Hari sudah menunjukkan sekitar pukul dua belas ketika kendaraan yang kami naiki memasuki area rumah makan. Aha, sebuah tulisan terpampang besar dengan aneka hidangan yang menggoda. Ada gado-gado, rujak cingur, ayam penyet… Hemmm….membacanya saja membuat cacing cacing di perut kami seolah menari-nari.
Berlima kami duduk memutar.
“Pesan apa, ?” tanya salah seorang teman.
“Saya rujak ,” jawab saya. Sudah lama sekali rasanya saya tidak menikmati hidangan satu ini.
“Saya juga rujak,” jawab satu teman lagi dan ternyata diikuti oleh teman yang lain.
Akhirnya kompak, hari itu kami semua memesan rujak. Ada yang tidak pedas, ada yang pedas, ada juga yang puedass.
Nah, yang terakhir ini memang sangat cocok di jam siang hari. Buat penghilang ngantuk.. he..he…
Tak berapa lama lima piring rujak cingur sudah terhidang di depan kami. Amboi, porsinya lumayan besar dengan tampilan yang menggiurkan. Bumbu kacangnya demikian melimpah membalut sayuran, potongan lauk yang berisi tahu, tempe, cingur dan tak ketinggalan potongan buah.
Hadirnya satu piring penuh kerupuk parabola dan minuman menemani kami mengeksekusi rujak cingur siang itu.
Tentang Rujak Cingur
Rujak cingur adalah satu jenis makanan tradisional dari Surabaya. Karenanya makanan ini sangat mudah ditemukan di daerah-daerah di Jawa Timur.
Cingur berarti mulut, dan dalam hal ini yang digunakan adalah mulut sapi yang direbus dengan bumbu dan dimasukkan dalam hidangan rujak.
Menurut sejarah, rujak ini dibawa oleh para pendatang dari Madura ke Surabaya sekitar tahun 1930. Pada mulanya hidangan rujak cingur menggunakan petis asli Madura yang terbuat dari ikan cakalang. Tapi sesudah masuk ke Jawa petis ikan cakalang diganti dengan petis udang.
Rujak cingur terdiri atas aneka lauk yaitu tempe, tahu, kadang juga menjes dan cingur, dicampur dengan aneka sayur seperti kangkung, bayam atau kobis dan taoge serta aneka buah.
Semua bahan makanan tersebut lalu diberi bumbu yang terbuat dari kacang tanah yang digoreng lalu dihaluskan, gula merah, petis, asam, bawang , cabai dan serutan pisang biji yang masih muda (pisang kluthuk). Yang terakhir ini membuat rujak cingur mempunyai aroma yang sedap dan sangat khas.
Ada dua cara menyajikan rujak cingur yaitu “matengan” dan “biasa”. “Matengan” maksudnya bahan makanan yang dipakai semua sudah direbus atau digoreng, jadi berisi sayur, lauk ,tanpa buah buahan, sedangkan “biasa” berarti dengan menggunakan aneka buah buahan seperti nanas, bengkoang, mangga muda juga mentimun.
Jika rujak dihidangkan tanpa cingur namanya menjadi rujak uleg.
Waktu terus berjalan, tak terasa sepiring rujak sudah kami habiskan.
Rasa rujak cingur yang pedas, sedap, manis dan lezat membuat pembicaraan mengalir tak henti henti. Tentang sekolah, anak-anak ataupun berbagai macam isu terkini.
Benar kata para ahli, makan bukan hanya sekedar memberikan energi, tapi ada kebahagiaan yang ditimbulkan dari tiap suapan makanan yang kita nikmati.
Siang hari yang panas, rehat sebentar bersama teman dan sepiring rujak membuat kepala menjadi segar dan bersemangat kembali untuk mengerjakan berbagai tugas yang menanti.
Salam Rujak Cingur…😃
- Merajut Toleransi Melalui Pelaksanaan Sekolah Moderasi Beragama - December 7, 2024
- Mading Sekolah: Media Informasi, Menggiatkan Literasi dan Wadah Berekspresi - December 6, 2024
- Pemberdayaan Perempuan Aisyiyah Melalui Lomba Olahan Pangan Lokal dan Gerakan Lumbung Hidup - December 3, 2024
Puedesss muanteeb
Enak tenan…