Bonus Demografi, Sekolah Sadar Kependudukan dan Generasi Emas Indonesia

Jumat adalah hari koordinasi. Ya, sejak semester genap ini ditetapkan bahwa tiap hari Jumat dilaksanakan evaluasi dan koordinasi berkaitan dengan kegiatan kegiatan yang telah dan akan dilakukan.

Di hari Jumat Minggu ketiga Januari ini, evaluasi diadakan menjelang pukul setengah dua siang.

Kegiatan pengisian SPT bersama yang dilakukan sebelumnya tidak membuat semangat Bapak/Ibu guru kendor untuk mengikuti evaluasi. Apalagi di sela- sela rapat ada yel-yel penyemangat yang dipimpin oleh Ibu Any Setijowati.

Suasana koordinasi dan evaluasi, dokumentasi Cyin Any

Dalam evaluasi kali ini ada dua bahasan penting yang dilakukan yaitu rencana pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Sekolah Sadar Kependudukan.

Paparan P5, dokumentasi Cyin Any

Projek P5 dipaparkan oleh Pak Fabi dan tim, sementara Sekolah Sadar Kependudukan oleh Ibu Maskunin, Ibu Triana dan Ibu Indah.

Dalam tulisan kali ini saya mencoba mengambil intisari dari paparan Ibu Maskunin tentang SSK dengan ditambah ulasan dari berbagai sumber, sementara tulisan tentang P5 akan dibuat dalam tulisan tersendiri.

Bonus Demografi, SSK dan Generasi Emas Indonesia

Hasil sensus 2020, sumber gambar: beritasatu.com

Berdasarkan pendataan yang dilakukan, BPS (Badan Pusat Statistik) memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi pada kurun 2030-2040.

Apakah maknanya? Diperkirakan pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibandingkan usia non produktif.

Namun hakekatnya bonus demografi ini datang lebih awal. Hal tersebut bisa kita lihat dari hasil sensus penduduk tahun 2020 di atas di mana prosentase penduduk usia produktif mencapai 70.72% dari keseluruhan jumlah penduduk.

Jika dikelola dengan baik, dengan adanya bonus demografi sebuah negara akan mengalami keuntungan ekonomi, karena banyaknya jumlah penduduk usia produktif. Saat jumlah usia produktif demikian banyak, tenaga kerja akan melimpah, angka ketergantungan menurun sehingga pendapatan bruto akan meningkat.

Sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik bonus demografi bisa menjadi bencana karena melimpahnya angka pengangguran sehingga berakibat pada timbulnya masalah-masalah sosial yang lain.

Dalam hal ini diperlukan peran sekolah untuk menanamkan kesadaran akan kependudukan pada siswa, agar bonus demografi bisa memberikan manfaat yang nyata.

Sekolah sebagai agen perubahan diharapkan berkontribusi dalam mengatasi berbagai isu kependudukan dan membentuk generasi berencana yang sanggup menghadapi berbagai tantangan zaman.

Untuk itu, melalui kerjasama BKKBN, sekolah dan instansi yang terkait, dilaksanakan penyelenggaraan Sekolah Sadar Kependudukan (SSK) .

SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran, ekstrakurikuler, pembiasaan atau juga penyelenggaraan pojok kependudukan.

Salah satu pembiasaan di sekolah, literasi, dokpri

Integrasi dalam pembelajaran bisa dilakukan lewat RPP yang dibuat, sehingga diupayakan pembelajaran di dalam kelas bisa memuat isu-isu kependudukan.

Ada banyak isu kependudukan yang bisa diangkat misalnya tentang ledakan jumlah penduduk, masalah penduduk usia tua, meningkatnya usia produktif dan remaja, juga masalah urbanisasi dan pengembangan perkotaan.

Tentu saja integrasi masalah kependudukan dalam pembelajaran bisa dilakukan pada materi-materi yang sesuai.

Pramuka, satu contoh kegiatan ekstrakurikuler, dokpri

Dalam paparan hari itu Bu Maskunin juga menjelaskan akan diadakannya pojok kependudukan yang akan berlokasi di Bintaraloka 3.

Pojok Kependudukan rencananya akan berisi tentang berbagai informasi tentang kependudukan, termasuk di dalamnya buku dan poster-poster tentang kependudukan ataupun konsultasi kependudukan.

Diharapkan dengan dicanangkannya SSK ini pemahaman siswa akan dampak penduduk yang tidak terkendalikan bisa lebih meningkat, sehingga para siswa serta para remaja pada umumnya dapat berperan serta untuk meningkatkan usia nikah pertama serta meningkatkan kualitas kesehatan reproduksinya.

Sumber gambar: Suara Pemerintah

Ya, siswa sekarang adalah mereka yang akan mengambil peran penting di berbagai sektor kira-kira 10 atau 20 tahun mendatang. Jika tidak dipersiapkan dengan baik mereka akan menjadi beban dan menghadapi banyak masalah, sebaliknya jika dipersiapkan dengan sungguh-sungguh niscaya mereka akan menjadi generasi emas tahun 2045 yang diharapkan bisa membawa kemajuan negeri tercinta kita Indonesia.

Salam Bintaraloka..😊

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

17 views