Sebuah Catatan Tentang Pelaksanaan Ujian

Sumber gambar: iStock

Hari sudah menunjukkan pukul tujuh kurang. Sepagi itu di ruang pengawas ujian sudah tampak berbagai kesibukan. Mulai dari menata tas berisi tablet, map untuk ujian, termasuk rapat atau sedikit briefing tentang ujian Sumatif Akhir Semester yang akan dilaksanakan. 

Ujian kali ini agak berbeda. Berkaitan dengan berbagai macam trik yang mungkin dilakukan siswa selama ujian seperti browsing, membuka aplikasi ataupun membuka kalkulator, sekolah berusaha membuat berbagai rambu-rambu yang harus dipatuhi siswa selama mengikuti ujian. 

Selain tidak boleh terlambat, saling memberi jawaban, sekolah juga membuat pengaman agar selama ujian siswa tidak membuka aplikasi yang lain. 

Ya, jika siswa mencoba browsing atau membuka aplikasi yang lain ia akan otomatis log out dan akunnya tertutup. Kabar baiknya yang bisa membuka akun tersebut hanya panitia.

Wah, aman ini, pikir saya senang. Betapa tidak? Beberapa hari menjelang ujian saya sering menghadapi ‘kecurangan’  siswa saat mengerjakan tugas matematika. 

Sumber gambar : Pinterest

Tanya AI. Itu yang sering dilakukan siswa. Jawaban mereka  begitu sempurna. Bahkan kadang terlalu sempurna karena kadang siswa menjawab soal dengan gaya anak SMA.

Tepat jam setengah delapan, sesudah semua tab dibagikan di dalam ruangan dan token ditulis, siswa mulai membuka soal.

Suasana demikian hening.

Aman pikir saya. Tapi beberapa menit kemudian tiba tiba seorang siswa mengangkat tangan sambil berkata,”Bu, punya saya waktunya kok tinggal 15 menit? padahal baru buka soal,”

Siswa yang lain menyahut,”Saya kurang dua puluh empat menit,”

“Saya kurang tujuh menit,”

Keadaan mulai ramai. Waduh, padahal pelajaran PABP (Pendidikan Agama dan Budi. Pekerti ) memerlukan waktu  60 menit dalam pengerjaannya. 

Koordinasi segera dilakukan. Terutama oleh panitia dan staf kurikulum. Hasilnya, sementara dilakukan perbaikan pada sistem, semua diminta bersabar.

Para pengawas sekarang bertugas menenangkan siswa dalam kelas.

Sumber gambar: Pinterest

Kira kira pukul sembilan kurang seperempat sistem mulai berjalan normal dan siswa bisa  mengerjakan ulang dengan token yang sama. 

Siswa mulai tenang, dan soal kembali dikerjakan. Karena jawaban beberapa masih tersimpan, siswa mengerjakan soal dalam waktu yang lebih cepat.

Kendala lain muncul, beberapa jawaban tidak tersimpan sehingga ujian tidak bisa difinish. Beberapa siswa yang menghadapi masalah tersebut lari ke ruang panitia, dan dengan kesigapan panitia semua masalah bisa teratasi.

Alhasil hari itu ujian Pendidikan Agama kami selesaikan dalam waktu 2 jam. Luar biasa. Ujian agama yang terpanjang.

Tiba -tiba saya berpikir. Jangan- jangan kejadian yang terjadi pas ujian agama ini adalah cara Tuhan untuk meminta kita melakukanĀ  kontemplasi, evaluasi sekaligus muhasabah diri, apakah sudah tepat aplikasi yang kita pakai selama ini?

Berapa tahun kita menggunakan aplikasi ini? Apakah kendala yang muncul semakin kecil atau makin besar?

Apakah selama ini kita semakin independen atau semakin tergantung pada pihak lain?

Ya, peristiwa ini adalah momen yang tepat untuk membuat keputusan apakah kita akan tetap menggunakan aplikasi ini atau tidak. 

Peristiwa ini adalah peringatan. Jangan sampai kita membiarkan diri tenggelam dalam masalah yang sama dari waktu ke waktu, hingga akhirnya berdampak pada prestasi belajar anak-anak kita.

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

6 views