Tears in Heaven, Mengingat Kematian adalah Satu Cara Menghargai Kehidupan

Denting gitar yang lembut membuat nuansa sedih lagu ini begitu terasa. Sebelumnya saya sudah pernah mendengarkan lagu ini. Enak, namun sedih, begitu kesan saya.

Lama tidak pernah nyetel lagu tersebut semalam tiba tiba saya menemukan lagu ini dari sebuah aplikasi tiktok dan liriknya dimunculkan pula.

Saya langsung tertarik begitu melihat teksnya. Hati langsung trenyuh membaca teks tersebut kata demi kata. Apalagi ketika tahu ternyata ada sebuah cerita di balik penciptaan lagu ini.

http://puiaht.blogspot.com/2015/09/tears-in-heaven-eric-clapton.html

Lagu ini menggambarkan kesedihan Eric Clapton ketika buah hatinya, Conor yang berusia empat tahun meninggal karena jatuh dari lantai 53 apartemen yang ditinggalinya.

Kesedihan yang mendalam membuat Eric menyepi dan merenung. Setelah selesai dalam periode berkabung, ia diminta menulis lagu untuk soundtrack film Rush (1991).

Kemudian ditulislah lagu ini bersama Will Jennings. Lagu ini sukses di Amerika dan Kanada, Eropa, serta Asia dan Amerika Selatan.

Menurut penjelasan Eric, lagu ini menjadi salah satu alat baginya untuk menyembuhkan diri.

Ternyata menulis lagu dan menyanyikannya menjadi suatu terapi yang berguna untuk menghilangkan segala kesedihan yang ada di dalam dada.

Jika kita perhatikan dengan seksama nuansa kehilangan sangat terasa di lagu ini.

Mari kita amati sejenak lagu Tears in Heaven berikut ini:

Tears in Heaven (Air mata di surga)

Would you know my name
Akankah kau kenali namaku
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
Would you feel the same
Akankah perasaanmu sama
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
I must be strong and carry on
Aku harus tegar dan bertahan
cause I know I don’t belong here in heaven…
Karena kutahu surga bukan tempatku…

Would you hold my hand
Akankah kau genggam tanganku
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
Would you help me stand
Akankah kau bantu aku berdiri
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
I’ll find my way through night and day
Kan kutemukan jalan tuk lewati siang dan malam
cause I know I just can’t stay here in heaven…
Karna kutahu aku tak bisa tinggal di sini, di surga…

Time can bring you down, time can bend your knees
Waktu bisa meruntuhkanmu, waktu membuatmu bertekuk lutut
Time can break your heart, have you begging please…begging please
Waktu bisa patahkan hatimu, memaksamu memohon-mohon

Beyond the door there’s peace I’m sure
Di luar pintu kuyakin ada kedamaian
And I know there’ll be no more tears in heaven…
Dan kutahu takkan ada lagi air mata di surga…

Would you know my name
Akankah kau kenali namaku
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
Would you feel the same
Akankah perasaanmu sama?
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
I must be strong and carry on
Aku harus tegar dan bertahan
cause I know I don’t belong here in heaven…
Karena kutahu surga bukan tempatku…

Seperti apa yang dirasakan Clapton, kita mungkin pernah bertanya tentang hal serupa ketika orang yang disayangi tiba tiba meninggallkan kita.

Apakah yang dia lakukan ‘di sana’? Apakah dia merasakan kerinduan dan kesedihan yang saya rasakan? Apakah dia bisa melihat saya? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang tak pernah ada jawabannya.

Ya, kematian adalah misteri Ilahi yang manusia tak pernah tahu ada cerita apa di baliknya. Pun juga bagaimana kehidupan sesudah mati, kita tak pernah bisa membayangkannya.
Kita hanya bisa mengimani bahwa ada kehidupan sesudah mati dan pembalasan atas semua kebaikan atau kejahatan yang kita lakukan, seperti yang dijanjikan oleh kitab suci kita.

Mengingat kematian hakekatnya mengajak kita untuk menghargai kehidupan. Kehidupan adalah anugerah yang begitu besar. Melaluinya kita bisa mencari bekal sebanyak banyaknya sebelum kematian itu datang menghampiri.

Ya, mari kita hargai kehidupan dengan cara mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat sebagai bekal kehidupan di sana kelak. Supaya kita punya bekal yang cukup, sehingga tidak ada lagi air mata yang menetes di surga. No more tears in heaven..

Yuli Anita

2 Comments

  1. Tulisan ini buatku menangis ingat belahan jiwaku

  2. Kehilangan seseorang untuk selamanya memang merupakan hal yang rasanya mustahil untuk disembuhkan. Namun, ternyata banyak hal lain yang dapat menutup luka, termasuk mempersembahkan karya terbaik kita untuk mereka yang meninggalkan kita. Lagu yang sangat indah dan mempunyai makna dalam.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

64 views