Sebuah sepeda motor besar berhenti di depan sekolah. Pengendaranya memakai helm kaca gelap dan kacamata hitam. Bergegas saya mendekatinya.
“Sekarang ya Bude?”
“Ayo Le, jawab saya sambil duduk di boncengan,”
Ya, sore itu, keponakan saya yang sedang kuliah di semester enam jurusan DKV mengajak saya untuk menghadiri pemeran karya yang di adakan di sebuah gedung di Universitas Negeri Malang.
Pameran ini diisi karya para mahasiswa. Tujuannya adalah untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah mereka. Mata kuliah apa, saya lupa namanya, tapi yang jelas saya diajak ke sana untuk meliput.
Kata keponakan, tugas yang dilakukan ini harus dipublikasikan, dan begitu mendengar kata publikasi dia langsung ingat budenya.
Hobi Membaca, Menulis dan Kompasiana
Semenjak berkenalan dengan Kompasiana, hobi membaca dan menulis saya kian menjadi. Mengapa? Dengan banyak membaca tulisan teman-teman, saya semakin terpacu untuk terus menulis.
Banyak orang hebat di Kompasiana, dan dari mereka saya banyak belajar bagaimana membuat tulisan yang berisi namun tetap enak dibaca.
Seiring berjalannya waktu, menulis bukan lagi sekedar kesenangan bagi saya, tapi juga kebutuhan. Karenanya sangat tidak enak kalau beberapa hari tidak menulis.
Akibatnya setiap mengikuti event tertentu, pasti akan saya jadikan tulisan.
Sering menulis membuat saya ditarik menjadi penulis web sekolah. Tugas saya cukup datang di event sekolah, menulis lalu upload di web.
Barokah lain dari hobi menulis adalah saya jadi sering mendapat undangan dari teman untuk mengikuti event tertentu guna membuat semacam liputan. He..he…sok sok an jadi wartawan ini…
Lalu berapa bayarnya? Tidak ada. Mendapat ucapan terima kasih, melihat yang saya buatkan tulisan merasa senang saja sudah membuat hati saya ikut senang.
Kadang saya menulis tentang rekreasi jamaah pengajian, acara jalan-jalan bersama teman-teman, acara arisan juga acara pameran seperti yang saya lakukan sore itu.
Kami terus berjalan menuju lokasi pameran. Sepanjang kiri kanan jalan dipenuhi dengan berbagai dekorasi. Hingga akhirnya sampailah kami di pintu masuk. Setelah mengisi buku tamu kami pun masuk ruang pameran.
Keponakan saya memperkenalkan saya pada teman-temannya. Rupanya beberapa dari mereka sudah mendapat cerita tentang saya. Sekilas saya dengar ada yang berbisik. “Bude, ya?”
Keponakan saya mengiyakan.
Saya terus berkeliling. Mungkin karena tahu bahwa tujuan saya ke situ adalah untuk meliput, tiap pertanyaan yang saya ajukan selalu dijawab dengan lengkap.
Bertanya ke sana-sini membuat pembicaraan di antara kami tidak canggung lagi. Dan dengan akrab mereka memanggil saya “Bude”.
Ah ya, tulisan tentang liputan ini saya upload di Kompasiana dengan judul “Memorabilia”, Karena Ada Ribuan Kenangan di Masa Kecil
Suatu saat ketika kuliahnya hampir berakhir, keponakan saya harus mengadakan pameran lagi.
“Bude, saget liputan malih?”
“Oh, bisa Le .. kapan?”
Setelah menentukan hari dan tanggalnya, siang itu ketika jam istirahat saya dijemput dari sekolah untuk kembali meliput pameran karyanya.
Kali ini karyanya mengangkat tema Mahapatih Gajah Mada. Jadi ceritanya ia membuat berbagai merchandise yang dikaitkan dengan kebesaran Gajah Mada sebagai tugas akhir kuliahnya.
Sama dengan liputan sebelumnya, di lokasi pameran wajah- wajah ramah menyapa saya. “Bagaimana kabarnya Bude?”
He..he… Saya membalas sapaan mereka dengan gembira. Senang sekali rasanya bertemu lagi dengan mereka. Kami berbincang sejenak, lalu saya mulai mengamati karya- karya yang dipamerkan sambil beberapa kali memotret.
Jika dihitung selama keponakan kuliah ada empat kali saya diminta meliput pamerannya. Ada yang di UM, Dewan Kesenian Malang (DKM) juga Malang Creative Centre (MCC).
Yang paling unik adalah ketika saya meliput di MCC. Mengapa? Pameran dikemas dengan gaya kekinian. Peserta pameran banyak yang mengenakan cosplay.
Saya yang tidak ikut bercosplay jadi tampak aneh. Bahkan ketika antre lift, di sekitar saya adalah Naruto dan teman-temannya.
Bukan sekedar hobi, gara- gara menulis saya mempunyai banyak kesempatan untuk mendatangi berbagai event, memotret dan menuliskannya.
Menulis membuat saya mendapatkan sebuah profesi baru, yaitu ‘wartawan’. Wartawan yang siap membantu publikasi bagi keponakan jika memerlukan.
Ya, wartawan itu bernama Bude 😃
Tulisan ini dimuat di Kompasiana 01082024
- Hargai Perbedaan dan Merajut Pertemanan Melalui Online International Exchange - December 26, 2024
- Berbagai Kenangan tentang ‘Ngeteh’ Bersama - December 24, 2024
- Mengenang Tokoh Matematika Srinivasa Ramanujan - December 22, 2024