Selamat Lebaran, Bintaraloka!

Pada hari Rabu (09/04) telah dilaksanakan kegiatan  halal bihalal di Bumi Bintaraloka. Kegiatan yang dilaksanakan di hari pertama masuk sekolah setelah libur selama hampir tiga minggu ini diikuti oleh seluruh keluarga Bintaraloka.

Halal bihalal ini dilaksanakan di lapangan volley sesudah apel pagi yang dipimpin oleh Bapak Imam Muta’ali, S.Pd.

Dalam amanat pagi itu Bapak Imam berpesan tentang dosa pada Allah dan pada sesama manusia. 

Apel pagi, dokumentasi Bintaraloka

Jika dosa pada Allah bisa dilakukan dengan istighfar atau taubat dan berjanji tidak akan mengulangi, maka dosa pada manusia bisa dilakukan dengan saling memaafkan. Allah tidak akan mengampuni dosa sesama manusia jika yang bersangkutan belum dimaafkan.

Apakah Halal bihalal itu?

Halal bihalal adalah sebuah tradisi asli bangsa Indonesia yang berisikan saling memaafkan antara satu dengan yang lain.

Ada yang mengatakan bahwa tradisi ini  sudah ada sejak masa Mangkunegara I (lahir 08 April 1725) atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. 

Bersalam salaman di hari pertama masuk sekolah, dokumentasi Bintaraloka

Ketika itu, setelah shalat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan dengan para raja, punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Pada pertemuan tersebut dilakukan pula tradisi sungkeman dan saling bermaaf-maafan satu sama lai.

Nama halal bihalal mulai dipakai tahun 1948. Ketika itu kondisi politik agak genting dan hampir mengalami perpecahan. 

Atas saran KH Wahab, Presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara pada Hari Raya Idul Fitri tahun 1948, dan  pertemuan itu pun diberi nama Halal Bihalal

Di dalam acara tersebut, para tokoh politik duduk bersama dalam satu meja untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depannya.

Siap berhalal bihalal, dokumentasi pribadi
Bersalaman sesama teman, dokumentasi Bintaraloka

Sesudah apel pagi hari itu, halal bihalal dilaksanakan dengan bersalam-salaman, antara siswa dan guru, guru dan guru maupun sesama siswa.

Halal bihalal dengan Bapak guru, dokumentasi Bintaraloka

Sebuah pagi yang terasa begitu hangat dan akrab. Ya, memaafkan adalah sebuah cara untuk membersihkan hati dan jiwa, serta tekad untuk memulai hal baru yang lebih baik. Selamat Lebaran Bintaraloka!

Buka Bersama, Sebuah Cerita Tentang Kebersamaan Sore Itu

Sebuah kebersamaan di sore itu, dokumentasi pribadi

Sore itu saya dan teman-teman mengadakan acara bukber di sebuah tempat makan. 

Perencanaan acara ini terhitung sangat  mendadak. Betapa tidak? Baru dishare beberapa jam di grup pertemanan, semua langsung oke.

Canggihnya, seorang teman langsung gercep. Dia langsung reservasi tempat dan di acc. 

“Bapak /Ibu, tolong menu segera diisi ya…karena reservasi harus beres dua hari sebelum acara,” katanya.

Malam itu juga kami memilih menunya. Saya memilih bakmi goreng, sementara teman- teman ada yang memilih nasi goreng, sop sehat, bebek gongso juga ayam lodho.

Di hari pelaksanaan (Senin 17/03), hujan turun begitu lebat. Meski demikian tidak mengurangi semangat kami untuk datang di acara tersebut. Kami sudah siap  di tempat sekitar pukul lima, biar ada kesempatan untuk ngobrol bareng sebelum buka bersama.

Aneka hidangan bukber, dokumentasi pribadi

Ngobrol bersama selalu mengasyikkan. Kami bisa saling bercerita tentang pengalaman, masa lalu hingga masa kini bahkan untuk masa yang akan datang. He..he.. padahal tiap hari kami bertemu di sekolah. Tapi ngobrol di luar vibe nya terasa beda. Kami lebih kreatif dalam meramu topik pembicaraan.

Pesanan makanan sudah siap di meja. Di depan saya bakmie goreng tersenyum manis dengan posenya yang demikian menggoda. Suwiran ayam dan acar membuat cacing cacing di perut kian menari-nari.

Begitu azan berbunyi kami minum dulu dan segera sholat di tempat yang sudah disediakan. Ya, biar makannya nanti bisa lebih khusyuk.

Menunggubsaat berbuka, dokumentasi pribadi

Sesudah sholat, kamipun mulai menikmati hidangan. Tapi eits,  berdoa bersama jangan dilupakan Ya, doa berbuka puasa, doa favorit di bulan Ramadhan ini.

Begitu menyendok bakmi,  saya baru sadar. Porsinya benar benar jumbo. Subhanallah, ini dua kali lipat makan saya di rumah, pikir saya.

Ya, porsi bakmi itu begitu melegakan.

Pemimpin doa berbuka puasa, dokumentasi pribadi

Setelah hidangan habis, menjelang jam tujuh kami segera bubar karena akan segera sholat tarawih. Subhanallah, perut rasanya kenyang sekali. Apalagi di akhir buka saya sempat minum kopi susu. Mata terasa byar dan lebih bersemangat.

Kami segera menuju parkiran untuk mengambil sepeda. Beberapa teman memesan grab untuk kendaraan pulang.

Sepeda motor saya terus berjalan membelah ramainya lalu lintas kota Malang.

Suassna bukber, dokumentasi pribadi

Langit masih gerimis. Titik-titik hujan yang jatuh dari langit bagaikan curahan rahmat Yang Kuasa atas indahnya kebersamaan kami di  hari itu.

Salam Ramadhan 😊

Selamat Memasuki Masa Purnatugas, Bapak Hari Pantoko

Pada hari Kamis (02/01) sekitar pukul 12.00 telah dilaksanakan perpisahan dengan Bapak Hari Pantoko, S.H,  satpam SMP Negeri 3 Malang yang telah memasuki masa purna.

Acara yang berlangsung khidmat ini diadakan di ruang guru dengan pembawa acara Ibu Tyas wakahumas SMP Negeri 3 Malang.

Dalam acara tersebut Bapak Hari menceritakan perjalanannya selama menjadi satpam di SMP Negeri 3 Malang.

Ibu Arie Susani menyerahkan kenang kenangan pada Bapak Hari Pantoko, dokumentasi Bintaraloka

Lahir di  Malang, 26 Agustus 1966, Bapak Hari Pantoko mengabdi di SMP Negeri 3 Malang mulai tahun  2003  hingga 2024 , atau total selama 21 tahun.

Selain menjadi satpam menurut penuturan Bapak Hari Pantoko, beliau pernah mengajar di sebuah sekolah swasta. 

Banyak cerita dan pelajaran kehidupan yang beliau peroleh selama mengabdikan diri di Bintaraloka. Sosok yang sangat religius ini mempunyai pandangan hidup bahwa seberat-beratnya orang bekerja masih lebih berat orang yang tidak mempunyai pekerjaan, karenanya jangan mudah mengeluh dan  pandailah bersyukur apa yg kita punya.

Bapak Hari Pantoko bersama Bapak Kepala SMP Negeri 3 Malang, dokumentasi Bintaraloka

Dalam acara hari itu Bapak Teguh Kepala SMP Negeri 3 Malang mengucapkan terima kasih atas pengabdian Bapak Hari selama ini, dan berharap Bapak Hari Pantoko senantiasa sehat dan bahagia dalam memasuki masa purnatugas.

Acara perpisahan hari itu diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan, bersalam salaman dan foto bersama.

Mufasa The Lion King, Cerita Tentang Hancurnya Sebuah Persahabatan

Libur semester adalah saat istimewa di mana saya bisa jalan jalan lebih leluasa dengan anak saya. Setelah pekan penerimaan rapor yang begitu sibuk, hari Minggu kemarin saya diajak anak saya menonton film Mufasa Lion King di Cineplex Matos Malang.

Rencana sebenarnya kami ingin melihat Moana 2, tapi karena kehabisan tiket kami putuskan untuk menonton Mufasa The Lion King yang diputar satu jam berikutnya (pukul 15.00 wib)

Kami sama sama penggemar film Lion King , jadi melihat film ini rasanya juga surprise, karena kami tidak menduga kalau Mufasa juga sedang diputar di bioskop-bioskop

Film yang disutradarai oleh Barry Jenkins dengan naskah yang ditulis oleh Jeff Nathanson ini menampilkan tokoh-tokoh yang sebelumnya sudah ada di Lion King dengan beberapa tokoh tambahan.

Tiket masuk, dokumentasi pribadi

Film yang bercerita dengan latar sabana  Afrika ini sangat menarik. Mengapa? Tokoh- tokohnya yang semua merupakan binatang tampil unik sesuai karakter masing masing. Di film ini kita akan berjumpa kembali dengan tokoh setia di film Lion King sebelumnya seperti Rafiki, Timon, Pumbaa juga Zazu.

Film Mufasa The Lion King ini punya kaitan erat dengan Lion King 1. Jika Lion King 1 bercerita tentang perjuangan Simba merebut tahta dari Scar, maka Mufasa The Lion King bercerita tentang perjuangan Mufasa menjadi raja di Milele atau Pride Rock.

Dalam Lion King 1 terdapat tokoh antagonis yang mengusir Simba dari kerajaan ayahnya yaitu Scar. Dengan licik Scar mengusir Simba dari kerajaan dan merebut tahta dari Mufasa.

Ketika melihat Lion King 1 timbul pertanyaan dalam benak saya,  jika Scar memiliki tabiat begitu licik, mengapa ia masih ‘diberi tempat’ oleh Mufasa? Nah, pertanyaan saya itu ternyata terjawab di film Mufasa The Lion King ini.

Salah satu adegan dalam Mufasa The Lion King, sumber gambar: Variety

Film diawali dengan adegan Rafiki  yang bercerita pada Kiara, anak Simba  tentang sejarah kakeknya yaitu Mufasa. 

Dengan dilengkapi celoteh Timon dan Pumba, Rafiki pun bercerita masa kecil dan perjuangan Mufasa.

Mufasa kecil sering mendapatkan cerita dari kedua orang tuanya tentang sebuah tempat yang sangat indah bernama Milele. Tempat dimana pepohonan begitu banyak, dan air melimpah sehingga berbagai macam fauna senang tinggal di dalamnya.

Banyak hewan mengatakan bahwa Milele hanyalah dongeng, tapi tidak dengan orang tua Mufasa.

Dalam perjalanan mencari Milele terjadi sebuah tragedi di mana Mufasa hanyut dan terpisah dari kedua orang tuanya.

Mufasa diselamatkan oleh Taka, seekor singa yang  begitu ingin mempunyai saudara.

Taka dan Mufasa, Sumber gambar: CNN Indonesia

Kehadiran Mufasa dalam keluarga Taka ditolak oleh ayah Taka yaitu Obashi, karena Obashi beranggapan sebagai calon raja Taka tidak boleh bergaul dengan binatang asing.

Namun tidak demikian halnya dengan Eshey, ibu Taka. Eshey menerima kehadiran Mufasa. Dalam sebuah peristiwa pertempuran dengan rombongan singa putih yang dipimpin oleh Kiros, Mufasa telah menyelamatkan Eshey dan hal ini membuat Obashi bisa menerima kehadiran Mufasa.

Kiros, sumber gambar: CNN Indonesia

Ketika rombongan singa putih kembali menyerang, Mufasa dan Taka tak mempunyai pilihan lain selain pergi menyelamatkan diri.

Dalam perjalanan mencari tempat untuk menyelamatkan diri ini Taka merasakan bahwa dalam banyak hal Mufasa mempunyai kelebihan dari dirinya, seperti keberanian, juga insting dalam membaca alam. 

Kehadiran singa betina Sarabi membuat hubungan keduanya semakin merenggang, bahkan akhirnya putus.

Nah, bagaimana cerita selanjutnya?  Mengapa nama Taka berubah menjadi Scar? Melihat sendiri film ini sepertinya lebih menarik.

Berbeda dengan Lion King 1 dan 2  yang merupakan film animasi, Mufasa The Lion King dibuat dengan menyatukan teknis pembuatan film live-action dengan gambar komputer yang realistis. 

Saya sendiri lebih suka jika filmnya dibuat kartun saja seperti Lion King 1 sebelumnya. Mengapa? Lebih lucu, juga dengan animasi sosok dan karakter masing masing tokoh terlihat jelas. 

Misal Mufasa yang berwarna kuning oranye , wajahnya menunjukkan singa yang bijaksana. Berbeda dengan Scar yang berwarna keabu- abuan. Tatap mata dan senyumannya menunjukkan bahwa dia singa yang licik dan jahat.

Lepas dari itu, dukungan sound effect yang megah, visual yang cantik , juga lagu- lagu membuat film drama musikal ini  ini mempunyai daya tarik tersendiri.

Bersama Kimi , dokumentasi pribadi

Sebagai pengisi liburan film ini recommended terutama buat anak kecil. Saya sendiri menonton dengan Kimi, si kecil kesayangan kami😃

Mufasa The Lion King. Film yang  banyak memberikan pelajaran bagi kita terutama tentang kegigihan, keberanian, kesetiaan dan kasih sayang.

Mading Sekolah: Media Informasi, Menggiatkan Literasi dan Wadah Berekspresi 

Beberapa siswa tampak sibuk di depan sebuah papan tulis besar. Satu orang membuat hiasan dengan menggunakan spidol, berapa yang lain.menempel lembar lembar informasi yang diperoleh dari hasil print atau tulisan anak anak sendiri.

Siswa sedang menghias mading, dokumentasi pribadi

Ya, anak anak tersebut sedang menyiapkan Mading yang dipakai sebagai kelengkapan visitasi dari sebuah lomba. 

Tentang Majalah Dinding (Mading)

Mading Bintaraloka, dokumentasi pribadi

Mading atau dulu sering disebut sebagai koran dinding adalah media informasi yang diletakkan di tempat umum yang bertujuan memberikan informasi pada masyarakat sekitar.

Mading kelas, dokumentasi pribadi

Mading bisa kita dapatkan di banyak tempat seperti sekolah, ataupun instansi- instansi. Meski sudah berada di era digital  penggunaan mading sebagai pemberi informasi masih sering dipakai karena terasa keefektifannya. 

Ada banyak manfaat dari mading , misalnya untuk:  

1.  Penyebaran Informasi dan pengumuman kegiatan.

Mading tentang stunting, dokumentasi pribadi

2. Memberikan pendidikan dan meningkatkan kesadaran tentang isu isu kesehatan, lingkungan juga sosial.

Mading ekosistem daratan, dokumentasi pribadi

3. Sarana promosi sebuah kegiatan.

Mading untuk reklame, dokumentasi pribadi

4. Sebagai sarana komunikasi massa, terutama bagi yang mengalami kesulitan akses terhadap berbagai media komunikasi.

Kehadiran majalah dinding di sekolah mempunyai berbagai manfaat tambahan, seperti sebagai sarana siswa untuk  berkreasi juga menyampaikan berbagai isu yang ada di sekolah.

Mading hak dan kewajiban, dokumentasi pribadi
Mading SSK, dokumentasi pribadi

Majalah dinding juga merupakan satu hal yang sering menjadi ‘jujugan’ ketika ada visitasi lomba di sekolah.

Saat ada visitasi, tema majalah dinding yang dibuat disesuaikan dengan tema lomba.

Membuat Mading, mencari informasi , menuangkan kreasi, dokumentasi pribadi

Saat membuat mading adalah saat yang sangat menyenangkan. Selain mencari informasi siswa berpikir membuat kreasi seperti apa yang cocok dengan tema mading yang akan dibuat.

Membuat maduk, dokumentasi pribadi

Dalam perkembangannya majalah dinding tidak hanya berwujud kertas yang ditempelkan tapi bisa berwujud tiga dimensi dan sering disebut sebagai mading tiga dimensi .

Sebenarnya kata majalah dinding sudah tidak pas untuk Mading tiga dimensi ini. Mengapa?  Karena informasi tidak lagi ditempel di dinding. Kata yang pas mungkin majalah tiga dimensi.

Mading tentang pentingnya hidup sehat, dokumentasi pribadi

Pada majalah tiga dimensi ini kreativitas siswa sangat ditantang dengan membuat berbagai pernak pernik yang melengkapi informasi sesuai tema yang disajikan

Dalam ukuran yang lebih kecil majalah tiga dimensi ini dinamakan majalah duduk (maduk). Ya, karena bentuknya  yang tidak begitu besar, majalah ini bisa “didudukkan” di atas meja.

Maduk karya siswa, dokumentasi pribadi

Akhirnya meskipun  teknologi digital telah mengubah cara kita mengakses informasi, kehadiran mading, terutama di sekolah sangat diperlukan. 

Mading sebagai media pemberi informasi tidak hanya membuat siswa lebih rajin berliterasi, juga sebagai sarana untuk menggali potensi dan menuangkannya dalam berbagai ekspresi.