Pagi itu suasana Aula Tugu lebih ramai dari biasanya. Guru-guru dari berbagai sekolah datang dengan berseragam PGRI. Ya, sebagai salah satu rangkaian peringatan HUT PGRI ke 77 dan Hari Guru Nasional Kota Malang mengadakan Simposium Bersama dan pameran dari karya inovasi para guru se kota Malang.
Karya para guru bisa berupa PTK, Best Practice atau buku.
Acara dibuka oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang sekitar pukul 09.00. Sesudahnya Bapak Kadinas meninjau pameran buku hasil karya para guru dan sebagai wujud apresiasi para guru diajak berbincang satu persatu.
Sekitar pukul setengah sebelas acara simposium pun dimulai. Oh ya, ada 250 peserta, 30 pemateri dan 40 penulis yang hadir hari itu mulai dari tingkat TK, SD, SMP juga SMA/SMK.
Pelaksanaan simposium dibagi dalam ruang ruang. Kami guru SMP dijadikan satu dengan guru TK, sementara guru SD dan SMA/SMK di ruang yang lain.
Simposium berjalan begitu gayeng. Dengan panduan Ibu Nuraini, presentasi dan tanya jawab berjalan dengan akrab.
Inovasi para guru juga sangat menarik. Beberapa yang sempat saya catat adalah Matematika Laba-laba, sebuah cara mengajarkan matematika di TK, Penggunaan Barcode untuk Presensi Sholat Dhuhur siswa di sekolah, sedangkan saya memaparkan tentang Penggunaan Kartu Pipolondo untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung.
Dalam paparan Matematika Laba-Laba, guru memaparkan bagaimana mengajak siswa TK belajar berhitung dengan menggunakan boneka laba-laba. Sangat menarik, hanya sayang saya tidak sempat memotretnya.
Dalam Penggunaan Barcode untuk Presensi Sholat Dhuhur siswa di sekolah, guru agama Islam memaparkan penggunaan barcode dalam presensi sholat Dhuhur di sekolah.
Aha, sebuah inovasi menarik. Pembiasaan sholat Dhuhur berjamaah kiranya perlu ditekankan pada siswa. Di usia anak-anak pembiasaan perlu sedikit ‘dipaksa’ dengan harapan nantinya siswa akan merasakan ibadah sebagai sebuah kebutuhan.
Sementara paparan saya tentang penggunaan kartu pipolondo sebenarnya sudah pernah saya tulis di Kompasiana dengan link https://www.kompasiana.com/yuli91129/6065a693d541df2fc12952b2/dengan-kartu-pipolondo-mereka-belajar-operasi-hitung-matematika?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile
hanya bentuknya diubah menjadi best practice.
Tanya jawab mengalir dengan semangat berbagi ilmu. Ya, kami berusaha sharing barangkali ada hal hal baik yang sudah diterapkan di sekolah bisa diadaptasi di sekolah yang lain.
Sebenarnya mengapa guru harus selalu berinovasi?
Di samping karena tuntutan profesi, ada beberapa alasan yang membuat guru harus berinovasi. Di antaranya adalah:
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang demikian pesat menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan. Baik itu yang positif maupun negatif. Tentunya dibutuhkan juga pembelajaran di sekolah yang bisa memberikan kecakapan pada siswa untuk dapat memecahkan berbagai masalah dalam hidup juga menggunakan tekologi secara bijak.
2. Perubahan Kurikulum
Secara berkala kurikulum selalu berganti. Tentu saja karena kehidupan sosial banyak berubah dan tuntutan zamanpun berubah. Hal tersebut mengakibatkan sekolah harus melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang ada sehingga menghasilkan output sesuai tuntutan masyarakat dan dunia kerja.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu dan semangat belajar pada siswa. Pembelajaran yang inovatif bisa mewadahi rasa ingin tahu siswa sehingga mereka akan lebih semangat untuk belajar atau menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Ya, zaman yang selalu berubah menuntut guru selalu berinovasi. Dengan inovasi diharapkan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus bermakna tercipta di dalam kelas, sehingga siswa bisa merasakan indahnya belajar, dan mereka merasakan belajar adalah sebagai sebuah kebutuhan dalam hidup mereka.
Salam Edukasi… 🙂
- Simulasi Mitigasi Gempa Bumi, Mengapa Perlu Dilakukan? - October 13, 2024
- Kunjungan ACG School Jakarta ke Bumi Bintaraloka - October 10, 2024
- Aritmatika Sosial 7 (Latihan Soal) - October 7, 2024