Kayutangan yang Penuh Kenangan

Pagi ini cuaca agak mendung di kota Malang. Lalu lintas jalan Kawi tak begitu ramai. Tentu saja, ini adalah hari pertama libur akhir semester. Biasanya jalan raya di pagi hari padat dengan anak – anak yang akan berangkat sekolah, sekarang tidak.

Vario saya berjalan pelan. Nyaman sekali tidak dikejar-kejar jam seperti biasanya. Dari Jalan Kawi sepeda terus berjalan ke Talun. Sampai di perempatan Alun alun Merdeka sepeda belok ke kiri ke arah Kayutangan.

Berkendara sepanjang Kayutangan membuat mata dimanjakan dengan berbagai bangunan tua yang terjaga keasliannya.

Di kanan jalan tampak Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yang populer dengan nama Gereja Kayutangan. Gereja ini memiliki gaya arsitektur yang unik dan mempunyai nilai sejarah dan arsitektur bergaya Gothic.
Hingga saat ini bangunan gereja masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Katolik.

Tidak jauh dari gereja terdapat toko Oen. Sebuah restoran yang memiliki gaya klasik Belanda di setiap sudut bangunan juga koki dan pelayannya.

Toko Oen pernah menjadi tempat para peserta kongres KNIP beristirahat makan siang saat kongres yang diadakan tanggal 25 Februari 1947.

Toko Oen, sumber gambar: Kumparan

Bangunan bersejarah lain adalah Tugu jam penunjuk arah di pertigaan Celaket di kawasan jl J.A Suprapto, Jl. Brigjen Slamet Riyadi dan Jl. Basuki Rahmat. Tugu yang berperan sebagai jam kota dan papan penunjuk arah.

Tugu penunjuk arah, sumber gambar: terakota

Di depan tugu tersebut terdapat bangunan tua PLN. Bangunan ini memiliki beberapa ruang bawah tanah sebagai tempat berlindung atau menyelamatkan dan melindungi alat-alat vital listrik, dari perang dunia ke-II.

Gedung PLN, Sumber gambar: Kekunaan

Suasana jalan tak begitu ramai. Aktivitas tampak begitu nyata di gereja dekat masjid Jamik juga gereja Kayutangan. Beberapa jemaah datang, namun ada juga yang bersiap pulang. Ya, hari ini umat Kristiani sedang merayakan Natal.

Pagi di Kayutangan, dokpri

Sepeda saya terus melaju, sampai di depan dealer sepeda motor hentakan musik tiba tiba memaksa saya berhenti. Suara penyanyi yang mantap, diiringi suara musik yang sangat cetar sungguh sangat menyita perhatian saya.
‘Semut Hitam’ dari God Bless dibawakan demikian rancak.

Beberapa pengendara sepeda juga berhenti seperti saya. Sambil manggut- manggut mengikuti hentakan irama kami turun dari sepeda dan berdiri di trotoar.

Lagu God Bless, dokpri

Lagu berganti. Raungan gitar listrik ditambah hentakan drum yang mengiringi sebuah lagu yang lain membuat ingatan kembali terlempar ke masa lalu. Saat di mana God Bless beberapa kali konser di kota Malang dan kami heboh membicarakannya.

Saya ingat saat saat itu ketika Achmad Albar datang ke kota Malang , teman saya ikut nyanggong di daerah Embong Arab karena kabarnya Achmad Albar mau mampir sana. He..he…

Mendengarkan lagu God Bless selalu mengingatkan saya pada adik. Ya, kami dulu sering ngopi bareng sambil mendengarkan lagu bersama, dan God Bless salah satu yang kami gemari.

Dua lagu selesai. Yang menonton semakin banyak. Beberapa menyempatkan diri memesan lontong bahkan mungkin juga ngopi di Teras Heritage yang tidak jauh dari situ.

Teras Heritage, dokpri

Menginjak lagu berikutnya cepat- cepat saya ambil sepeda. Wah, bisa kepanjer ini. Kalau mendengar lagu enak bisa lupa waktu.

Sepeda kembali melaju. Tidak jauh dari tempat pertama, saya berhenti lagi. Kali ini lagu-lagu Utha Likumahua yang didendangkan oleh sebuah grup band membuat ingatan kembali salto ke masa lalu, hingga tak terasa jadi ikut bersenandung mengikuti reffrainnya.

Lagu Utha Likumahua, dokpri

Bersama bayanganmu kasih
Aku mencoba berdiri dan melangkah lagi…

Ingatan saya kembali ke masa SMA di mana saat pulang sekolah bersama teman-teman berjalan kaki melalui Kayutangan.

Lagu-lagu terus mengalun manis. Beberapa penonton ada yang berdiri seperti saya, sementara yang duduk juga banyak. Ya, sejak pembangunan Kayutangan Heritage dilaksanakan ada banyak kursi yang berjajar sepanjang Kayutangan.

Ketika langit semakin gelap rintik gerimis mulai turun. Ah, baru ingat.. saya tidak membawa jas hujan pagi ini. Bergegas saya mengambil sepeda di parkiran untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Kendaraan mulai ramai, musik terus mengalun. Kayutangan terus berbenah. Jalan-jalan terus dipercantik dan geliat ekonomi masyarakat kampung sekitarnya semakin terasa.

Kayutangan tak berhenti membangkitkan kenangan dan membuat kenangan yang baru lagi.

Kontak saya putar. Tapi sebelum mesin sepeda dihidupkan, sebuah pesan whatsapp saya kirimkan buat adik.

Ayo.. kapan ngopi nang Kayutangan..?

Berbagai Catatan di Akhir Semester Gasal 2022-2023

Kegiatan akhir semester kali ini ditandai dengan hujan yang demikian deras di Bumi Bintaraloka.

Ya, sesudah kegiatan penerimaan rapor di pagi hari, kegiatan disambung dengan rapat evaluasi yang diadakan sesudah sholat Jumat. Menjelang berakhirnya rapat, hujan turun dengan deras sehingga banyak yang tertahan tidak bisa pulang dan akhirnya ngobrol bersama di ruang guru.

Menunggu hujan reda, dokumentasi pribadi

Wajah- wajah bapak ibu guru jauh berbeda dengan sehari sebelumnya. Tentu saja. Rapor sudah dibagikan, dan liburan sudah nyata menunggu di depan mata.

Akhir semester selalu ditandai dengan kegiatan yang begitu padat. Mulai dari penyelenggaraan PAS gasal, pekan remidi dan pengayaan disambung dengan classmeeting, ODL ke Glintung , menonton bioskop bersama dan sebagai penutup adalah penerimaan rapor semester gasal 2022/2023.

Ada banyak catatan menarik dari kegiatan akhir semester gasal tahun ini. Di antaranya adalah:

Penggunaan tab saat PAS, dokumentasi Bu Anna

Satu : Tahun ini adalah pertama kali penggunaan tab sekolah dalam pelaksanaan PAS. Bukan hal mudah menggunakan tab sekolah untuk pelaksanaan ujian. Perlu persiapan jaringan dan perangkat sehingga semua bisa berjalan lancar. Namun berkat kerjasama tim panitia PAS yang diketuai Ibu Anna Rohmawati , semua bisa teratasi dengan baik.

Classmeeting, dokumentasi Jojo

Dua : Penggunaan HP siswa sangat dikurangi baik saat PAS maupun class meeting. Tentunya apresiasi patut diberikan pada tim kesiswaan juga pengawas ujian yang dengan sungguh sungguh mengingatkan siswa agar menyimpan HP saat kegiatan berlangsung.

Menonton film, dokumentasi Bu Anna

Tiga :Kegiatan keluar baik berupa menonton film bersama maupun ODL tetap berjalan lancar. Menonton film adalah kegiatan siswa kelas 7, sementara ODL ke Glintung adalah kegiatan siswa kelas 9. Di sini begitu besar peranan walikelas dalam mendampingi para siswa saat berkegiatan.

ODL ke Glintung, dokumentasi Apple
Pendamping ODL, dokumentasi Gerry

Empat : Kegiatan di dalam sekolah, baik berupa motivasi, parenting maupun pengarahan dari Polresta terkait dengan pornografi berjalan dengan lancar. Kegiatan yang berusaha memberikan ‘pagar’ bagi siswa dalam berinternet ini diikuti oleh seluruh siswa kelas 9 dan program dua tahun.

Pengerjaan rapor, dokumentasi mister

Lima : Kegiatan entri data dan pengolahan rapor yang begitu ribet berjalan baik. Kerja tim penilaian juga tim pendamping walikelas di bawah pimpinan Pak Aksan sangat berperan dalam kelancaran acara ini.

Wali kelas menyiapkan rapor, dokumentasi pribadi

Pengerjaan rapor memakan waktu agak lama. Beberapa wali kelas ataupun tim penilaian pulang sesudah Maghrib.

Setelah penerimaan rapor di hari Jumat,  sebelum pulang diadakan rapat evaluasi yang langsung dipimpin oleh ibu kepala sekolah.

Dalam rapat tersebut ditekankan lagi pentingnya koordinasi dan komunikasi yang baik dalam pelaksanaan semua kegiatan, juga pentingnya saling berbagi ilmu dan membangun sinergi yang baik antara semua bapak ibu guru di lingkungan SMP Negeri 3 Malang.

Demikian catatan penting yang sempat saya rekam selama beberapa Minggu ini. Pastinya ada yang tercecer, dan tidak sempat ditulis.

Akhirnya semoga hujan yang turun di Jumat sore itu adalah penanda keberkahan yang selalu melimpah di bumi Bintaraloka.

Selamat tinggal semester gasal 2022/2023, semoga semester depan jauh lebih baik daripada semester ini , dan selamat menikmati liburan untuk semuanya…😊

Arrow Generation, Melatih Kebersamaan dan Meningkatkan Keimanan Melalui Kegiatan Retret Bintaraloka

Jumat siang itu sementara siswa muslim sholat Jumat dan keputrian, ada kegiatan juga yang dilaksanakan oleh siswa Kristen dan Katholik. Ya, hari itu siswa Kristen dan Katholik akan melaksanakan kegiatan retret di Rumah Khalwat Betlehem Jedong.

Tentang Retret

Kegiatan retret, dokumentasi Jojo

Retret memiliki makna menjauhkan diri sendiri dari lingkungan keseharian untuk sementara waktu. Kegiatan retret dapat dilakukan untuk alasan yang berhubungan dengan kebutuhan spiritual, menghindari stres, menjaga kesehatan, bagian dari gaya hidup, ataupun hal-hal lainnya.

Sambutan Ibu Kepala sekolah, dok. Bu Any
Bu Diana dan Bu Maria, dokumentasi Bu Maria

Retret yang diadakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 16 -17 Desember kemarin diikuti oleh 45 siswa dan 4 guru pendamping. Ini adalah retret Bintaraloka pertama sesudah dihentikan selama dua tahun karena pandemi.

Di samping merupakan kegiatan tahunan retret juga bertujuan untuk memperingati natal, karenanya selalu diadakan di sekitar bulan Desember.

Pemateri dan pendamping, dokumentasi Jojo

Dalam kegiatan tersebut hadir pula Ibu Kepala Sekolah, Ibu Any, Ibu Diana dan Ibu Maria, sedangkan pendamping siswa dalam kegiatan adalah Ibu Cahya, Pak Gerry, Pak Vigil dan Ibu Hertika.

Kegiatan retret, dokumentasi Jojo

Mengapa tema yang diambil adalah Arrow Generation? Siswa bisa diibaratkan anak panah dari seorang pahlawan. Karakter dari sebuah anak panah adalah cepat dan tepat sasaran , karenanya diharapkan ke depan siswa akan menjadi generasi yang cepat dan tepat sasaran dalam mengambil langkah dan menghadapi segala tantangan kehidupan.

Acara retret dua hari itu diisi dengan renungan pagi dipimpin oleh Ibu Cahya, khotbah tentang narkoba yang disampaikan oleh bapak Ismail Al ikhlas Hakim, juga outbond.

Kebersamaan dalam retret, dokumentasi Jojo

Dalam kesehariannya Pak Ismail berada dalam satu layanan dengan Pak Gerry untuk mengurusi orang-orang yang masuk dalam jeratan narkoba.

Setelah berbagai kegiatan yang padat tapi akrab, di hari Sabtu pukul satu siang semua peserta meninggalkan Rumah Khalwat Betlehem Jedong, untuk kembali menuju Bintaraloka.

Kegiatan pagi, dokumentasi Jojo

Wajah gembira tampak dimana-mana. Tentu saja. Retret, sebuah acara yang sangat berkesan di hati siswa, karena melalui berbagai kegiatan yang menyenangkan siswa bisa melakukan ibadah bersama untuk meningkatkan kualitas keimanan mereka.

Salam Bintaraloka…😊

Pagi yang Penuh Inspirasi Bersama dr Gamal Albinsaid, M.Biomed

Suasana lapangan pecah dengan yel yel dan sambutan yang begitu meriah pagi itu. Ibu Kepala sekolah, ketua komite juga bapak ibu guru berdiri di dekat lobby untuk menyambut kedatangan tamu istimewa hari itu. 

Ya,  hari  Selasa itu dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed, alumni Bintaraloka angkatan tahun 2005 datang di Bumi Bintaraloka. 

Gamal Albinsaid adalah seorang dokter, wirausahawan sosial, CEO Indonesia Media, dan penggagas berdirinya Klinik Asuransi Sampah dan Bank Sampah. Benar-benar tokoh muda kebanggaan Indonesia. 

Sambutan atas kehadiran dr Gamal Albinsaid, M. Biomed begitu meriah.  Dengan dipandu oleh Mister Sony, Pak Vigil dan tim. siswa menyajikan atraksi sambutan yang luar biasa. Lebih lebih ketika menyanyikan lagu Meraih Prestasi bersama seraya melambaikan tangan.  Meriah,  sekaligus mengharukan. 

Sesudah sambutan dari siswa dr Gamal dipersilakan memberikan sedikit pesan pada para adik kelas sebagai motivasi.

Dalam pesan singkatnya dr Gamal mengemukakan bahwa tidak ada jalan instan menuju sukses.  Semua perlu perjuangan keras, dan doa orang tua sangat berperan di dalamnya.

Sesudah beramah tamah sebentar di ruang kepala sekolah dr Gamal dan tim segera menuju aula Bintaraloka 1 karena di sana sudah siap wali murid siswa kelas 3.5 dan 2.3 untuk mendapatkan materi parenting yang bertajuk Mendidik Buah Hati Menjadi Pemuda Level Dunia.

Sesudah sambutan dari Ibu Kepala Sekolah dan Ibu Ketua Komite acara parenting dimulai.

Dalam paparannya dr Gamal mengemukakan pentingnya orang tua untuk mengetahui potensi anak dan mengembangkannya.

Mengajak anak memperjuangkan mimpi dan mendoakannya adalah hal yang harus dilakukan orang tua.  Apapun kondisinya jangan sampai membatasi mimpi dan cita-cita anak.  Never limit you vision based on your current resources. Hold the vision,  trust the process and your vision pulls you.

Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan. 
Tidak ada jalan instan untuk sukses, maka kita harus melewati anak tangga. Nikmatilah tantangan karena disanalah orang hebat, orang tangguh, dibesarkan.

Satu peristiwa yang membuat dr Gamal melakukan inovasi dalam bidang kesehatan adalah kisah seorang anak kecil bernama Khairunnisa, yang meninggal digerobak sampah sang ayah karena sakit diare dan tidak mampu membiayai obat anaknya.

Sang ayah saat itu memapah anaknya yang meninggal di atas Kereta Rel Listrik (KRL). Dari situ muncullah gagasan membuat klinik sampah yang terus dikembangkan hingga menjadi salah satu inovasi dalam bidang kesehatan. Dimana dengan sampah masyarakat dapat memperoleh layanan kesehatan yang memadai.

Berbagai prestasi diraih oleh dr Gamal bahkan hingga tingkat dunia.  Berbagai negara sudah dikunjungi, bercengkerama dengan  BJ Habibie,  menjadi undangan  Pangeran Charles,  mengobrol dengan Putin semua adalah buah dari kerja keras yang telah dilakukannya selama ini.  Kerja keras yang memberikan banyak kontribusi bagi kemanusiaan.

Satu jam yang benar benar mengesankan. Yang hadir di aula benar benar antusias.  Sayang karena keterbatasan waktu tanya jawab hanya dibatasi sampai dua pertanyaan saja.

Pagi yang penuh hikmah. Ada banyak nasehat dan kata bijak yang terucap.  Namun dari semua itu yang paling mengesankan adalah bahwa orang tidak akan peduli setinggi apapun prestasimu, karena yang paling diingat  adalah seberapa besar kamu memberi manfaat bagi sesama manusia. 

Salam inspirasi… 🙂

Radio dan Berbagai Kenangan yang Menyertainya

Benda kotak berbentuk persegi dengan warna kombinasi coklat tua dan muda itu berdiri dengan manis di meja depan. Benda yang menjadi favorit kami bersama. Ia selalu setia menemani hari hari kami sekeluarga saat itu. Ya, radio, sahabat setia kami sekeluarga.

Radio Sieghfried buatan Jerman dibeli bapak sejak kami masih kecil. Suaranya mantap, putaran untuk mencari channel ataupun volume sering saya jadikan mainan, meski jika ketahuan bapak akan dilarang.

Radio di rumah mulai menunaikan tugasnya sejak pagi pukul lima pagi. Acara favorit bapak tiap pagi adalah siaran pedesaan dari RRI Malang.

Lagu Lesung Jumengglung yang selalu dikumandangkan di awal dan akhir acara membawa kami pada indahnya suasana pedesaan. Biasanya saat lagu Lesung Jumengglung diputar volume radio agak dikeraskan untuk membangunkan kami yang masih mengantuk.

“Ayo.. Ayo… Sekolah.., ” kata ibuk sambil mengerjakan pekerjaan dapur dengan background Lesung Jumengglung.

Mendengar ‘keributan’ itu dengan malas kamipun bangun dan bergantian menuju kamar mandi.

Menjelang pukul enam kami sarapan. Saat itu radio mengumandangkan lagu-lagu penyemangat. Kalau tidak salah acaranya bertajuk Pagi Gembira Cerah Ceria.
Kami cepat-cepat makan, karena menuju pukul enam jarum jam seperti berputar cepat sekali.

Sumber Gambar: Memoria Radio



Nah, ketika acara Pagi Gembira Cerah Ceria berakhir, lagu instrumen “Rayuan Pulau Kelapa” pun berkumandang. Kami bergegas mengambil tas dan berangkat sekolah.
Instrumen tersebut penanda jam sudah menunjukkan pukul enam, ketika itu sekolah masuk pukul setengah tujuh.

Sementara kami sekolah radio tetap menemani bapak. Ya, bapak adalah seorang penjahit dan dalam beraktivitas beliau selalu ditemani oleh radio.

Bapak selalu ditemani oleh acara Mitra Karya dari KDS8. Acara yang berisikan lagu lagu Indonesia yang tidak terlalu baru.
Pada pukul setengah sepuluh bapak akan pindah channel ke stasiun lain guna menikmati sandiwara radio.

Menjelang pukul satu siang saya tiba di rumah. Sambil makan di sebelah mesin jahit bapak kami menikmati acara tembang kenangan. Hmm, acara favorit kami ini. Lagu lagu barat lawas langsung memanjakam telinga kami. Sebutlah lagu dari Danny Boy dari Jim Reeves, Can’t Help Falling in Love nya Elvis Presley, Walk Awaynya Matt Monroe. Aih.. Manis sekali rasanya.

Dari semua lagu itu, lagu bapak yang paling saya suka adalah Belladona dari UFO. Suara gitar di awal lagu terasa begitu manis dalam pendengaran saya.

Masih berkisar dengan lagu lawas, pukul satu siang acara berganti dengan tembang kenngan Indonesia. Muncul lagu dari Tetty Kadi, Panbers, AKA dan banyak lagi.

Saat lagu lawas Indonesia diperdengarkan, itu adalah saat bapak beristirahat siang. Ketika bapak tertidur chanel saya ganti ke acara ludruk. He.. He.. Ludruk Sidik cs adalah favorit saya.

Di rumah hanya saya yang suka ludruk, sementara bapak lebih suka wayang.

Pukul empat sore sambil bersih-bersih kami mendengarkan sandiwara radio. Aha, ada banyak sandiwara radio favorit kami utamanya yang berlatar belakang sejarah, seperti Saur Sepuh, Mahkota Mayangkara juga Tutur Tinular.

Tutur Tinular mengisahkan tentang sejarah runtuhnya Kerajaan Singasari hingga berdirinya Kerajaan Majapahit. Tokoh ceritanya adalah Arya Kamandanu dengan pedang saktinya Naga Puspa.


Saur Sepuh cerita dengan latar belakang masa kerajaan Majapahit tersebut, sosok Brama Kumbara menjadi tokoh utama sebagai raja dari kerajaan Madangkara yakni masih berada di kekuasaan Majapahit bagian Selatan Nusantara.

Mahkota Mayangkara adalah lanjutan dari Tutur Tinular. Sandiwara ini berlatar belakang sejarah Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Jayanagara, di mana pada akhirnya terjadi pemberontakan Ra Kuti yang berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.

Suara pengisi sandiwara radio seperti Ferry Fadli, Elly Ermawati, Ivone Rose atau M. Abud yang demikian mantap membuat imajinasi kami tentang tokoh-tokohnya melayang begitu tinggi.

Menjelang maghrib radio Sieghfrid berhenti bertugas. Ya, tiba saatnya bagi kami untuk belajar. Televisi kami belum punya saat itu, jadi hiburan hanya radio dan sesekali tape recorder.

Sambil belajar ada radio kecil yang menemani. Waktu itu radio kecil kami mereknya Telesonic berwarna hitam dengan isi empat baterai kecil.

Retro AM/FM solid state transistor radio. Cross processed.

Untuk menemani belajar, kami sudah janjian dengan teman teman sekelas untuk mendengarkan radio yang sama yaitu TT 77.

“Nanti ada salam buat kamu,” kata-kata sakti itu membuat kami bertahan mendengar radio sampai malam hari. Surprise sekali kalau tiba-tiba ada salam dari seseorang yang istimewa.

Sampai saat tidur tiba radio ikut menemani dekat bantal. Ketika mata hampir terpejam suara gamelan dari radio tetangga mulai terdengar.
Ah, ya, malam itu saatnya siaran wayang kulit semalam suntuk dari stasiun radio tertentu.

Begitulah radio yang selalui setia menemani rutinitas kami saat itu. Mulai bangun tidur hingga tidur lagi.

Dengan radio kegiatan sehari hari yang kami lakukan, lebih terasa begitu hangat dan akrab.

Untuk bernostalgia kita nikmati lagu yang sering diputar di RRI yuk….:)