Hari itu langit terasa lebih cerah dari biasanya. 2 Mei 2023. Hari pertama masuk sekolah bagi siswa sesudah libur lebaran tahun ini bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Memperingati Hari Pendidikan Nasional berarti kita memperingati jasa- jasa Ki hadjar Dewantara.Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Pada masa kolonial beliau sangat dikenal karena keberaniannya menentang kebijakan pendidikan saat itu.Saat itu hanya anak-anak keturunan Belanda yang diperbolehkan duduk di bangku pendidikan.
Kritik yang berulang kali membuat pemerintah kolonial gerah dan akhirnya beliau diasingkan sampai ke negeri Belanda.
Kembali dari pengasingan ternyata semangat beliau semakin menyala untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Terbukti beliau mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama mereka yang kurang mampu.
Prinsip yang diterapkan dalam pendidikan di Taman Siswa adalah kebebasan, kemandirian, dan demokrasi. Ya, dasar dari prinsip Merdeka Belajar sudah diterapkan oleh Ki Hadjar Dewantara sejak berdirinya Taman Siswa pada tahun 1922.
Tentang Merdeka Belajar dan Transformasi Pendidikan
Sejak diluncurkannya episode-episode merdeka Belajar ( kini sudah sampai pada episode ke 24) nuansa belajar terasa demikian berbeda di dunia sekolah. Ya, sangat terasa adanya transformasi dalam dunia pendidikan kita.
Banyak perubahan yang terasa. Dalam pengamatan penulis suasana perubahan sangat terasa dalam pembelajaran di sekolah, hubungan antar guru, juga hubungan antar sekolah dengan orang tua dan masyarakat sekitar.
Dalam kelas, siswa maupun guru kini lebih leluasa mengembangkan diri dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan .
Guru merancang proses pembelajaran yang menyenangkan sesuai kreativitasnya dengan selalu memperhatikan perbedaan dalam diri siswa, atau dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Diharapkan dengan pembelajaran berdiferensiasi siswa akan lebih semangat belajar karena mereka merasa terlayani dengan baik.
Ya, guru bisa diibaratkan petani. Jika petani bisa mengolah tanah dan merawat bibit tanaman dengan baik, pada akhirnya nanti bibit akan tumbuh dan memberikan hasil yang baik pula.
Meski begitu petani tidak bisa mengubah bibit tersebut agar tumbuh menjadi tanaman lain. Jika petani menanam padi, maka akan tumbuh tanaman padi. Demikian juga jika petani menanam jagung, maka akan tumbuh tanaman jagung.
Demikian juga siswa. Tiap anak bagaikan benih yang punya potensi berbeda. Karenanya ia butuh tangan trampil petani dalam hal ini guru agar bisa tumbuh maksimal sesuai kodratnya.
Lalu bagaimana guru bisa merancang berbagai proses pembelajaran yang menyenangkan? Selalu belajar dan berbagi, dan untuk ini disediakan sebuah platform yaitu Platform Merdeka Mengajar.
Platform Merdeka Mengajar bisa membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman tentang Kurikulum Merdeka.
Platform ini juga disediakan untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
Indonesia kita yang terhampar dari Sabang sampai Merauke memiliki kondisi alam dan geografis yang sangat berbeda. Sehingga sangat mungkin terjadi kesenjangan dalam banyak hal antara satu daerah dengan daerah lain termasuk di antaranya kesenjangan mutu pendidikan.
Melalui platform ini harapan besar digantungkan agar kesenjangan mutu pendidikan antara satu daerah dengan daerah lain di Indonesia perlahan mulai bisa diatasi.
Platform Merdeka Mengajar membuat guru satu dan yang lain terkoneksi dalam nafas selalu belajar dan berbagi agar bisa memberi layanan yang terbaik bagi para siswa.
Satu ciri yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan yang lain adalah adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila
Melalui projek ini berbagai kegiatan dilakukan untuk memperkuat karakter pelajar Pancasila yang meliputi enam dimensi yaitu
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia
2. Mandiri;
3. Bergotong-royong;
4. Berkebinekaan global;
5. Bernalar kritis;
6. Kreatif.
Dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila diharapkan siswa tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan, tapi juga mengalami sendiri ilmu pengetahuan itu dengan cara mempelajari isu isu yang dekat dengan kehidupan mereka.
Seperti yang pernah dilakukan di sekolah penulis , berangkat dari keprihatinan pemakaian gadget yang berlebihan pada siswa,maka salah satu tema yang diambil dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah Bijak Berinternet.
Dalam tema tersebut siswa diajak untuk menggunakan gadgetnya secara lebih bijak. Pelaksanaan projek dilakukan dengan belajar dari guru dan berbagai narsum dari luar, misalnya kepolisian, dinas Kominfo, tokoh agama, juga mengundang content creator agar siswa bisa menggunakan gadgetnya untuk hal hal yang bermanfaat.
Dengan adanya kegiatan projek, siswa menjadi lebih berani berekspresi juga berinovasi dalam kelompok-kelompok kerjanya dengan kegiatan yang tetap difokuskan untuk penanaman karakter Profil Pelajar Pancasila.
Sejalan dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah nasehat Ki hadjar Dewantara yang berbunyi:
“… perlulah anak-anak (Taman Siswa) kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat ‘mengalaminya’ sendiri , dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.”
Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sekolah bisa memberikan kontribusi kepada komunitas dan masyarakat lingkungan sekitarnya, juga lebih terbuka terhadap partisipasi masyarakat sekitarnya.
Sesuai tema Hari Pendidikan Nasional 2023, mari terus Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar, karena melalui gerakan ini transformasi pendidikan terus dilaksanakan secara masif.
Transformasi pendidikan yang sudah dilakukan diharapkan bisa semakin memperkuat sinergi sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar.
Ya, seperti yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara, keberhasilan pendidikan bergantung pada sinergi yang baik antara Tripusat Pendidikan yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat.
Semoga bermanfaat, dan majulah pendidikan Indonesia.
Catatan: naskah diikutkan dalam lomba menulis di Kompasiana
#Semarak Merdeka Belajar
- Merajut Toleransi Melalui Pelaksanaan Sekolah Moderasi Beragama - December 7, 2024
- Mading Sekolah: Media Informasi, Menggiatkan Literasi dan Wadah Berekspresi - December 6, 2024
- Pemberdayaan Perempuan Aisyiyah Melalui Lomba Olahan Pangan Lokal dan Gerakan Lumbung Hidup - December 3, 2024