengapa modelnya kami kurang cocok. Memang lebih halus, dan bagus, tapi punya Andri lebih mengena di hati..he..he…

Sampai sekarang potong rambut Andri masih eksis. Kiosnya masih seperti dulu. Meski barbershop mulai bermunculan di mana- mana, potong rambut Andri tetap mempunyai pangsa pasar tersendiri .

Anak saya sendiri sesekali juga ke sana ketika ingin potong rambut, tapi sudah tak sesering dulu. 

Ya, mereka sudah tidak dikejar kewajiban potong rambut lagi dari sekolah. Apalagi anak saya yang bungsu lebih suka membiarkan rambutnya gondrong.

Potong Rambut Andri, sumber gambar: FB Tofa Ramadhan

Tiap hari saat berangkat sekolah pun saya selalu melewati kios potong rambut ini.  Potong Rambut Andri. Sebuah kios tukang cukur rambut yang sederhana, namun menyimpan banyak cerita.

Berkunjung ke Dino Park, Berwisata Sekaligus Belajar Sejarah Purbakala

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Mobil kami terus berjalan menembus nyamannya lalu lintas di Malang.

Ya, hari Minggu lalu lintas di Malang tidak sepadat biasanya. Tentu saja, tidak ada anak bersekolah, ditambah mahasiswa masih libur semester, praktis di daerah kampus yang kami lalui tidak begitu ramai.

Mobil terus berjalan menuju arah Batu. Aha, pagi ini kami akan berjalan-jalan ke Dino Park Batu.

Ceritanya anak saya pulang dari Jepang karena mendapat cuti sepuluh hari. Karenanya begitu pulang ke Indonesia kami mau jalan- jalan bareng mengunjungi saudara dan beberapa tempat, di sekitar Malang Raya.

Pada mulanya saya kurang tertarik dengan destinasi yang dipilih anak anak.  Dino Park. Aduuuh, iya kalau mereka masih kecil-kecil. Ini sudah buesar-buesar kok mau mengunjungi taman dinosaurus? Pikir saya.

Naik dinosaurus, dokumentasi pribadi

Tak apalah, yang penting kami bisa dolan bersama. Sudah lama sekali hal tersebut tidak kami lakukan.

Sekitar pukul setengah sebelas kami sampai di depan pintu masuk Dino Park.

 Para pengunjung sudah banyak yang datang.  Di lokasi yang cukup luas tersebut berbagai patung dinosaurus dan tokoh tokoh fantasi seperti Thor, Captain Amerika, robot-robot  bertebaran di mana-mana.

Sungguh sebuah tempat yang menarik untuk berfoto-foto.

Berfoto di depan tokoh fantasi, dokumentasi pribadi

Sebelum masuk (pintu dibuka pukul 11.00) kami disuguhi dengan welcome dance yang ditarikan oleh 4-5 penari. Setelah tarian berakhir kamipun masuk dan… petualanganpun dimulai. 

Menurut informasi yang kami terima, tempat rekreasi yang terletak di Jl. Raya Ir. Soekarno, Beji, Junrejo, Kota Batu ini  berada pada ketinggian 700-1.700 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata mencapai 12 derajat celsius.

Dino Park mempunyai luas sekitar 5 hektar dan di dalamnya ada 17 zona yang siap dijelajahi oleh para pengunjung.

Berbagai wahana di Dino Park, sumber gambar: website Dino Park

Begitu masuk kami sampai di ruangan besar yang berisikan beraneka ragam kerangka makhluk purbakala. 

Di bagian ini terpajang antara lain kerangka  Ankylosaurus, Triceratops, Apatosaurus, Tyrannosaurus, dan masih banyak lagi.

Di sini, kami bisa membayangkan ukuran asli  dinosaurus juga mempelajari berbagai informasi lain tentang dinosaurus termasuk masa hidup dan persebaran DNA dinosaurus.

Kerangka stegosaurus, dokumentasi pribadi
Keterangan tentang stegosaurus, dokumentasi pribadi
Rekayasa genetika dinosaurus , dokumentasi pribadi

Berikutnya kami memasuki ruangan untuk diajak melihat film tentang jelajah lima zaman yaitu permian, zaman triassic, zaman jurassic, zaman cretaceous dan ice age atau zaman es.

Diterangkan bahwa tiap zaman mempunyai cerita yang berbeda, mulai dari awal munculnya kehidupan yang pertama, kejayaan dinosaurus hingga zaman ekstrem di mana suhu bumi menjadi sangat dingin. Hal hal tersebut menyebabkan bentuk mahluk hidup menjadi demikian beragam.

Taman Jusassic, dari kereta petualangan , dokumentasi pribadi

Sesudah melihat film kami diajak berkeliling dengan kereta untuk melakukan penjelajahan bersama mengarungi lima zaman tersebut 

Kereta yang kami naiki mempunyai kapasitas 48 penumpang dan narasi yang disajikan demikian jelas. Baik orang dewasa maupun anak kecil akan mudah sekali memahami informasi yang diberikan.

Perjalanan menembus lima zaman, dokumentasi pribadi

Sesudah menjelajah kami menuju spot- spot foto dengan tema dinosaurus dan didesain dengan suasana khas negara-negara terten ataupun dunia fantasi.

Area berfoto dengan konsep dinosaurus dan fantasi, dokumentasi pribadi

Setelah istirahat sejenak untuk sholat Dhuhur perjalanan dilanjutkan dengan masuk ruangan akuarium empat dimensi. Ruang gelap ini dipenuhi layar-layar yang menunjukkan film kehidupan satwa di dalam laut.

Dari ruang akuarium, kami menuju ruang ice age. Ruangan ini didominasi warna biru dan putih yang menggambarkan suasana bumi yang kala itu tertutup oleh es.

Ice Age, dokumentasi pribadi

Menuju jalan keluar kami melalui The Rimba. Sebuah petualangan memasuki hutan lebat yang penuh dinosaurus di mana mana. Sesekali suara keras dinosaurus terdengar membuat suasana rimba semakin terasa.

Masih banyak wahana yang ada, dan kami tidak bisa melihat semuanya. Tak apalah, nanti di kesempatan lain akan kami eksplor lagi. Semua wahana yang kami lihat hari itu sangat menarik, termasuk arena bermain yang cocok untuk anak anak maupun dewasa.

Berfoto bersama, dokumentasi pribadi

Sekitar pukul tiga sore perjalanan kami akhiri. Total kami berjalan- jalan selama empat jam hari itu.

Sungguh sebuah hari yang luar biasa. Jalan jalan ke Dino Park bukan sekedar berwisata, tapi kami juga banyak belajar tentang sejarah purbakala.

Lepas dari itu, jalan-jalan bersama keluarga adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan. Karena jalan-jalan bukan hanya tentang destinasi, tapi tentang pengalaman juga kenangan yang kami ukir bersama.

Berbagai Kenangan tentang ‘Ngeteh’ Bersama

Sudahkah anda ‘ngeteh’ hari ini?

Mendengar kata ‘ngeteh’ yang langsung tergambar dalam benak saya adalah minum teh bersama dengan keluarga. 

Aih, terbayang cangkir rumah lengkap dengan lepeknya yang berwarna putih kekuningan. Di dalamnya ada teh buatan ibuk yang hangat sedikit panas dengan aroma melati. Sedap sekali. 

Tradisi ‘ngeteh’ di pagi hari selalu dilakukan  sejak kami masih kecil. Saya ingat teh favorit kami adalah Teh 999 dan Teh Gopek. Keduanya memiliki wangi  segar. Begitu dituang air panas, kesegarannya langsung menguar mewarnai pagi kami.

Tradisi ‘ngeteh’ bersama paling terasa dilakukan di hari Minggu. Hari yang selalu diisi dengan kesibukan bapak dengan jahitannya, dan ibuk yang duduk bersama kami menikmati teh dalam cangkir masing-masing.

Tentu saja minum teh bersama dilakukan ketika kami sudah selesai bersih-bersih. Ah  ya, tugas saya ketika itu menyapu dan mengepel lantai, adik menyapu halaman sementara mas saya menimba air.

Selesai dengan tugas masing masing kami duduk di ruang depan. Saat ngeteh adalah saat yang sangat menyenangkan. Saat dimana bapak bercerita tentang apa saja, ditambah candaan kami dan tak ketinggalan lagu-lagu yang disetel dari tape kesayangan kami.

Ada lagu-lagunya Jim Reeves, Andy William, Deep Purple, Francis Goya, Bimbo, Ebiet dan banyak lagi. Ya, lagu-lagu Bapak yang akhirnya menjadi lagu kegemaran kami. Bahkan sampai sekarang playlist saya di hp maupun laptop isinya lagu-lagu itu.

Ilustrasi minum teh bersama keluarga, sumber gambar; Depositphotos

Kegemaran ‘ngeteh’ terus terbawa di keluarga saya sendiri, mulai anak-anak masih kecil hingga besar. Saat ini kami mulai mengenal teh celup. Untuk anak-anak saya lebih suka membuatkan teh celup karena lebih praktis. 

Ketika akan makan di luar, untuk memilih tempat makan, satu hal  yang saya jadikan pertimbangan adalah rasa tehnya. Ya, warung yang tehnya sedap pasti akan sering kami kunjungi 

Dari berbagai macam teh yang disajikan yang menjadi teh favorit saya adalah nesgitel. Artinya teh yang panas, legi  dan kenthel (panas, manis dan kental).  Begitu minum teh ini, byar…, rasanya mata langsung melek dan capek-capek terasa hilang.

Dari sekian banyak teh yang saya nikmati ada satu teh yang sangat berkesan di hati saya, dan saya anggap sebagai teh tersedap yang pernah saya rasakan.

Teh tersebut adalah ketika saya pergi ke Jogjakarta untuk menjenguk anak saya yang baru pindah kos.

Ya, anak saya ketika itu pindah ke kawasan Jalan Kaliurang untuk mendekati kampusnya. Ia masih duduk di semester satu saat itu. Jadi hitungannya masih maba.

“Ibuk ke tempat kos mu ya..,” kata saya lewat telpon saat itu. Ia baru saja mengabarkan kalau seminggu yang lalu pindah kos dengan dibantu teman temannya.

“Ibuk sama siapa?” tanya anak saya.

“Sama adikmu, nanti habis ujian,” jawab saya 

Di hari yang ditentukan kami berangkat. Berdua saya dan anak saya naik travel. Mengapa travel? Saat itu saya belum biasa naik kereta api, dan anak saya masih baru di Jogja. Saya tidak mau dia nanti repot harus menjemput di stasiun.

“Kos an ku dekat Rumah Makan Sederhana, ya Buk,” kata anak saya sambil memberikan sebuah alamat.

Sesuai janji travel, kami dijemput pukul sebelas. Dan menurut perkiraan kami akan sampai di Jogja sekitar maghrib.

Perjalanan berjalan lancar, travel berisi penuh penumpang. Ternyata yang mempunyai tujuan Jogja lumayan banyak. Jadinya begitu masuk kota Jogja kami berputar- putar dulu mengantar para penumpang ke tempat tujuannya.

Teh celup, sumber gambar: Kompas.com

Sampai Isyak kami belum juga menuju Kaliurang. Perut mulai lapar 

“Ibuk sampai di mana?” tanya anak saya lewat WhatsApp.

“Ini masih muter-muter antar penumpang, Le,” jawab saya.

Jam setengah delapan belum ada tanda tanda ke Jl Kaliurang. Penumpang tersisa tiga. Saya, anak saya dan satu orang penumpang. 

Ketika satu penumpang diturunkan di sebuah daerah (saya lupa namanya), mobil langsung menuju Jl Kaliurang.

“Ternyata kita terakhir, ” bisik anak saya sambil tersenyum. Tampak sekali dia sangat lelah.

“Kita nanti makan di Rumah Makan Sederhana dekat kos an masmu saja ya,” bisik saya. Seperti halnya saya, dia pasti lapar.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan . Mobil kami mulai masuk wilayah jalan Kaliurang.  Saya fokus ke kanan jalan.  Mencari tulisan Rumah Makan Sederhana, karena anak saya berjanji menunggu di depan rumah makan.

Akhirnya yang kami cari ketemu juga. Meski tulisan  Rumah Makan Sederhana tidak tampak oleh saya, tapi saya melihat anak saya berdiri di tepi jalan. 

“Di sini saja, Pak,” kata saya pada sopir. 

Saya segera turun dan anak saya langsung berlari menyambut kedatangan saya dan adiknya.

“Ayo makan dulu Le, adikmu lapar,” kata saya begitu tas saya dibawa anak saya.

“Ke Rumah Makan Sederhana yuk..,” ajak saya.

Anak saya tersenyum. 

“Mahal sepertinya Buk.. itu rumah makannya,” kata anak saya sambil menunjuk sebuah rumah makan besar dan tampak mewah. Tulisannya besar-besar dan bagus. “Restoran Sederhana”

Waduh..bayangan saya Rumah Makan Sederhana itu seperti di daerah saya. Rumah makan kecil dengan bangunannya yang sederhana, masakannya yang enak, dan harganya terjangkau.

Tapi yang ini…, melihat bangunnya saja  tiba- tiba saya khawatir kalau uang saya tidak cukup. Apalagi namanya bukan rumah makan tapi restoran. He..he…

Tidak sederhana ini.., pikir saya.

Niat makan di Rumah Makan Sederhana langsung batal. 

“Makan di mana ini enaknya, Le? ” tanya saya.

“Ayo cari magelangan saja,” katanya sambil menuju sebuah gerobak tak jauh dari  restoran. Di situ disediakan beberapa kursi plastik untuk yang pesan makanan.

Nasi magelangan, sumber gambar: detikfood

“Magelangan tigo, Pak..,” kata anak saya.

Magelangan adalah nasi goreng dengan tambahan mie dan disajikan dengan krupuk kecil-kecil.

“Teh e rumiyin nggih,” kata saya. Perjalanan yang lama membuat saya capek dan benar benar butuh ‘ngeteh’.

“Nggih, Bu,” jawab penjualnya sigap.

Tak berapa lama tiga gelas teh dihidangkan. Hangat agak panas dengan aromanya yang harum. Sangat cocok dinikmati di malam hari yang mulai terasa dingin

Begitu saya minum, ah..,  sedap sekali. 

“Alhamdulillah.. uenak Le,” kata saya lega. Anak- anak saya juga mulai menyeruput teh mereka.

Kami mulai berbincang. Hidangan yang datang membuat perbincangan kami semakin hangat. Lalu-lalang orang sama sekali tidak mengganggu keasyikan kami.

Menuangkan teh dalam cangkir, Sumber gambar: Kemenparekraf

Sungguh, rasa haus, lelah dan lapar membuat teh dan magelangan terasa begitu istimewa, seistimewa pertemuan kami malam itu.

Arti istilah:

Teh e rumiyin nggih: tehnya duluan ya

Potluck Sego Pecel di Hari yang “Sangat Bernilai”

Siapa yang tidak kenal pecel? Hidangan yang terbuat dari aneka sayur direbus lalu diberi toping satu kacang berbumbu ini sungguh menggugah selera. Apapun namanya;  pecel Madiun, pecel Blitar, pecel Malang, semua tampil dengan kekhasannya untuk memanjakan lidah penggemarnya.

Kata pecel atau pecal berasal dari bahasa Jawa yang artinya ditumbuk. Hidangan yang ada sejak zaman dahulu kala ini diperkirakan berasal dari daerah Mataram Kuno seperti Yogyakarta dan sekitarnya, lalu dibawa ke daerah sekitar JawaTimur.

Aneka hidangan dalam potluck , dokumentasi pribadi

Sekilas konsep penyajian pecel hampir sama dengan salad dari Eropa dimana berbagai sayuran disiram dengan saus berbumbu. 

Hidangan sederhana namun lezat ini baru- baru ini dinobatkan sebagai salah satu salad terbaik di dunia oleh Taste Atlas, sebuah majalah yang membuat ulasan tentang kuliner dari negara negara di berbagai belahan dunia.

Desember adalah bulan yang “sangat bernilai”. Betapa tidak? Tiap hari kami disibukkan dengan pengolahan nilai untuk persiapan penerimaan rapor semester gasal 2024/2025.

Meski demikian di tengah berbagai kesibukan tersebut, pada hari Selasa pagi (17/12)  kami mengadakan potluck sego pecel  di ruang guru Bintaraloka.

Ya, potluck adalah sebuah tradisi yang sering kami lakukan di di berbagai acara.

Semula potluck ini akan mengambil tema pecel punten, tapi karena pedagang punten ternyata sudah lama tutup, tema berubah menjadi sego pecel.

Bakwan, dokumentasi pribadi
Menjes kacang, dokumentasi pribadi
Mendol, dokumentasi pribadi

Layaknya potluck, hidangan dibawa para guru dari rumah, seperti sayuran, bumbu pecel, menjes kacang, bakwan, mendol, kerupuk, bothok juga pepes. Hanya nasi yang dimasak di sekolah.

Persiapan menanak nasi, dokumentasi pribadi
Menata hidangan, dokumentasi pribadi

Setelah hidangan disiapkan di meja guru,  makan bersama dimulai. Dengan wadah kertas bungkus, kami mulai menyendok nasi, mengambil sayur sekaligus menyiramnya dengan bumbu dan melengkapinya dengan lauk.

Aih, makan bersama selalu terasa lezat apapun hidangannya.

Makan bersama, dokumentasi Buz
Wadah kertas bungkus untuk menikmati hidangan, dokumentasi pribadi

Hari yang menyenangkan juga mengenyangkan. Aneka sayuran sederhana yang disiram bumbu kacang berpadu dengan aneka lauk dan topping kebersamaan ternyata bisa menciptakan harmoni yang lezat sekaligus indah.