Jumat sore selalu membuat hati terasa ringan. Ya, di hari yang menandai diawalinya libur akhir pekan itu, kami pulang satu jam agak awal. Jam 14.00 lebih kami sudah siap di parkiran.
Kemana sepulang sekolah hari itu? Setelah sedikit rapat tujuan pun ditentukan. Roemah Khatulistiwa. Itu hasil kesepakatan kilat kami.
Tak berapa lama sepeda motor kami pun berjalan membelah keramaian kota Malang.
Hmm , bulan Januari dan Pebruari memang istimewa, langit yang mendung langsung mencurahkan air yang dikandungnya.
Sepeda motor kami berjalan semakin cepat. Di depan sebuah resto kami berhenti, dan sepedapun kami parkir.
Hujan turun semakin deras. Beberapa pengemudi di jalan depan paviliun RSSA mempercepat jalan kendaraan mereka.
Kami segera masuk dan mencari tempat duduk yang ternyaman.
Ya, sebuah meja panjang dengan beberapa tempat duduk akhirnya menjadi pilihan kami.
Seorang pegawai mendatangi kami untuk menanyakan pesanan. Akhirnya pilihan kami jatuh pada jeruk hangat dan kopi susu. Tak lupa dua piring pisang goreng agar obrolan sore itu bertambah gayeng.
Bertempat di sekitar RSSA dan SD Klojen, Resto Roemah Khatulistiwa sangat mudah dijangkau. Resto yang merupakan bagian dari koperasi Kesdam Brawijaya ini menyediakan berbagai menu dengan harga terjangkau.
Roemah Khatulistiwa pertama kali berdiri tahun 2014 dengan nama Khatulistiwa dan menjual menu soto Solo saja.
Seiring dengan berjalannya waktu usaha semakin berkembang dan nama resto berubah menjadi Rumah Khatulistiwa pada tahun 2022.
Resto ini memperbanyak varian menu yang disediakan dengan berbagai makanan dari Sabang sampai Merauke. Berbagai macam makanan disediakan untuk mengobati kerinduan konsumen pada kampung halaman. Sebutlah gado-gado, rawon, aneka nasi bakar, aneka soto dan lainnya.
Ya, betapa makanan sering menimbulkan kenangan akan indahnya kampung halaman tercinta.
Menurut Roemah Khatulistiwa, perkara makan bukan masalah sepele. Ia harus kita prioritaskan karena selain dibutuhkan oleh tubuh kita sebagai pemasok energi, lewat makan kita bisa menemukan kebahagiaan.
Bukankah jika kita makan sesuatu, dan rasanya cocok di lidah, maka akan timbul rasa bahagia di hati kita? Seperti yang tertulis di sebuah gambar di Roemah Khatulistiwa yaitu “Bahagia Karena Rasa”.
Obrolan terus berlanjut. Tentang sekolah, PMM, dunia nyata, dunia gaib dan banyak lagi.
Kopi susu , juga jeruk hangat sudah mulai tandas, demikian juga pisang goreng hangat sudah berpindah dengan manis ke perut kami.
Hari semakin sore. Ketika hujan sudah mulai reda, pembicaraan pun diakhiri. Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada pegawai resto kami menuju parkiran.
Aha, meski hawa terasa dingin, tapi hati kami begitu hangat. Bagaimana tidak? Ada bahagia dalam hati kami semua. Bukan sekedar bahagia karena rasa, tapi juga bahagia karena kami bisa tertawa dan ngobrol bersama. He..he…
Jadi, kapan jalan-jalan lagi…?
- Simulasi Mitigasi Gempa Bumi, Mengapa Perlu Dilakukan? - October 13, 2024
- Kunjungan ACG School Jakarta ke Bumi Bintaraloka - October 10, 2024
- Aritmatika Sosial 7 (Latihan Soal) - October 7, 2024