Nikmati Sejuknya Alam dan Lezatnya Olahan Ikan di Waduk Mahoni Dempok

Jam masih menunjukkan pukul sebelas. Mobil yang kami naiki meninggalkan jalan Diponegoro Bululawang.

“Ini lanjut ke mana? Sengkaling atau Dempok? Atau Masjid Tiban Turen?” tawar Mas Andre driver kami.

Setelah berunding sejenak, kami memutuskan bahwa hari itu kami akan jalan- jalan ke Dempok.

“Nanti di sana kita bisa menikmati aneka hidangan ikan di tepi semacam telaga,” kata Mas Andre.

Wah, menarik ini, pikir kami.

Pemandangan dalam perjalanan menuju Dempok, dokumentasi pribadi

Perjalanan terus dilanjutkan melalui jalan yang tak begitu ramai. Di kiri kanan jalan pemandangan sawah ataupun kadang tebu yang serba hijau sangat memanjakan mata.

Setelah hampir satu jam perjalanan, sekitar pukul dua belas kamipun tiba di tempat wisata Mahoni Dempok.

Berlokasi di Dusun Dempok, Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Mahoni Dempok adalah sebuah tempat wisata berkonsep alam. Tempat wisata ini berupa waduk. 

Masuk tempat wisata, dokumentasi pribadi Buz

Dikutip dari buku Sedimentasi Waduk, Sisinggih, dkk. (2021: 3), waduk adalah tampungan air buatan manusia yang dilakukan dengan membuat bending atau bendungan di sungai. 

Meskipun hanya berupa tampungan air, Waduk Dempok punya banyak daya tarik. Di sini kita bisa menikmati panorama yang indah, berperahu, naik kuda, belanja ikan segar ataupun menikmati hidangan olahan ikan di warung-warung lesehan di sekitarnya.

Kita bisa lesehan di bagian dalam warung ataupun di gazebo yang ada di depannya.

Pepohonan di sekitar gazebo dan warung, dokumentasi pribadi

 Dinamakan Mahoni Dempok mungkin karena di sekitarnya banyak ditanami pohon mahoni. 

Ya, di antara gazebo, warung dan tempat parkir, banyak tumbuh pohon mahoni yang membuat suasana terasa sejuk.

Ketika kami sampai di Dempok, mendung demikian tebal. Angin yang sesekali berhembus agak kencang membuat suasana terasa agak dingin. 

Waduk Dempok, dokumentasi pribadi

Setelah membayar tiket per orang tiga ribu rupiah, kamipun masuk. Pengunjung tidak begitu ramai saat itu sehingga kami bisa lebih leluasa melihat pemandangan di sekitarnya.

Di dekat waduk ada tempat berjualan ikan segar yang penjualnya didominasi oleh para wanita.

“Ikannya..ikannya…,” kata beberapa pedagang sambil menyodorkan dagangannya. Di sini ikan ikan segar tidak ditimbang tapi dimasukkan dalam baskom baskom kecil atau keranjang- keranjang.

Menawar ikan segar, dokumentasi pribadi

Ikan dan udang yang dijual adalah hasil tangkapan dari waduk Dempok.

“Ini berapa, Buk?” tanya teman saya sambil menunjuk dua keranjang ikan gurame. Tiap keranjang berisi tiga ekor gurame besar.

“Seratus ribu,” kata pedagang tadi

“Kalau ditambah udang?” tanya teman saya lagi.

“Satu baskom dua puluh ribu, berarti seratus dua puluh ribu,” jawab si pedagang.

“Tidak boleh kurang?” jawab teman saya lagi.

Tawar menawar pun terjadi. Setelah sepakat dengan harga, kami membeli dua keranjang gurame dan satu baskom udang yang dipindah dalam kresek.

Ikan siap dimasak , dokumentasi pribadi

Uniknya di Dempok ini, ikan segar yang sudah kita beli bisa kita bawa ke warung untuk dimasakkan sesuai permintaan kita.

Ikan segera kami bawa ke warung sekitarnya untuk diolah menjadi ikan bakar dan udang goreng tepung. 

Tak begitu lama menunggu di gazebo,  pesanan kami pun datang. Enam buah ikan gurame bakar, udang goreng tepung, nasi, urap sayur, terong goreng dan yang tak boleh ketinggalan yaitu sambel.

Deretan warung di tempat wisata Mahoni Dempok, dokumentasi pribadi
Hidangan olahan ikan, dokumentasi Ahfi

Wuih, benar benar hidangan yang mantap. Nasi hangat, sambal ditambah dengan rasa lapar plus udara dingin membuat kami tambah dan tambah lagi. 

Makan di tempat terbuka dengan angin yang sesekali bertiup membuat suasana terasa begitu nyaman.

“Ada yang mau pesan untuk dibawa pulang?” tawar teman saya. Ya, sambal juga urapnya terasa demikian mak nyus. Pasti orang rumah senang dibawakan oleh oleh ini.

“Pesan udang saja,” 

“Saya ikan goreng tepung…,”

Berfoto di depan pasar ikan, dokumentasi pribadi

Alhasil semua pesan untuk dibawa pulang, dan akhirnya kami semua pulang dengan membawa paling tidak satu kresek oleh oleh untuk dibawa ke rumah.

Semakin sore suasana semakin ramai. Tampaknya tempat ini sering dijadikan lokasi untuk acara acara tertentu.

“Ada yang mau berperahu?”

Sebenarnya saya ingin juga, tapi hari sudah terlalu sore dan kami harus segera pulang. Padahal ongkos naik perahu hanya 5000 rupiah per orang.

Sesudah membayar semua pesanan bergegas kami menuju parkiran. 

Tempat sewa perahu , dokumentasi pribadi

Perjalanan kami hari itupun berakhir. Udara semakin dingin dan mendung semakin tebal. 

Waduk Dempok, deretan pohon mahoni, semangat para penjual di pasar ikan, lezatnya hidangan aneka olahan ikan pasar adalah cerita harmoni denyut kehidupan masyarakat  dengan alam sekitarnya.

Sampai bertemu lagi Mahoni Dempok, semoga suatu saat kami bisa duduk- duduk lagi di gazebo, menikmati lezatnya hidangan ikan, bercengkerama menikmati  indahnya persahabatan , atau bahkan bisa berperahu bersama. Aha…

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

14 views