Suatu saat ketika masih kecil anak saya bertanya. “Ibuk, Tuhan ada di mana? Di langit atau di masjid? “tanyanya penuh rasa ingin tahu.
Saya agak terkejut mendapat pertanyaan yang tidak biasa seperti itu.
“Kenapa tanya seperti itu, Le? ” saya balik bertanya. Dengan serius ia menjawab.
“Kan kalau sholat kita harus ke masjid? Berarti Tuhan ada di masjid? Kalau kita berdoa kok menghadap atas?(maksudnya menengadahkan tangan ke atas) Berarti Tuhan ada di langit? “
Saya sungguh takjub dengan logika sederhananya. Logika anak kelas TK A. Selalu saya tekankan sejak kecil bahwa sholat adalah menghadap dan berdoa kepada Tuhan. Berarti yang dibayangkan anak saya saat datang ke masjid atau berdoa adalah mendatangi wujud Tuhan secara fisik dan minta sesuatu padaNya.
Hal yang sama saya bayangkan pada saat saya masih kecil. Sering saya membayangkan saat melihat langit biru bahwa Tuhan ada di balik langit melihat hamba-hambanya.
Lalu pada malam hari saat semua tertidur, Tuhan akan datang pada kami sambil membagikan pahala yang sudah dilakukan seharian. Bedanya saya dulu tidak berani bertanya, tapi anak saya berani.
Sulit juga menjawab pertanyaan seperti itu. Apalagi jika yang bertanya anak kecil. Namun tidak menjawab juga bukan langkah yang bijaksana karena akan memudarkan nalar dan rasa ingin tahunya.
“Tuhan ada di dekat kita saat kita berdoa, ” jawab saya hati-hati.
” Bukan di masjid? “
“Bukan hanya di masjid. ‘Kan ibuk juga lebih sering sholat di rumah? ” jawab saya.
Dalam kebiasaan keluarga saya laki laki sebaiknya sholat wajib berjamaah di masjid, sedangkan perempuan boleh sholat di rumah saja.
“Oh iya ya.. Masak Tuhan tidak mau datang ke rumah-rumah? Kan juga banyak orang berdoa di rumah.. ” katanya puas.
Sangat sulit bagi saya untuk menerangkan padanya bahwa Tuhan ada dekat dengan manusia, bahkan melebihi dekatnya urat leher manusia. Seperti firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. ‘ Surah Qaf:16
Ayat yang menggambarkan betapa dekatnya Tuhan dengan kehidupan kita. Ia tak bisa dilihat tapi bisa dirasakan kehadirannya. Lewat banyak peristiwa, lewat tanda tanda alam, semua menunjukkan hadirnya Tuhan dalam kehidupan kita.
Perasaan kedekatan Tuhan dengan manusia tampak dari sebuah kisah tentang gadis penjual susu pada zaman Umar bin Khatab.
Suatu saat Khalifah Umar yang suka melakukan kunjungan diam-diam di malam hari pada penduduk berdialog dengan seorang gadis penjual susu.
Khalifah berkata, “Wahai gadis penjual susu, kenapa tidak kau campur susu yang akan kau jual itu dengan air supaya kamu mendapat untung lebih banyak? Kujamin, tidak akan ada yang tahu.”
Gadis penjual susu menghentikan pekerjaannya dan menatap Khalifah dengan heran.
“Lalu Allah ada di mana? ” jawabnya singkat. Jawaban yang singkat namun sangat menohok dan membuat khalifah begitu terharu. Betapa gadis itu merasakan keberadaan Allah yang begitu dekat dengan dirinya.
Ada hal menarik yang saya ambil dari nasehat Habib Husein Ja’farAl dalam sebuah pengajiannya bahwa Tuhan tidak hanya berada di masjidil Haram, di Vatikan atau di Tembok Ratapan. Tiga tempat istimewa yang selalu diziarahi umat manusia. Tapi Ia ada dalam hati kita. Keberadaan Tuhan begitu dekat kita.
Kedatangan pandemi yang sempat mengakibatkan umat manusia tidak bisa mendatangi berbagai tempat ibadah atau bahkan tempat tempat istimewa tersebut , seolah sebuah penegasan dari Tuhan bahwa, “Jika kau tidak bisa mendatangi tempat-tempat ibadah tersebut, tetaplah ‘datang padaKu’ karena Aku ada di hatimu.”
Salam Ramadan..😊
- Latihan Soal Bangun Ruang Sisi Datar - November 19, 2024
- Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus, Balok, Prisma dan Limas) - November 18, 2024
- Bangun Ruang Sisi Datar (Panjang Kerangka dan Luas Permukaan) - November 18, 2024