Belajar Sejarah Topeng Malangan, Giat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Bintaraloka 

Hari Kamis (09/01) usai sholat Dhuhur, aula Bintaraloka sudah dipenuhi siswa kelas sembilan. Ya, hari itu adalah hari kedua pelaksanaan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema Membangun Seniman Muda Topeng Malangan.

Salah satu agenda kegiatan projek ini adalah  mengundang narasumber Bapak Gatot Kasujono, seorang seniman sekaligus pecinta seni topeng Malangan untuk belajar tentang  sejarah topeng Malangan.

Foto bersama narasumber , dokumentasi Fabi

Tentang Topeng Malangan dan Sejarahnya

Membicarakan sejarah Topeng Malangan berarti kita membicarakan sejarah kota Malang. Mengapa? Topeng ini sudah ada sejak zaman kerajaan Kanjuruhan yang merupakan cikal bakal Kota Malang.

Pada masa itu topeng berfungsi sebagai sarana ritual yang terbuat dari batu, bahkan emas dan logam lain. Topeng dipakai sebagai sarana untuk memanggil arwah nenek moyang atau memuja dewa. 

Kesenian topeng terus berkembang dan mencapai puncaknya pada masa kerajaan Majapahit. 

Prabu Hayam Wuruk raja Majapahit yang terkenal itu adalah seorang seniman penari topeng.

Di Malang kesenian topeng ini di angkat kembali pada tahun 1890 oleh Bupati Malang, Raden Sjarip. Pada saat itu topeng Malangan sudah menyebar di berbagai daerah dan mulai berkembang pesat. Hingga tahun 1990 an, terdapat sekitar 33 grup topeng Malangan di daerah Malang raya.

Topeng Malangan sering ditampilkan dalam berbagai acara, sumber gambar : RRI

Semakin lama topeng tidak lagi dipakai untuk acara religius, tapi lebih sebagai acara seni dan budaya. Dalam perkembangannya topeng Malangan semakin sering ditampilkan dalam acara tertentu, misalnya pernikahan, selamatan, atau acara resmi menyambut tamu penting.

Topeng Malangan terbuat dari kayu dan memiliki lima warna dasar, yakni merah, hijau, kuning, putih, dan hitam,  di mana setiap warna mempunyai makna tertentu .

Putih mewakili sifat jujur, suci, dan berbudi luhur. Kuning melambangkan kemuliaan, hijau menggambarkan kedamaian, merah melambangkan angkara murka, licik, atau keberanian, sedangkan hitam berarti kebijaksanaan.

Ada sekitar 76 karakter tokoh dalam topeng Malangan, dan di antaranya ada enam tokoh dengan karakter yang menonjol yaitu Panji Asmorobangun, Dewi Sekartaji, Ragil Kuning, Gunung Sari, Kelana Suwandhana dan Bapang.

Enam tokoh karakter menonjol dalam topeng Malangan, sumber gambar: Lingkar Sosial

Panji Asmoro Bangun, merupakan tokoh protagonis yang mengatur naik turunnya konflik dalam suatu cerita. Warna hijau pada wajahnya menunjukkan bahwa ia sosok yang baik hati.

Dewi Sekartaji, putri cantik ini memiliki alis nanggal sepisan, berhidung mancung dan memiliki titik emas di antara alisnya. Wajahnya berwarna putih menunjukkan bahwa ia seorang yang suci, lembut, dan baik hati.

Gunung Sari, sahabat Raden Panji ini memiliki mata sipit, berkumis panjang. Warna wajahnya sama seperti Dewi Sekartaji yaitu putih yang melambangkan seorang yang baik hati dan suci.

Dewi Ragil Kuning, adik dari Raden Panji ini bersifat aktif. Warna wajahnya yang kuning melambangkan kegembiraan, kelincahan.

Siswa menjawab pertanyaan narasumber, dokumentasi pribadi

Kelana Sewandana, adalah  tokoh antagonis yang menjadi musuh dari Raden Panji. Tokoh ini memiliki mata besar,  hidungnya berbentuk pagotan, mulutnya berbentuk jambe sinegar setangkep, jambang yang serupa ronce melati, serta jenggotnya yang brewok.

Wajah yang berwarna merah menunjukkan bahwa ia seorang pemarah dan juga pemberani.

Bapang, memiliki warna wajah merah, hidung panjang, dan mata yang besar. Warna wajah sahabat Kelana Sewandana ini melambangkan sifat pemarah dan pemberani.

Siswa mengajukan pertanyaan , dokumentasi Buz

Acara Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila siang itu diikuti dengan antusias oleh para siswa. Hal ini ditandai dengan beberapa pertanyaan yang muncul. Pertanyaan siswa  berkisar pada sanggar seni topeng yang ada di Malang.

Di akhir acara, Bapak Gatot Kasujono menyerahkan kenang-kenangan berupa topeng bapang pada warga SMP Negeri 3 Malang.

Menerima kenang kenangan dari Bapak Gatot, dokumentasi Fabi

Hari yang istimewa. Siswa belajar banyak hari ini, baik tentang sejarah maupun berbagai hal mengenai topeng Malangan.

Harapannya ke depan semakin banyak anak muda yang tertarik pada topeng Malangan, sehingga kesenian ini tetap lestari dan tak hilang ditelan perkembangan zaman.

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

76 views