Semangat Idul Adha di SMP Negeri 3 Malang, Refleksi Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail

Gema takbir yang bersahut sahutan sejak hari Kamis malam adalah tanda datangnya hari yang sangat dinanti- nanti. 

Seruan akan Maha Besar dan Maha Sucinya Allah menghiasi langit. Ya, Hari Raya Idul Adha tahun ini jatuh pada hari Jumat 6 Juni 2025.

Dalam perayaan Idul Adha kali ini  SMP Negeri 3 Malang kembali mengadakan sholat Id bersama di sekolah.

Jamaah sholat id, dokumentasi Naufal

Sholat kali ini diikuti oleh siswa kelas tujuh dan delapan, guru, Plt kepala sekolah, ketua komite beserta jajarannya juga beberapa orang tua.

Dalam sambutan pagi ini Bapak Teguh Edy Purwanta mengucapkan terima kasih atas kehadiran semuanya.

Beliau juga menerangkan karena berbagai kegiatan yang sangat padat  tahun ini SMP Negeri 3 Malang tidak melaksanakan penyembelihan kurban, dan diharapkan tahun depan bisa melaksanakan kegiatan tersebut seperti tahun-tahun yang lalu.

Bertindak sebagai imam dan khotib sholat Id pagi ini adalah Ustadz Budi Sulistyo, S.Hi, M.Pd

Dalam ceramah pagi ini Ustadz Budi menjelaskan bahwa sebagai umat muslim kita harus selalu mengikuti teladan dari Nabi Muhammad SAW juga Nabi Ibrahim as.

Memperingati Kurban berarti kita mengingat kembali perjalanan hidup Nabi Ibrahim as dan mengambil hikmah dari segala peristiwa yang ada di dalamnya.

Menengok kembali kisah Nabiyullah Ibrahim, diiterangkan oleh Ustadz Budi bahwa Nabi Ibrahim dan Ibu Hajar sangat merindukan hadirnya anak dalam kehidupan mereka. Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya lahirlah Ismail.

Ketika Ismail masih bayi datang perintah Allah pada Nabi Ibrahim untuk uzlah, mengajak anak dan istrinya pindah ke daerah Mekkah dan meninggalkannya.

Jamaah putri , dokumentasi Anggita

Meski perintah itu terasa berat, tapi karena ketaatan manusia- manusia pilihan ini, perintah tersebut pun dijalani

Hingga ketika Ismail menginjak baligh perintah berikutnya datang, yaitu agar nabi Ibrahim menyembelih putranya, Ismail.

Sungguh sebuah perintah yang berat, namun karena ketaatan dan ketakwaan mereka,  Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail melaksanakannya, dan ternyata Ismail diganti dengan domba.

Ketaatan yang sungguh luar biasa dari Nabi Ibrahim ini yang akhirnya membawa anak keturunan Nabi Ibrahim menjadi orang- orang besar dan beliau bergelar Abul Ambiya wal Mursalin, atau Bapak dari para nabi dan rasul.

Dari peristiwa di atas bisa diambil pelajaran tentang ketaatan, kesabaran dalam menjalankan perintah Allah, serta khusnudzon atas segala ketentuan Allah.

Jamaah putri, dokumentasi Bintaraloka

Diungkapkan oleh Ustadz Budi bahwa dengan taat dan khusnudzon dalam menegakkan agama Allah, maka Allah akan menjamin kehidupan kita.

“Marilah kita mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa Kurban ini untuk bisa diterapkan di era sekarang sehingga hidup kita diberkati oleh Allah SWT,” pungkas Ustadz Budi di akhir ceramahnya.

Foto bersama , dokumentasi Naufal

Setelah sholat Id, acara dilanjutkan dengan foto bersama dan sarapan bersama siswa BDI yang sejak sehari sebelumnya melaksanakan kegiatan sholat berjamaah dan takbiran di Masjid Bintaraloka.

Sarapan bersama, dokumentasi Pak Imron

Akhirnya semoga dengan peringatan Kurban ini kita semua akan tumbuh menjadi manusia yang lebih baik, dan akan muncul “Ismail Ismail” baru yang rela berkorban demi ketaatan kepada perintah Allah SWT.

Sebuah Catatan Sie Konsumsi Idul Qurban 1444 H

Siang itu tiba-tiba sebuah grup baru muncul di whatsapp saya. Aha, grup di dalam grup. Sebuah fenomena yang selalu muncul sekarang ini.

Grup Sie Konsumsi Qurban. Ya, saya dan sebelas orang teman tergabung dalam sie konsumsi di perayaan Idul Adha tahun ini.

Bu Ami sebagai ketua sie langsung mengajak kami berdiskusi. Aih, Idul Adha masih kurang sekitar empat atau lima hari lagi, tapi diskusi sudah terasa begitu intens.

Apa yang didiskusikan? Tentu saja tentang menu dan pembagian tugas. Ada dua menu yang direncanakan yaitu nasi pecel untuk sarapan dan nasi sop untuk makan siang.

Nah, karena sarapan dilaksanakan sesudah sholat Id, maka tugas merebus sayuran untuk pecel dibagi-bagi. Ada yang kebagian sayur kacang panjang, bayem, kenikir, sawi juga cambah. Sayur dibawa dalam kondisi matang ke sekolah, demikian pesan dari Bu Ami.

Dialog di grup konsumsi, dokumentasi pribadi

Tentang bumbu pecel, langsung dibeli dari Blitar (ada teman yang khusus bertugas untuk mendatangkan bumbu pecel tersebut). Bumbu pecel yang agak meragukan statusnya. Bagaimana tidak? Dia didatangkan dari Blitar tapi namanya bumbu pecel khas Kediri. Nah….

Tentang dadar jagung dan perkedel sudah didatangkan dari Manggar, kerupuk dari Arjosari, rempeyek dari Sawojajar. Pokoknya semua lauk sudah datang pagi itu dengan tampilan yang begitu cantik.

Kegiatan sie konsumsi dimulai pagi benar. Ketika semua sholat Id, sie konsumsi menata hidangan di dapur. Nah, ini salah satu barokah lebaran yang berbeda. Beberapa teman sie konsumsi sudah berlebaran di hari Rabu, karenanya hari Kamis sudah lodhang, tidak melaksanakan sholat Id, jadi bisa melakukan kesibukan di dapur.

Karena saya sholat Id di hari Kamis, sayuran yang saya bawa saya letakkan di meja dan langsung saya tinggal sholat ke aula. Alhamdulilah sayuran tersebut langsung digabungkan dengan sayuran yang lain oleh teman-teman.

Ada sedikit insiden pagi itu. Tiba-tiba bumbu pecel ketlisut! Bisa dibayangkan betapa paniknya. Duh.., makan pecel tanpa bumbu.. apa kata dunia??

Tapi untunglah, berkat kejelian teman-teman, bumbu segera ditemukan dan langsung dieksekusi (dihancurkan) di mangkok besar.

Selesai sholat Id, kegiatan sarapan dimulai. Ustadz Dedi dan bapak-bapak yang lain sarapan di ruang guru, sementara kami dan anak- anak di dapur.

Sebelum sarapan pagi di ruang guru, dokumentasi BBC SMP3
Sarapan pagi BDI, dokumentasi pribadi

Mantap sekali menu pagi itu. Nasi pecel dengan kulup sawi, kacang panjang, cambah, bayam, kenikir, juga bunga turi. Lauknya bakwan, telur mata sapi, kerupuk, dan rempeyek. Rempeyeknya ada beberapa varian. Rempeyek kacang, teri juga gremut. Subhanallah. Nikmat Tuhan Yang mana yang akan kamu dustakan?

Selesai sarapan, lanjut dengan kegiatan berikutnya. Apa kegiatannya? Membuat sayur sop.

Kegiatan mengupas wortel, ucet, memotong brokoli dan tempe terasa mengasyikkan. Ya iya lah, jika para ibu bertemu pasti ada banyak diskusi yang terjadi. Yang jelas sambil tangan terus bekerja diskusi tentang masalah kekinian berjalan dengan seru.

Sementara kami memotong sayuran, ternyata Bu Ami kehilangan bumbu lagi. Walah, kali ini bumbu sop dan teman-temannya.

Berita kehilangan sampai diumumkan lewat mic sekolah. Alhamdulilah tas berisi bumbu ditemukan. Ternyata tas tersebut terbawa ke kelas delapan.

Banyak sekali sayuran yang dipotong-potong pagi itu. Tempe juga mencapai 200 potong lebih. Tapi semua terasa gayeng ketika dikerjakan bersama.

Menggoreng ratusan tempe, dokumentasi pribadi

Eits, ada tambahan lagi. Es cao dan es goder yang cantik dan penuh pesona. Kedua jenis minuman ini ditata dan disajikan khusus oleh dua ibu guru cantik, Bu Fia dan Bu Triana.

Ibu-ibu cantik, menyajikan es cantik, dokumentasi pribadi
Es goder cantik, dokumentasi pribadi

Tatkala bagian penyembelihan minta disediakan kopi, alamak, kami kehilangan gula.

Ada masalah, ada solusi! Dengan sigap Bu Any belanja gula,kopi, dan gelas kertas juga..
Ibu guru satu ini memang keren, padahal semua itu disambi dengan jualan es cao dan es goder. Eh…

Berjualan es keliling, dokumentasi Bu Tjatur

Lepas sholat dhuhur adalah saat makan siang. Untuk makan siang kami menggunakan area kantin. Sayur sop, nasi, bakwan, perkedel, telur ceplok, kerupuk, sambal sudah tersaji manis di meja makan.

Sebagian teman nasi sop, dokumentasi pribadi

Anak anak mulai berdatangan untuk makan. Untuk menghindari agar sendok sayur tidak nyemplung dalam sop, maka ada petugas khusus penciduk sayur sop.

Melayani anak anak makan siang, dokumentasi Bu Ami
Makan siang, dokumentasi pribadi
Makan siang, dokumentasi pribadi

Setelah rombongan anak- anak selesai makan, ganti rombongan guru-guru dan TU.

Maem dulu.., dokumentasi pribadi
Makan siang, dokumentasi pribadi
Makan siang, Dokumentasi pribadi

Banyak sekali yang harus dilayani hari itu, karenanya kami menanak nasi lagi sebelum rombongan guru datang. Padahal sebelumnya yang sudah disiapkan adalah nasi dalam satu termos besar dan empat magic jar. Alhamdulilah semua habis.

Sie konsumsi stand by di daerah kantin, dokumentasi pribadi

Sementara itu di bagian penyembelihan Bu Utin selalu woro- woro pada siswa agar yang belum makan segera makan. Ya, jangan sampai siswa sakit atau masuk angin gara-gara lupa makan.

Menjelang Ashar sampai pada tugas akhir kami yaitu membungkus nasi dan lauk yang masih ada. Semua harus kembali didistribusikan agar tidak terbuang percuma.

Sekitar pukul setengah empat kegiatan sie konsumsi berakhir. Dapur dan kantin kembali bersih, dan kami bisa pulang kembali.

Dapur bersih kembali, dokumentasi pribadi

Sebuah kerja tim yang luar biasa. Ruwet, namun tim begitu solid dan mantap. Kerja tim yang dimulai pagi hingga sore menghasilkan hidangan yang memberikan ‘kekuatan’ pada semua panitia yang bertugas.

Ya, bukankah dengan asupan gizi yang baik, semua panitia bisa melaksanakan semua tugas dengan baik? Karenanya tidak berlebihan jika Bu Utin mengatakan bahwa Sie konsumsi adalah penentu nasib Panitia Qurban. He..he…✌️✌️

Salam Bintaraloka…