Pagi itu ada yang berbeda di ruang guru Bintaraloka. Di meja depan berbagai makanan tersedia. Ada yang masih dimasukkan di kresek, piring besar, bahkan beberapa buah buahan juga ada.
Teman-teman di bagian konsumsi sudah sibuk menata makanan, memotong dan mengupas buah juga menyiapkan minuman.
Ya, seperti tahun tahun sebelumnya perayaan Maulid Nabi kali ini kami juga mengadakan potluck di ruang guru.
Apakah potluck itu?
Istilah “potluck” diyakini berasal dari abad ke-16, ketika Thomas Nashe menulis dalam drama panggungnya Summer’s Last Will and Testament . Bunyi tulisannya: “Orang baik adalah orang baik, meskipun ia tidak punya uang sepeser pun di dompetnya. Kami hanya punya potluck, sedikit untuk membasahi bibir kami, dan tidak lebih.”
Pada masa itu banyak orang menyimpan kelebihan makanan di lemari untuk hidangan jika tiba-tiba rumahnya kedatangan tamu.
Makanan yang diperoleh tamu tergantung pada ‘keberuntungan’ mereka akan jenis makanan yang disimpan tuan rumah, karenanya dinamakan potluck.
Di sekitar tahun 1930 mulai ada versi makan bersama dengan berbagai macam variasi menu yang dibawa oleh masing masing orang.
Makan bersama diadakan karena saat itu terjadi resesi besar sehingga setiap orang mendapat jatah makanan yang terbatas.
Karena keterbatasan ini orang orang lalu mengadakan acara makan bersama dengan membawa makanan masing-masing dari rumah. Dengan cara tersebut orang-orang bisa menikmati makanan yang bervariasi.
Seiring berjalannya waktu potluck menjadi istilah yang umum digunakan untuk penyelenggaraan sebuah pesta dimana para tamunya bertanya, ‘”Nanti saya bawa apa ya?”
Seperti yang kami lakukan pagi itu, dua hari sebelumnya di grup WhatsApp kami sudah membuat list tentang makanan yang bisa dibawa pada perayaan Maulid Nabi.
Dari list bisa dilihat ada yang akan membawa urap, sayur lodeh, sayur kothokan pedas, bali telur, sambal goreng kentang, tahu goreng, bakwan, mendol, buah sampai kerupuk.
Luar biasa. Kalau ada 15 orang yang mengisi list berarti ada 15 macam makanan yang tersedia. Karenanya pagi itu meja depan tampak penuh makanan.
Bagian konsumsi menata berbagai macam makanan yang datang dalam dua meja. Satu meja untuk tempat makanan dan satu meja untuk buah, kue dan minuman.
Sesudah acara Maulid berakhir, semua siswa masuk kelas dan menikmati buah-buahan yang mereka bawa, dan para guru menikmati hidangan yang tersedia di ruang guru.
Pagi yang luar biasa. Kami makan bersama dengan aneka hidangan yang dibawa oleh kami semua. Potluck pagi itu membuat Maulid terasa berkah, meriah, penuh kehangatan dan juga penuh makanan tentunya.
- Simulasi Mitigasi Gempa Bumi, Mengapa Perlu Dilakukan? - October 13, 2024
- Kunjungan ACG School Jakarta ke Bumi Bintaraloka - October 10, 2024
- Aritmatika Sosial 7 (Latihan Soal) - October 7, 2024