Mobil kami terus menembus malam yang mulai pekat. Jalanan berkelok-kelok menuju Bedengan hanya diterangi oleh sinar lampu mobil.
Di dalam mobil, Mas Andre, driver, guide sekaligus fotografer kami menerangkan tentang daerah sekitar kami dengan sabar.
Sejak awal perjalanan Mas Andre selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Pertanyaan yang berkaitan dengan jalan-jalan yang kami lalui. He..he.. maklumlah, ibu-ibu kemanapun selalu mempunyai banyak pertanyaan juga cerita.
Perjalanan kami kali ini sebenarnya sudah direncanakan dua hari sebelumnya. Perjalanan untuk besuk adik dari Bu Ahfi di RS Batu. Tapi karena yang dibesuk sudah diperbolehkan pulang akhirnya kami besuk ke kediaman di daerah Sidorahayu Wagir.
Kedatangan kami disambut dengan ramah oleh keluarga Bu Ahfi. Perbincangan yang begitu hangat terjadi seolah ibu Bu Ahfi sudah lama mengenal kami.
Berbagai hidangan melengkapi pertemuan kami sore itu. Hingga kami berseloroh pastinya pulang dari Sidorahayu kami akan jadi Sidolemu..😃
Sekitar pukul empat lebih seperempat kami berpamitan teriring harapan semoga adik dari Bu Ahfi cepat sehat kembali.
“Ini lanjut ke mana?”tanya Mas Andre ketika kami sudah masuk mobil.
“Cari tempat yang bagus, Mas,” jawab kami. Ya, setelah suntuk oleh berbagai kesibukan kegiatan akhir semester, sepertinya kami butuh sekedar jalan-jalan untuk refreshing.
“Ke Bedengan saja ya? Ada tempat bagus untuk berfoto di sana,” tawar Mas Andre.
Foto? Boleh juga .. apa yang dicari oleh orang seusia kami dalam bepergian? Refreshing, makan, dan berfoto…😅
“Boleh, jauh ya?” tanya Bu Ari.
“Kira kira sepuluh kilometer,” jawab Mas Andre.
Tanpa banyak tanya kamipun setuju. Intinya sebenarnya pokok dolen sebentar.
Mobil terus melaju. Jalanan dan lalu lintas sekitar Sidorahayu dipenuhi oleh pekerja pabrik rokok Gandum. Ya, jam itu adalah saat mereka pulang bekerja.
Satu hal yang mungkin luput dari perhitungan kami (saking senangnya pergi jalan-jalan) adalah hari semakin mendekati senja. Sehingga ketika mobil kami terus melaju menuju Bedengan suasana semakin gelap.
Agak serem juga rasanya. Tapi untungnya Mas Andre selalu banyak cerita tentang daerah yang kami lewati. Baik itu tentang Petung Sewu, wisata petik jeruk ataupun beringin-beringin besar yang ada di tepi jalan.
Mengagumkan. Mas Andre begitu faham atas daerah- daerah yang kami lalui. Di Dusun Krajan, kami berhenti sebentar di sebuah mushola untuk menunaikan sholat Maghrib.
Memasuki Bumi Perkemahan Bedengan mobil kami berjalan melintasi sungai jernih untuk menuju lokasi. Banyak tenda didirikan. Lapangan parkir penuh kendaraan. Meski gelap, ternyata banyak juga yang berkemah di situ.
Bedengan di malam hari terasa penuh misteri dan ada sedikit sensasi ketika kami turun sebentar untuk berfoto, sementara dari kejauhan ada suara monyet bersahut- sahutan.
Menurut cerita Mas Andre, di bagian atas Bedengan masih banyak monyet berkeliaran.
Aih, di pagi atau siang hari tentunya perjalanan ini sangat menarik, pikir saya. Ada sungai, bumi perkemahan dan hutan pinus juga kabarnya.
Malam semakin larut. Ketika ditawari mau kemana lagi, kami memutuskan untuk pulang.
Ya, meski mengasyikkan perjalanan ini juga melelahkan. Maklumlah, kami meninggalkan rumah mulai pukul setengah tujuh pagi hingga jam setengah tujuh malam. Bahkan saya masih berkebaya, he..he…
Mobil kami segera meninggalkan Bedengan untuk menuju rumah masing-masing. Cemilan dalam mobil setia menemani perjalanan kami.
Sungguh sebuah petualangan yang mengasyikkan.
Terima kasih untuk perjalanan hari ini. Ada satu tekad dalam hati kami, Bedengan.., kami akan kembali..😊
- Mading Sekolah Sebagai Media Informasi, Literasi dan Wadah Berekspresi - December 6, 2024
- Pemberdayaan Perempuan Aisyiyah Melalui Lomba Olahan Pangan Lokal dan Gerakan Lumbung Hidup - December 3, 2024
- Sebuah Catatan Tentang Pelaksanaan Ujian - December 2, 2024
Asyik asyik piye ngono hehehe
He …he… Asyik pokok e…
monggo ke Sidolemu lagi hehehehe
Aseeek….😀
bu yuli, bagaimana mengeluarkan emoticon? heheheh
Ada di keyboard Bu Ahfi…