Tak terasa sudah sudah dua bulan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tema satu dilaksanakan di sekolah. Satu minggu lagi tema akan berganti dengan yang lain. Ya, sesuai rencana di pertengahan September kami harus masuk ke tema dua. Rencananya dalam satu tahun ada tiga tema yang akan dilakukan sekolah.
Dalam pelaksanaan projek yang tidak begitu lama tersebut ternyata ada banyak hal yang bisa didapatkan, meski sebagai hal baru pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini menyimpan banyak kendala di lapangan.
Tentang Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Dalam implementasi Kurikulum merdeka projek penguatan profil pelajar Pancasila memegang peranan yang sangat penting. Banyak jam yang diambil oleh projek ini adalah 20-30% dari seluruh jam pelajaran.
Projek bertujuan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila yang meliputi beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menuntut guru agar bisa bekerja secara kolaboratif. Kolaborasi lintas ilmu yang baik akan menjadi kunci sukses atau tidaknya sebuah projek. Kolaborasi ini berwujud merencanakan projek, memfasilitasi, dan menjalankan asesmen. Karenanya sebelum melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sekolah membentuk komite pembelajaran yang salah satu tugasnya adalah memfasilitasi projek tersebut.
Setelah melalui beberapa kali diskusi dalam komite pembelajaran, ditetapkan tiga projek yang akan dilakukan dalam satu tahun. Komite pembelajaran dibagi menjadi tiga tim sesuai jumlah projek yang akan dilaksanakan dalam satu tahun.
Tugas tiap tim adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan projek secara keseluruhan. Mulai dari merencanakan, menyusun modul ajar, melaksanakan juga asesmen.
Ada empat prinsip dalam menerapkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Pertama adalah holistik, yang bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
Dengan berpikir holistik maka siswa akan belajar untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat masalah dari berbagai segi secara mendalam.
Kedua adalah kontekstual. Artinya tema projek yang diambil adalah nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Prinsip ini mendorong sekolah agar dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.
Ketiga adalah berfokus pada peserta didik. Artinya pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri. Pendidik berperan sebagai fasilitator dan mendorong siswa agar belajar maksimal.
Keempat adalah eksploratif. Artinya projek ini membuka ruang yang lebar bagi proses inkuiri dan pengembangan diri siswa.
Berdasarkan keempat prinsip tersebut sekolah mengambil tiga tema dari tujuh tema yang disediakan. Tema yang diambil adalah Bangunlah Jiwa dan Raganya, Gaya Hidup Berkelanjutan dan Bhineka Tunggal Ika.
Pelaksanaan projek tiap tema diatur sedemikian rupa secara detail oleh tim penanggung jawab.
Tujuannya jelas, agar semua berjalan lancar dan siswa bisa belajar secara efektif. Dalam pelaksanaannya beberapa kali sekolah mengundang narasumber dari luar untuk memberikan pemahaman yang lebih, juga agar siswa bisa melihat sebuah masalah dari berbagai sudut pandang.
Projek tema satu berjalan lancar. Narasumber bisa memberikan banyak informasi yang bermanfaat bagi siswa, demikian juga siswa sangat antusias dalam mengikuti pemberian materi dan pengerjaan tugas.
Kerjasama dan integritas guru–guru yang tergabung dalam tim penanggung jawab projek sungguh patut diacungi jempol. Tanpa kerjasama yang baik mustahil projek akan berjalan lancar.
Berbagai ice breaking diberikan pada siswa disela-sela pengerjaaan projek, sehingga semangat yang sempat memudar karena bosan bisa bangkit kembali.
Ada beberapa catatan berharga yang bisa diambil dari kegiatan projek selama ini. Di antaranya adalah:
1. Modul dan arahan yang jelas membuat mayoritas siswa bisa tetap belajar meski dalam suasana yang lebih ‘bebas’. Seperti yang diharapkan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yaitu agar semua siswa bisa ‘merasakan pengalaman’ belajar. Namun yang tak kalah penting dalam pelaksanaan projek pengawasan yang lebih dari guru juga sangat diperlukan. Jangan sampai siswa bekerja tak tentu arah. Ada siswa yang benar-benar bekerja dalam timnya, namun ada pula yang hanya bermain-main dan menggantungkan diri pada rekan satu tim. Di sini kejelian guru sangat berperan, dan guru harus selalu mengingatkan siswa yang kurang serius dalam belajar.
2. Koordinasi dan komunikasi yang baik dari para guru yang tergabung dalam tim fasilitasi projek amat menentukan sukses atau tidaknya projek.
Tidak bisa dipungkiri guru yang berasal dari mapel yang berbeda juga generasi yang berbeda sering mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap sebuah masalah dan cara mengatasinya.
Dengan bergabung dalam tim fasilitasi semua guru bisa belajar untuk berkolaborasi , saling menghormati dan menghargai berbagai perbedaan yang mungkin timbul.
Satu mutiara berharga yang bisa diambil dari kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah siswa dan guru sama- sama belajar mengembangkan karakter baik lewat kerjasama dalam tim mereka.
Di samping untuk kelancaran projek, kerjasama yang baik dari bapak ibu guru dalam tim sangat diperlukan karena guru adalah role model pendidikan karakter bagi siswa di sekolah.
Ya, guru adalah teladan dari penanaman karakter baik pada para siswa. Siswa akan banyak mencontoh dari apa yang dilakukan guru.
Bukankah strategi yang paling efektif untuk menanamkan karakter baik pada siswa adalah lewat keteladanan?
Salam edukasi …:)
- Mading Sekolah Sebagai Media Informasi, Literasi dan Wadah Berekspresi - December 6, 2024
- Pemberdayaan Perempuan Aisyiyah Melalui Lomba Olahan Pangan Lokal dan Gerakan Lumbung Hidup - December 3, 2024
- Sebuah Catatan Tentang Pelaksanaan Ujian - December 2, 2024
Semangat B Yuli👍
Terima kasih….🤗