Sebuah Cerita Tentang Konser di Atas Bus Sekolah

Ini adalah bagian tulisan tentang perjalanan kami untuk menghadiri pernikahan Bu Cahya di Jember.

Perjalanan yang begitu manis, meski jarak yang ditempuh lumayan jauh, namun keceriaan tetap terpancar di wajah-wajah kami, lebih -lebih saat mengadakan konser di atas bus sekolah.

*********

Karaoke dalam bus, dokumentasi pribadi

Usah lagi..
Perpisahan jadi beban di hati…
Tak kan lagi..
Ada harapan cinta tuk kembali…

Dengan suaranya ya wow , Ibu Any menyanyikan satu demi satu lagu Nicky Astria dan Anggun C Sasmi. Suara Bu Any yang melengking tinggi menurut saya kira-kira sebelas duabelaslah dengan Nicky Astria.

Begitu miripnya, mungkinkah kalau rekaman nanti Bu Any akan beralih nama menjadi Besty Astria? Entahlah. Yang jelas saya siap menjadi penulis saat launching albumnya nanti.

Nada nada tinggi dari lagu Lentera Cinta, Jarum Neraka, Takut, juga Mata Laki laki dieksekusi dengan manis oleh Bu Any. Tentunya sesekali diselingi dengan gayanya yang agak nakal. Menggoda satu demi satu awak bus, bahkan pak sopir dan crew nya juga.

Itu adalah pemandangan yang terjadi tatkala kami dalam perjalanan pulang dari ‘buwuh’ di Jember.

Mulanya pulang dari Jember kami ingin mampir ke pantai, atau ke mall. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya kedua acara diganti dengan belanja oleh- oleh dan… konser!

Konser dalam bus selalu dilakukan saat warga Bintaraloka bepergian. Ya, ada banyak penyanyi handal di Bintaraloka. Sebutlah Bu Diana yang yang suaranya demikian empuk,cocok untuk lagu lagu lembut, semisal Teluk Bayur, Kau Selalu di Hatiku, Andai Kau Datang Kembali dan banyak lagi.

Bu Sri Hastuti, Bu Maria, Pak Zaki juga mempunyai suara yang indah. Pak Vigil yang diam-diam menghanyutkan, namun sayang sekali kemarin tidak ambil bagian dalam konser. Dan yang tak boleh dilupakan, Pak Gerry yang mempesona.. he..he.. yang terakhir ini kelihatannya sudah mulai punya fans di Jember.

Pak Gerry, salah satu penyanyi Bintaraloka, dokumentasi pribadi

Yang sangat memukau penampilannya pada hari itu adalah Ibu Any yang membawakan satu album, sekali lagi satu album lagu -lagu Nicky Astria. Mantap tenan..

Mendengar lagu-lagu Nicky membuat ingatan kami, utamanya yang senior ini langsung terlempar ke masa lalu. Masa di mana musik rock merajai Indonesia.

Lagu- lagu Nicky mempunyai kenangan tersendiri di hati kami masing masing. Lagu Misteri Cinta mengingatkan saya ketika sering latihan basket menjelang turnamen di masa SMA, sementara lagu yang sama mengingatkan Mister pada kenangan ketika menjadi panitia Tujuh Belas Agustusan di kampungnya. He..he.. benar benar lagu top saat itu.

Saat itu penyanyi rock banyak bermunculan. Nicky Astria, Mel Shandy, Anggun C Sasmi, Conny Dio dan banyak lagi. Dari grup musik saat itu yang sangat terkenal adalah God Bless dengan vokalisnya Achmad Albar.

Lagu-lagu saat itu dibuat dengan irama yang menghentak namun syair lagunya demikian melankolis. Tidak percaya? Mari kita cermati lagu ini:

Kala cinta berlabuh di dermaga
Kutelusuri karang terjal berliku
Tak peduli pasirnya melukai
Aku pasrah dalam rangkulnya

Bila cinta berlumur dusta
Aku tenggelam dalam keruhnya
Sebab dia memberi surya
Walau dia perih menyalibku

Pedihnya kemesraan yang dalam
Adalah luka karena tikamnya
Tetes darah di atas sukacita
A-a-a-a-adalah sukarela
Di atas getarnya

Aku menjadi bulan atas riaknya
Aku menjadi bintang di atas gelombang
Aku jadi segala yang diinginkannya
Untuk didamparkan di pantai ini

Duh… Jadi ingat masa muda dulu…

Habis satu album, konser dilanjutkan oleh Pak Gerry. Nah, kini saatnya yang muda beraksi .
Suasana menjadi semakin gayeng dan santuy terutama saat lagu -lagu kekinian didendangkan.

Sebutlah lagu Ojo Dibanding-bandingke, Kartonyono Medhot Janji, Mendung Tanpo Udan dan lainnya.

Mari kita cermati lagu Mendung Tanpo Udan berikut ini:

Mendung tanpo udan (Mendung tanpa hujan)
Ketemu lan kelangan (Ketemu dan kehilangan)
Kabeh kuwi sing diarani perjalanan (Semua itu yang dinamakan perjalanan)

Awakdewe tau duwe bayangan (Kita pernah punya angan-angan)
Besok yen wis wayah omah-omahan (Besok jika waktunya berumah tangga)
Aku moco koran sarungan (Aku baca koran sarungan)
Kowe belonjo dasteran (Kamu belanja dasteran)

Nanging saiki wis dadi kenangan (Namun sekarang cuma jadi kenangan)
Aku karo kowe wis pisahan (Aku dan kamu harus pisahan)
Aku kiri kowe kanan (Aku kiri kamu kanan)
Wis bedo dalan (Sudah beda jalan)

Aseeek….

He..he.. saya senyum senyum sendiri. Dua generasi yang berbeda baik dalam gaya maupun selera musik. Semua tetap khas dengan karakter musik masing-masing.

Yang satu menghentak namun melankolis, satunya lagi memandang masalah dengan penuh rasa humor, demikian hangat dan santai.

Suasana dalam bus, dokumentasi pribadi

Semua indah, dan kolaborasi cantik di antara keduanya membuat konser di atas bus sekolah hari itu terasa demikian manis.

Salam Bintaraloka;)

Yuli Anita

10 Comments

  1. Any Setijowati

    Waoooo..mantab bu Yuli…ulasannya lengkap banget..spt tak ada momen yg terlewat…klo baca ini hampir semua rangkuman perjalanan pulang buwuh terekam di tulisan ini haaa….tengkyu bu Yuli…BESTI JADI MALU AH….HA…..

  2. Keren Bu Yuli …tulisan yg ringan tapi lengkap banget n pastinya ngenah banget…..tq Bu Yuli yg selalu mendokumentasikan event apapun dlm bentuk tulisan yg indah….hehe semangat terus ya …..

  3. Terima kasih Mister.. salam semangat:)

  4. Kenangan manis ttg kebersamaan warga bintaraloka berhadil dibingkai bu yuli dalam tulisan ringan yg runtut dan lengkap…trimakasih bu yuli…❤️

  5. Mantaaaap….reporter Bintaraloka yang amat produktif👍👍👍

  6. Mantab dan keren… Apapun bisa menginspirasi utk jadi tulisan 👍

Leave a Comment

Your email address will not be published.

71 views