Belajar dari Film Jumbo, Sahabat dan Keluarga Adalah Harta yang Sungguh Tak Ternilai Besarnya

Sedikit demi sedikit

Engkau akan berteman pahit

Luapkanlah saja bila harus menangis

Anakku, ingatlah semua

Lelah tak akan tersia

Usah kau takut pada keras dunia (ost film Jumbo)

Saya menonton film ini di Dieng Cyber Mall Plaza yang tidak jauh dari rumah. Kami mengambil jadwal tayangan di pukul 12.40 WIB di hari Sabtu (05/04). Berlima, 3 orang dewasa dan dua bocil kami berangkat selepas sholat Dhuhur.

Ketika kami sampai di lokasi, suasana sudah demikian ramai dan didominasi anak kecil. Ya,  karena hari itu masih dalam suasana libur lebaran banyak yang memanfaatkan waktu untuk jalan bareng anak-anak. Apalagi dari berbagai review film ini tampaknya sangat menarik.

Film Jumbo, Sumber gambar : Beautynesia

Dari suasana di dekat pintu masuk, tampak sekali bahwa Film Jumbo ini sangat menyedot perhatian. Kehadiran poster Jumbo dengan warna- warni ceria mengalahkan poster-poster film lain yang didominasi oleh film horor.

Bahkan untuk berfoto bersama di dekat poster tersebut kami harus rela antre.

Film Jumbo bercerita tentang petualangan anak kecil bernama Don bersama Nurman, Mae, Atta dan Meri.

Don dipanggil dengan nama Jumbo karena badannya yang besar dan sering dijadikan bahan ejekan teman-temannya terutama oleh Atta.

Ayah dan ibu Don (yang diisi dengan suara Ariel dan Bunga Citra Lestari) sudah meninggal. Dan sebelum meninggal keduanya membuat sebuah buku cerita yang tokohnya adalah seorang anak yang mirip Don.

Buku cerita itulah yang selalu dibawa Don kemana-mana karena ia merasa itulah kenang- kenangan yang sangat berharga dari ayah dan ibunya.

Jumbo dan buku ceritanya, sumber gambar : Popmama

Don tumbuh menjadi anak yang suka bercerita. Dan ketika akan diadakan semacam kompetisi pagelaran karya anak-anak,  Don mendaftar bersama teman- temannya yaitu Mae, dan Nurman.

Atta juga ikut mendaftar. Tapi karena kuota peserta sudah terpenuhi, ia tidak bisa ikut kompetisi. 

Sementara itu, Jumbo yang mendaftar sesudah Atta justru diterima karena tepat ketika ia mendaftar, ada satu peserta yang mundur. Jadi Jumbo dan teman-temannya yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kompetisi

Hal ini yang membuat perseteruan antara Jumbo dan Atta semakin tajam. Dalam perjalanan kisah ini Jumbo dan teman- temannya bertemu dengan hantu cilik Merri, dan menghadapi berbagai peristiwa yang seru dan menegangkan.

Lalu bagaimana akhir dari kompetisi ini? Akankah Jumbo yang menang atau Atta? Sepertinya melihat sendiri film ini akan terasa lebih menarik

Menonton film Jumbo membawa kita masuk lebih ke dalam dunia anak-anak yang penuh warna. Ada ceria juga ada duka.

Dalam cerianya dunia mereka anak-anak kadang dihadapkan pada masalah yang cukup pelik, seperti Atta yang ingin mencari uang guna membantu biaya berobat kakaknya, Jumbo yang yatim piatu, ataupun Nurman yang tiap hari harus mengurus kambing kambing kakeknya.

Dialog-dialog sederhana antara Jumbo dan Oma ( suara diisi oleh Ratna Rintiarno) terasa sangat menyentuh.

Jumbo dan Oma, sumber gambar :Yoursay

Kata yang paling mengesankan menurut saya adalah ketika sang Oma mengatakan,”Sebuah cerita tidak akan menjadi cerita, jika tidak ada yang mau mendengar,”

Sebuah nasehat yang sangat bijak untuk mengajak kita supaya jangan hanya suka bicara untuk didengar, tapi cobalah untuk mendengar apa yang dikatakan orang lain.

Kehadiran lagu Kumpul Bocah yang pernah dipopulerkan oleh Vina Panduwinata (dinyanyikan kembali oleh Maliq & D’essentials) membuat film ini terasa demikian manis. 

Lagu Selalu Ada Di Nadiku yang dinyanyikan Jumbo pas perform mempunyai lirik yang demikian menyentuh. Sangat mengharukan.

Sebagai karya anak bangsa yang digarap oleh 400 pekerja kreatif di Indonesia, mulai dari  musisi, visual artist, animator, penulis naskah, dan technical engineer film ini sangat membanggakan

Film yang ditayangkan di 17 negara ini pemirsanya tembus satu juta lebih di tujuh hari penayangannya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa karya anak bangsa juga mampu bersaing di kancah internasional, bahkan memperkuat eksistensi Indonesia di industri animasi. 

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari film yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy ini. 

Film yang mengangkat tema persahabatan, bullying juga trauma masa lalu  ini mengajarkan pada kita untuk selalu bersyukur, tegar menghadapi hidup, serta menyadari bahwa  dan keluarga serta sahabat adalah sebuah kekayaan yang sungguh tak ternilai besarnya.

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

14 views