Klepon. Sebuah nama yang singkat tapi menimbulkan sensasi tertentu bagi para penggemarnya.
Mendengar kata klepon akan terbayang kue berbentuk bulat kenyal yang berwarna hijau dengan taburan kelapa di atasnya. Tak ketinggalan ada gula merah yang ada di dalamnya, sehingga saat masuk mulut, dengan manisnya kue ini akan menyemprot lidah kita. So sweet.
Karena perilakunya yang seperti itulah beberapa menamakan kue ini kue kaget nyemprot. He.. .he.. tidak salah juga sih..
Tidak hanya di Indonesia, Belanda juga mengenal kue klepon ini.
Dalam buku Indisch leven in Nederland karya J. M. Meulenhoff, diperoleh informasi bahwa klepon sudah ada di Belanda sejak tahun 1950 an. Konon yang membawa kuliner ini ke Belanda adalah seorang imigran asal Pasuruan, Jawa Timur.
Kue klepon dibuat dari tepung beras dan tepung ketan yang dicampur dengan daun suji dan air, diuleni lalu dibentuk bulat-bulat. Di bagian dalamnya dimasuki gula merah yang akan lumer ketika bulatan adonan tadi direbus dalam air panas.
Menyajikan klepon cukup taburi dengan parutan kelapa dan letakkan di piring saji.
Sambil duduk santai , ngobrol bersama sahabat atau keluarga kiranya klepon adalah hidangan yang patut direkomendasikan.
Dalam perkembangannya klepon tidak hanya berwarna hijau, tapi juga memakai warna lain. Bahkan ada juga klepon pelangi. Cantik sekali..
Tahukah pembaca bahwa selain cantik dan lezat, ternyata ada filosofi manis yang terkandung dalam hidangan ini?
Dibalik adonan klepon yang sepertinya tidak ada rasanya tersimpan manis yang luar biasa. Maknanya jangan menilai orang dari penampilan luarnya. Bisa jadi penampilan yang biasa biasa saja ternyata menyimpan keistimewaan yang luar biasa.
Hidangan klepon kurang lengkap tanpa adanya taburan kelapa. Taburan kelapa membuat klepon teras makin sedap.
Ini bermakna bahwa segala sesuatu perlu perjuangan untuk meraihnya. Bukankah sebelum dihidangkan kelapa harus diambil dari batoknya, dikupas lalu diparut? Perlu perjuangan untuk mendapatkan taburan kelapa penyedap klepon.
Hmm, tidak hanya lezat. Dibalik kenyal dan manisnya klepon ternyata ada filosofi baik di dalamnya.
Jadi, tunggu apa lagi.. yuk, mari menikmati klepon bersama secangkir kopi agar hangat terasa di hati…
- Suatu Pagi di Pawon Bromo - November 3, 2024
- Sebuah Catatan dari Peringatan Bulan Bahasa, Lebih dari SekedarĀ Perayaan - November 1, 2024
- Sarapan Pagi dengan Bakmi Sayur sebagai Pelaksanaan Salah Satu Pilar NGTS - October 30, 2024