Ketika Saya Tiba-tiba Terjebak dalam Kerumunan

Topik pilihan Kompasiana

Bulan Oktober telah berlalu. Bulan yang menyisakan beberapa kisah yang menyedihkan tentang banyaknya korban dalam sebuah kerumunan. 

Tragedi Kanjuruhan Malang, tragedy festival heloween di Itaewon,  juga ambruknya jembatan gantung di India begitu menyita perhatian kita.  Semua memberi gambaran betapa sangat rentannya berada dalam kerumunan karena mudah sekali terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Keramaian saat karnaval, dokumentasi pribadi

Lama tidak diperbolehkan berkerumun ternyata menimbulkan euforia saat ada event tertentu   Ya, dua tahun semua membatasi diri gara-gara pandemi, akhirnya ketika  diberi kelonggaran dalam penyelenggaraannya, berbagai event selalu dipenuhi banyak orang. 

Seperti halnya saya sendiri, sebenarnya saya kurang suka mendatangi keramaian.  Tapi saat ada karnaval di bulan Agustus, saya bersama anak saya bergegas menuju lokasi. Mengapa? Sudah lama tidak ada acara semacam itu, lagipula lokasi karnaval tidak begitu jauh dari rumah.

Seperti yang diperkirakan sebelumnya, pengunjung karnaval demikian membludak.  Bahkan tulisan Ijen Boulevard dipenuhi anak- anak kecil yang ingin menonton karnaval.

Penonton karnaval duduk-duduk di tepi jalan, dokumentasi pribadi

Para pedagang makanan berjajar di sepanjang jalan memanfaatkan momentum tersebut guna mengais rezeki sebanyak-banyaknya.

Namun kondisi tersebut masih bisa dikendalikan karena kesigapan dari satpol PP dan kesadaran penonton untuk mengambil tempat di luar garis yang ditentukan, meski akhirnya para penonton termasuk saya rame-rame duduk di tepi jalan.  He.. He..  Tak apalah.. Setahun sekali.

Pukul setengah satu meskipun masih banyak atraksi peserta yang belum muncul kami pulang. Kondisi berdesak-desakan membuat badan rasanya begitu lelah. Saat itu dari lokasi karnaval yaitu Jalan Ijen sampai ke rumah saya dibutuhkan waktu 1 jam lebih, sementara di hari biasa hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Bisa dibayangkan betapa banyaknya penonton karnaval saat itu.

Nah,  satu cerita lagi, baru-baru ini saya kembali menonton sebuah event dan akhirnya tak terasa saya terjebak dalam kerumunan.

Sabtu pagi tepatnya seminggu yang lalu saya bersepeda motor untuk berbelanja ke pasar. Rencananya dari pasar saya sedikit mau muter-muter untuk mencari pemandangan.

Ya,  Sabtu pagi sekolah libur, jadi semua bisa dikerjakan dengan selow.

Vario saya terus berjalan menyusuri Jalan Kawi.  Di pertigaan jalan arah menuju Stadion Gajayana tak seperti biasa suasana begitu ramai.  Bahkan macet. Pasti ada acara di stadion, pikir saya. 

Terjebak kemacetan membuat saya bisa lebih jeli melihat orang-orang di sepanjang jalan menuju Stadion. Ternyata di tepi jalan banyak orang berjualan makanan, mainan anak termasuk ayam kecil yang diberi warna-warni,  juga keong yang diletakkan dalam rumah-rumahan kecil.

Suasana senam massal, dokumentasi pribadi

Eh, kok mainan anak ya?  Tidak biasanya di Gajayana ada acara seperti ini, pikir saya heran.

“Mas,  wonten acara nopo nggeh? ” tanya saya pada tukang parkir di tepi jalan. 

“Senam massal Bu, anak PAUD dan TK se Malang, ” jawab si Mas.

Wah,  menarik ini.  Apalagi saat itu melintas beberapa anak kecil berseragam kaos olah raga berwarna cerah dan bertopi.  Lucu sekali.  Tanpa pikir panjang sepeda saya parkir dekat pintu masuk Stadion Gajayana dan masuk bersama para penonton yang lain. 

Suasana di Gajayana sudah begitu ramai. Anak kecil, guru-guru, orang tua dan panitia memenuhi stadion.  Sepagi itu saya sudah tidak kebagian tempat duduk.  Tak masalah, pikir saya.  ‘Kan cuma sebentar.

Sementara itu penonton dari luar terus berdatangan masuk stadion. 

Ketika acara dimulai suasana semakin meriah.  Menurut berita ada sekitar 6000 anak yang ikut senam pagi itu.  Seragamnya berwarna warni.  Tiap warna menunjukkan dari kecamatan mana TK/PAUD itu berasal.

Sambil menonton saya sungguh merasa salut dengan guru-guru TK dan PAUD yang dengan sabar mendampingi siswanya di lapangan.  Tentunya bukan hal yang mudah melatih anak- anak sekecil itu senam bersama. 

Oh ya, saat itu orang tua sama sekali tak boleh masuk lapangan. Jadi lapangan ‘dikuasai’ para guru, siswa TK dan PAUD dan tentunya panitia. 

Acara senam selesai. Dengan dikomando siswa segera balik kanan untuk keluar dari stadion dengan tetap dalam panduan guru-guru mereka.  Pemandangan yang menarik bagi saya adalah saat berjalan anak-anak memegang pundak teman di depannya supaya tidak lepas dari barisan.  Dari kejauhan tampak seperti ulat yang berwarna warni.. He.. He..

Siswa selesai sena masal, ganti atraksi para guru, dokumentasi pribadi
Berfoto bersama Ibu guru, dokumentasi Ima

Selesai atraksi siswa, ganti guru-guru menyajikan tari Profil Pelajar Pancasila. Pada foto di atas, barisan berbaju biru di elakang adalah guru-guru yang sedang menari.

Ketika itu tiba-tiba saya merasa baju saya ditarik-tarik dari belakang.  “Bu, jangan berdiri disitu..Yang belakang tidak kelihatan,”  kata Mbak yang menarik baju saya. Saya melihat sekitar. Saat itulah saya baru sadar bahwa sekitar saya semakin penuh manusia. Bahkan saya sudah tak bisa bergerak lagi.  Orang-orang mulai ribut karena pandangannya tertutup yang lain. 

“Ayo.. Ayo..  Yang berdiri itu pindah.., ” kata ibu-ibu yang duduk tidak sabar.

Saya bingung, agak jengkel juga.  Pindah kemana? Masa mumbul? Tidak ada tempat begini. 

Suasana di bangku penonton, dokumentasi pribadi

Melihat kondisi yang semakin kurang bagus dimana penonton makin banyak dan mulai emosi ditambah hawa yang  juga mulai panas dengan sedikit memaksa saya mencari jalan keluar.   “Amit enggeh…  Amit…, ” kata saya sambil pelan-pelan terus menerobos kerumunan. Yang saya tuju satu, pintu keluar. 

Betapa leganya saya ketika pintu keluar sudah tampak di depan mata.  Kerumunan tidak sebanyak di dalam.  Bergegas saya menuju parkiran.  Beberapa ibu tampak duduk di parkiran dengan wajah lelah. 

“Wes,  di luar saja Bunda..  Lebih aman, ” kata mereka.

“Iya,  benar,  di luar saja, ” tambah saya. 

Cepat-cepat saya hidupkan sepeda, dan meluncur meninggalkan Stadion Gajayana.  Di sepanjang Jalan Semeru  dekat Gajayana mikrolet berderet-deret banyak sekali.  Rupanya mikrolet carteran peserta senam massal pagi itu.

Dari pengalaman hari itu saya belajar bahwa kadang kita tidak sengaja terjebak dalam sebuah kerumunan.  Di awal kondisi sepertinya tidak begitu ramai, tapi tiba-tiba orang yang datang semakin banyak dan banyak, akhirnya terjadi kerumunan manusia yang semakin banyak.

Nah, kalau sudah seperti itu tidak ada salahnya  jika kita memperhatikan beberapa tips  saat kita terjebak kerumunan. Tips tersebut adalah:

1. Jangan emosi, banyaknya orang juga rasa panic biasanya membuat emosi gampang naik.  Namun sedapat mungkin emosi harus tetap ditahan karena emosi membuat kita kurang control atau kurang waspada.

2. Tetap jaga keseimbangan. Jangan sampai limbung atau jatuh. Tetap jaga keseimbangan dan terus berjalan meski sedikit demi sedikit.

3. Jangan tersugesti oleh pikiran buruk. Jangan merasa.   Aduh,  orang begini banyak,  kalau saya mumet atau semaput bagaimana.  Tidak boleh. Pikiran buruk harus kita buang jauh- jauh saat itu.

4. Posisi tangan di dada. Dengan posisi tangan di dada setidaknya kita membuat space bagi kita untuk bergerak dan dada tidak tertekan oleh tubuh orang lain. 

5. Segera cari pintu keluar. Nah, ini yang paling penting.  Segera keluar dan tinggalkan arena kerumunan.  Tapi saya juga tidak bisa membayangkan kejadian Kanjuruhan di mana orang orang berjuang mencari pintu keluar juga bertahan atas semprotan gas air mata. Malam hari pula. Ah, mudah mudahan tidak akan pernah terjadi lagi kejadian memilukan seperti itu.

Dan yang paling penting adalah berdoa sebelum bepergian.Ya, betapa pentingnya arti sebuah doa. Sebelum berangkat mari berdoa pada Sang Khalik agar kita senantiasa diberikan keselamatan. 

Bukankah Dia adalah Sang Maha, tempat kita berlindung dalam segala urusan yang kita jalani?

Salam… 🙂

Semangat Latihan Petugas Upacara Bendera

Beberapa hari ini selalu ada kesibukan istimewa dilapangan volley sepulang sekolah. Ya, siswa kelas 2.3.1 menjalankan latihan untuk menjadi petugas Upacara Bendera yang akan diadakan hari Senin 7 November 2022.

Petugas pengibar bendera, dokumentasi pribadi
Latihan petugas upacara, dokumentasi pribadi
Latihan petugas upacara, dokumentasi pribadi

Latihan berjalan sungguh-sungguh, meski kadang diselingi gurauan di tepi lapangan.

 Latihan yang dipandu oleh Paskibra dan OSIS  ini berlangsung hingga Jumat sore 4 November 2022. Hujan rintik-rintik tidak menghalangi semangat siswa untuk melaksanakan latihan agar bisa tampil maksimal di hari Senin mendatang.

Tetap semangat Sorest Bintaraloka..!

Sebuah Cerita Tentang Bulan Bahasa

Bulan Oktober telah berlalu. Namun bulan yang identik dengan bulan bahasa itu menyisakan cerita manis, terutama buat keluarga 2.3.1 Bintaraloka.

Peringatan Bulan Bahasa di Bintaraloka tahun ini diadakan hari Rabu  26 Oktober 2022 dan mengangkat tema”GEMILANG MUDA MEMBANGUN INDONESIA” .

Menonton lomba drama, dokumentasi pribadi

Menurut Bapak Mahmud istilah ‘muda’ tidak merujuk hanya pada  yang berusia muda.  Siapapun yang masih punya semangat tinggi untuk mencapai kemajuan maka ia tergolong dalam kategori muda.

Ada 17 mata lomba untuk memeriahkan acara Bulan Bahasa tahun ini, di antaranya adalah story telling, pidato bahasa Indonesia, speech contest, cipta puisi, musikalisasi puisi, madding, drama dan banyak lagi.

Para pemenang, dokumentasi Apple

Hal yang sangat membanggakan kelas 2.3.1 mendapat tjuh kejuaraan dalam lomba tersebut. Berikut para pemenang tersebut:

Berfoto bersama, dokumentasi Apple

Juara 1 Broadcasting

– Alessandra Nesya R.A.Z (editor)

– Rizke Anggia R. (reporter)

Juara 1 Pidato Bhs.Indonesia

– Jauza Udkhia Rahma

Juara 2 Cipta Makna Puisi

– Saylendra Wicaksono

Juara 1 Geguritan

– Atiqoh Sabrina Hasan

Juara 2 Pentigraf

– Aneira Calya Andrianti

Juara 2 Poster Digital

– Syifa Izza Santoso

Selamat pada para pemenang.. Semoga semakin sukses ke depannya.

Gempita Pameran Karya Siswa di Akhir Projek “Aku Keren dengan 4R”

Pagi itu selepas upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022 siswa kelas tujuh bergegas menuju aula. Sesuai arahan bapak/ibu guru mereka segera duduk mengambil tempat sesuai kelas masing-masing seperti biasanya.

Aha, ada perayaan lagi di acara Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.  Pagi itu akan diadakan pameran karya siswa kelas  tujuh yang menandai berakhirnya projek tema dua yaitu “Aku Keren dengan 4R”.

Persiapan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Dokumentasi P.Fabi

Projek “Aku Keren dengan 4R” dilakukan dalam berbagai kegiatan yaitu pemberian materi dari narasumber, pembuatan karya dengan bimbingan ibu-ibu para pelaku UMKM kota Malang, ODL, pembuatan karya mandiri dan pameran.

Sekitar pukul 08.30 persiapan dilakukan.  Sound,  LCD dan yang tak kalah penting adalah persiapan siswa menyambut kedatangan Komite SMP Negeri 3 Malang,  juga perwakilan paguyuban orang tua siswa.

Layaknya sebuah perayaan semua dipersiapkan dengan rapi. Lagu Profil Pelajar Pancasila dan Jangan Membuang Sampah berkali-kali dinyanyikan dengan rancak dan penuh semangat.  Adanya pemandu gerak siswa yang berdiri di setiap kelas membuat suasana semakin ceria. 

Sekitar pukul sembilan acarapun dimulai. Acara diawali dengan berdoa bersama seraya berharap semoga semua berjalan lancar sesuai yang diharapkan.

Menyanyikan lagu Indonesia Raya, dokumentasi P.Fabi

Sesudah pembukaan dan doa semua yang hadir berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza dengan dirigen Ibu Hertika. Betapa hal yang mengharukan, bersama siswa menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh.

Laporan ketua projek tema dua, dokumentasi P.Fabi
Kreatif…dan bernalar kritis, dokumentasi P.Fabi

Sesudah laporan dari ketua projek tema dua yaitu Ibu Ahfi, acara dilanjutkan dengan sambutan Ibu Kepala Sekolah, dan menyanyikan lagu Profil Pelajar Pancasila serta Jangan Membuang Sampah dengan panduan Bu Ami,  Bu Novi,  Bu Dani dan Bu Triana. Beberapa orang tua siswa ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan.

Sesudahnya acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan orang tua.  Dalam sambutannya  bapak perwakilan orang tua menekankan pentingnya melaksanakan 4R demi menjaga kelestarian lingkungan kita.

Sambutan perwakilan orang tua, dokumentasi P.Fabi
Sosialisasi tema tiga, dokumentasi pribadi

Sesudah sambutan orang tua acara di aula ditutup dengan berdoa, dan siswa segera diminta ke kelas masing-masing untuk persiapan pameran kelas. 

Sementara siswa menyiapkan pameran,  perwakilan paguyuban,  guru dan komite mengikuti acara sosialisasi Projek Tema Tiga dengan topik “Konser Musik Nusantara”. 

Sosialisasi dilakukan oleh Pak Fabi sebagai ketua tim Projek Tema Tiga .

Dalam paparannya Pak Fabi menjelaskan tentang apa saja yang akan dilakukan di Projek Tema Tiga,  dan tentunya mengharapkan dukungan orang tua dalam pelaksanaannya.

Sesudah sosialisasi, perwakilan paguyuban dipandu oleh dua orang siswa menuju ke kelas untuk menyaksikan pameran karya siswa.

Siswa menjawab pertanyaan Ibu Komite Sekolah, dokumentasi P.Fabi
Paguyuban orang tua menyaksikan pameran, dokumentasi P.Fabi
Ibu Kepala Sekolah menyaksikan pameran, dokumentasi P.Fabi

Sesuai dengan tema,  pameran berupa barang-barang hasil karya siswa dengan menerapkan prinsip 4R yaitu reduce,  reuse,  recycle dan replace.  Karya siswa sederhana namun menarik dan bermanfaat.  Contoh: mekuren, meja kursi keren yang dibuat dari ban bekas,  laci dari kardus,  lampu hias dari compact disc bekas,  lampu belajar dan banyak lagi.

Berbagai pertanyaan tentang produk dijawab dengan sigap oleh para penjaga stand pameran.

Kreatifitas siswa benar benar patut diacungi jempol,  baik dalam membuat karya ataupun menyelenggarakan pameran. Pameran dikemas dengan sederhana namun tetap ‘serius’. 

Penerima tamu, dokumentasi pribadi

Hal ini bisa dilihat dengan adanya meja penerima tamu,  daftar hadir,  brosur keterangan produk,  juga penjaga stand yang siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pengunjung dengan ramah.

Beberapa kelas bahkan menyediakan makanan juga permen.  Wow… 

Brosur pameran, dokumentasi pribadi

Ya, selalu ada banyak cerita di balik pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. 

Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ternyata bisa diketahui bahwa siswa menyimpan ‘talenta’ tertentu dalam diri masing-masing. Talenta yang tentunya perlu dikembangkan lagi untuk bekal mereka di masa mendatang. 

Salam Pelajar Pancasila… 🙂

Meriahnya Peringatan Bulan Bahasa 2022 di Bintaraloka

Tentang Bulan Bahasa

Di dalam bulan Oktober terdapat sebuah peristiwa penting yaitu ikrar yang diucapkan oleh para pemuda tanggal 28 Oktober 1928 atau Sumpah Pemuda.

Pembukaan Peringatan Bulan Bahasa, dokumentasi Apple

Sumpah Pemuda menggambarkan semangat para pemuda untuk bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia,  dan menjunjung bahasa persatuan yang satu yaitu Bahasa Indonesia. 

Dan sebagai wujud kecintaan kita pada  Bahasa dan Sastra Indonesia itu maka setiap bulan Oktober kita memperingati Bulan Bahasa.

Peringatan Bulan Bahasa di Bintaraloka

Peringatan Bulan Bahasa di Bintaraloka tahun ini diadakan hari Rabu  26 Oktober 2022 dan mengangkat tema “GEMILANG MUDA MEMBANGUN INDONESIA” .

Briefing sebelum pelaksanaan lomba, dokumentasi pribadi

Ketua panitia pelaksana Bulan Bahasa Bapak Mahmud menerangkan bahwa istilah ‘muda’ tidak merujuk hanya pada  yang berusia muda.  Siapapun yang masih punya semangat tinggi untuk mencapai kemajuan maka ia tergolong dalam kategori muda.

Peringatan pagi itu diawali dengan apel pembukaan yang dipimpin oleh Ibu Kepala Sekolah.  Mendung tebal dan kondisi lapangan yang agak basah tidak mengurangi semangat peserta apel. Setelah apel siswa menuju ke kelas dan bapak/ibu guru menerima briefing dari Pak Mahmud.

Briefing pagi sangat diperlukan karena hampir semua bapak/ibu guru menjadi juri dalam lomba bulan bahasa ini.  Ada 17 mata lomba yang disiapkan untuk memeriahkan acara Bulan Bahasa, di antaranya adalah story telling, pidato Bahasa Indonesia, speech contest, cipta puisi, musikalisasi puisi, madding, drama dan banyak lagi.

Lomba MC, dokumentasi Apple

Sekitar pukul setengah delapan para peserta menuju tempat yang ditentukan demikian juga bapak/ibu guru dewan juri.

Speech contest, dokumentasi Apple

Lomba berlangsung demikian meriah.  Semua siswa all out berusaha menyajikan tampilan terbaiknya. Beberapa lomba selesai menjelang Dhuhur namun beberapa lagi seperti broadcasting dan mading diberi batas agak panjang hingga pukul dua belas bahkan setengah dua siang.

Lomba broadcasting, dokumentasi pribadi
Lomba mading, dokumentasi pribadi
Dari arena musikalisasi puisi, dokumentasi pribadi

Sesudah lomba usai, sementara bapak/ibu guru merekap nilai untuk memutuskan pemenang, siswa berkumpul di lapangan volly guna melihat tampilan nominasi terbaik dari tiap lomba .

Konser bersama Pak Vigil, dokumentasi pribadi

Siang itu selepas azan Dhuhur matahari bersinar malu-malu, ya,  hujan yang turun sejak dini hari membuat langit tertutup awan sebagian.

Tapi yang perlu dicatat,  siang itu tidak hujan.  Hal yang sangat kami syukuri. Karena sesuai rencana,  jika tidak hujan hari Rabu siang akan diisi dengan tampilan nominasi terbaik dari beberapa nomor lomba Bulan Bahasa di lapangan .

Musikalisasi puisi, dokumentasi Apple

Siswa dan beberapa bapak ibu guru sudah bersiap di lapangan.  Alat musik sudah ditata di depan dan… action..

Tampilan siang itu diawali dengan permainan gitar Pak Vigil mengiringi siswa menyanyi bersama.  Lagu-lagu pun dialunkan.  Indonesia Tanah Air Beta,  Rayuan Pulau Kelapa,  bahkan juga Sempurna.

Siswa larut dalam suasana yang begitu menyenangkan.  Sesudahnya acara dilanjutkan dengan tampilan musikalisasi puisi,  dongeng dan juga drama.  Berkali kali penonton memberikan applaus atau tertawa atas tampilan siswa di depan yang begitu menarik,  lucu bahkan atraktif.

Ibu guru mendampingi siswa di lapangan, dokumentasi pribadi

Ya,  Bintaraloka selalu penuh cerita.  Lalu siapa saja pemenangnya? Pemenang diumumkan sesudah upacara Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022 oleh Pak Mahmud.

Suasana di lapangan volley begitu meriah. Terlebih ketika juara lomba diumumkan satu-persatu, dan tiap pemenang mendapatkan piagam penghargaan.

Sebagian pemenang, dokumentasi Apple

Ingin tahu siapa pemenangnya? Yuk, cek di bawah ini..:)

Lomba Story Telling : 1. Revania Khuma airo (3.5.5), 2. Lili Avisa ( 3.3.5), 3. Dinar Arini (3.5.8)

Lomba Desain Batik : 1. Najwa Aqidatul (2.2.1), 2. Satria Eldin( 3.1.2), 3. Khuluqin Adhim (3.5.7)

Lomba Menulis Indah aksara Jawa : 1. Biru Prameswari(3.3.1), 2. Farzana Luthfi( 3.5.3), 3. Nayla Cahya (3.1.7)

Lomba Pidato bahasa Indonesia : 1. Jauza Udkhia(2.3.1), 2. Azka Affan ( 3.3.6), 3. Faril Ardiansyah (3.5.5)

Lomba Geguritan : 1. Atiqoh Sabrina Hasan (2.3.1), 2. Silvania Tsabitah Saffa (2.1.1), 3. Favian Ahmad 3.3.6

Lomba Musikalisasi Puisi : 1. Kelas 3.3.2, 2. Kelas 3.1.9, 3. Kelas 2.1.1

Lomba Speech Contest: 1. Dirsanala Nararya (2.1.1), 2. Yusuf Danendra (3.1.4), Sybia Ainuha ( 3.1.1)

Lomba Poster Digital: 1. Azka Haura (3.5.2), 2. Syifa Izza (2.3.1), 3. Muhammad Iqbal (2.2.1)

Lomba Cipta Makna Puisi : 1. SafiraDwi Rahmasafitri (3.3.1), 2. Saylendra Wicaksono (2.3.1), 3. Rifa AuliaYulistia (3.5.8)

Lomba MC Bahasa Indonesia: 1. Komang Ayu Wicaksaneng N.G (3.5.5), 2. Amira Rizqia ( 3.3.3), 3. Graciella Joshua Agoni ( 3.5.4)

Lomba Mendongeng: 1. Graciella Zafira (3.5.7), 2. Vina Prawira (3.3.1), 3. Chiara Dewi C.S (3.3.5)

Lomba MC Bahasa Inggrisl: 1. Imraan Fauzan Maksum (3.3.5), 2. Cynara Harsya Adinata (3.5.4), 3. Dzakirah Thalita Ramadhani ( 3.3.1)

Lomba Pentigraf : 1. Safira Damayanti (3.5.8), 2. Aneira Calya Andrianti(2.3.1), 3. Mutiara Tida Fandasari (3.5.1)

Lomba drama : 1. Kelas 3.5.1 , 2. Kelas 3.5.2, 3. Kelas 3.3.1

Lomba Broadcasting : 1. Kelas 2.3.1, 2. Kelas 3.1.8, 3. Kelas 3.5.5

Lomba Poster Manual : 1. Trah Jenitraloka Weninggalih (2.1.1), 2. Nazila Almaghfira Hakim (3.1.4), 3. Aurelia Thalita Putri (3.1.5)

Lomba Mading: 1. Kelas 3.3.6, 2. Kelas 3.5.6, 3. Kelas3.5.7

Salam Bintaraloka..!