Namanya Titah Gayatri. Jika melihat sekilas dari perawakannya saja, banyak orang mungkin akan berpikir ia hanya siswi SMP biasa, sedang berharap-harap cemas akan masuk SMA mana. Akan tetapi, tidak akan ada yang menyangka bahwa di balik tubuh gadis mungil tersebut, tersimpan segudang prestasi yang ia telah pupuk sejak dini, siap dituai sewaktu-waktu.
Berawal dari medali perunggu yang ia raih pada Kejuaraan Provinsi Jawa Timur untuk kelompok usia tujuh tahun di tahun 2015, karir siswi SMP Negeri 3 Malang tersebut melonjak drastis pasca Pandemi Covid-19 empat tahun silam. Berbagai penghargaan ia sabet, mulai dari medali emas Kejuaraan Provinsi Jawa Timur kelompok usia 13 tahun pada bulan September 2022, Juara 3 Festival Catur Pelajar Nasional kategori SMP putri sebulan setelahnya, hingga yang terbaru adalah Juara 3 JAPFA Chess festival 2023 kategori putri kelompok usia 14 tahun.
Dengan segudang prestasi di genggamannya, saya merasa sangat antusias ketika mendapatkan kesempatan untuk berbincang ringan dengan Titah Gayatri pada hari Selasa (04/06). Darinya, saya mendapatkan banyak pandangan tentang lika-liku perjalanan atlet catur muda dalam mengejar mimpinya.
Pewawancara (P): Let’s start with a general question. Mengapa catur? Sejak kapan mengenal papan catur dan apa yang membuat seorang Titah Gayatri mulai tertarik bermain catur?
Titah Gayatri (TG): Saya mulai bermain catur dari umur lima tahun, Mas.
P: Lima tahun?!
Jujur, saya cukup terkejut mendengar jawaban Titah. Saya yang memiliki keponakan berusia sekitar lima menuju enam tahun tahu persis betapa sulitnya mengajak anak seusia tersebut untuk duduk diam dan berkonsentrasi selama lebih dari setengah jam, belum pula mengajarkan konsep catur yang bisa dibilang rumit bahkan untuk orang dewasa sekalipun.
Pujian tidak hanya layak dilayangkan kepada Titah dan bakat luar biasanya, melainkan juga kepada pihak keluarga dan pelatih yang mampu bersabar membimbing Titah sejak dini.
TG: Iya, Mas. Saya mulai bermain catur sejak umur lima tahun. Waktu itu, ayah dan kakek yang mengenalkan saya kepada permainan papan catur ini.
P: Kalau begitu, profesi kakek dan ayah Titah..?
TG: Keduanya adalah pelatih catur.
Setelah menggali lebih dalam, putri bungsu dari empat bersaudara ini mengungkapkan bahwa ia memang berasal dari keluarga catur. Selain ayah dan kakeknya, ketiga kakak Titah juga bergelut di bidang catur. Bahkan, kakak laki-lakinya, Nayaka Budhidharma (18) telah mendapatkan gelar master FIDE (FM) di tahun ini, bertengger nyaman di posisi 26 dalam jajaran pecatur terbaik nasional saat ini.
Akan tetapi, bukan Nayaka yang menjadi tokoh utama di wawancara kali ini, melainkan Titah yang sedang berjuang mengikuti jejak keberhasilan sang kakak.
P: Lalu, apa catur di mata Titah Gayatri saat ini? Apakah sekedar hobi? Lifestyle? Atau sudah menjadi mimpi yang ingin dikejar?
TG: Saat ini, mungking lebih ke mimpi yang ingin dikejar. Saya bahkan sedang berada di posisi saya lebih bersemangat untuk bermain catur daripada belajar.
P: Lantas, adakah kesulitan di sekolah karena harus bergelut di bidang catur juga?
TG: Kesulitan sih ada. Tapi mungkin banyak yang berasal dari diri saya sendiri, seperti susah menghafal di pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) atau tidak mengerti materi pelajaran menjelang ujian. Untungnya, hingga saat ini saya masih tidak pernah mengalami kesulitan di sekolah akibat terlalu focus di bidang catur.
Setelah bertanya pada ibu Yuli Anita, wali Kelas dari Titah Gayatri, beliau mengungkapkan bahwa Titah sendiri masuk dalam golongan siswa yang pintar. Meskipun berada di kelas empat semester dan harus menyelesaikan Pendidikan jenjang SMP hanya dalam waktu dua tahun, Titah masih selalu konsisten mendapat nilai di atas rata-rata. Hal ini membuktikan bahwa meskipun Titah sudah membulatkan tekad pada dunia catur, sekolah masih menjadi prioritas utamanya hingga kini.
P: Apa yang menyebabkan perubahan pola pikir tersebut? Sejak kapan Titah menganggap bahwa catur bukan hanya sekedar hobi saja?
TG: Mungkin sejak pandemi Covid-19 ya, Mas. Meskipun sebelumnya, saya juga sudah memiliki prestasi, tapi karena saya masih terlalu kecil, saya belum pernah membayangkan ingin menjadi apa ketika dewasa kelak. Akan tetapi, ketika sekolah berubah menjadi dari rumah, saya menggunakan banyak waktu luang saya untuk belajar lebih dalam tentang catur. Setelah sekian lama, saya mulai berpikir, kenapa tidak?
Ya, berbeda dari remaja lainnya yang banyak menghabiskan waktu mereka di kala pandemi dengan hanya bermain Tiktok atau aplikasi sejenisnya, Titah memutuskan untuk memanfaatkannya secara produktif dengan memperdalam ilmu catur yang ia miliki. Hal tersebut berbuah manis dua tahun pasca pandemi, ketika Titah baru saja menjadi siswi SMP Negeri 3 Malang. Ia berhasil menyabet medali emas pada Kejuaraan Provinsi Jawa Timur kelompok usia 13 tahun pada bulan September 2022 serta meraih Juara 3 pada Festival Catur Pelajar Nasional kategori SMP putri pada bulan Oktober di tahun yang sama, sebuah lonjakan prestasi yang luar biasa dalam kurun waktu dua tahun.
P: Adakah sesuatu yang Titah belajar banyak dari dunia catur dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
TG: Mungkin karena catur adalah olahraga yang menuntut akurasi tinggi dalam waktu terbatas, yang paling banyak diterapkan adalah manajemen waktu dan selalu berpikir untuk beberapa Langkah ke depan.
P: Dan mungkin ini akan menjadi pertanyaan terakhir saya hari ini. Apa target yang ditetapkan untuk diri sendiri di tahun ini dan apa harapan seorang Titah Gayatri untuk karir caturnya di masa depan?
TG: Untuk tiap tahun, target yang saya tetapkan selalu sama, yaitu memenangkan kejuaraan nasional. Karena jika saya berhasil berprestasi di kejuaraan nasional, besar kemungkinan bagi saya untuk diberangkatkan ke luar negeri (Untuk kompetisi internasional). Sedangkan untuk harapannya, saat ini saya masih tetapkan di gelar FIDE Master Wanita (WFM) terlebih dahulu. Setidaknya, gelar WFM ini adalah lower ceiling saya. Untuk harapan setelah itu, saya akan pikirkan lagi setelah satu (harapan gelar WFM) ini tercapai.
Kejuaraan nasional. Setelah memenangkan medali emas di kejuaraan provinsi Jawa Timur dua tahun silam, Titah mengalihkan targetnya menuju kejuaraan tertinggi di Indonesia. Dan benar katanya, mereka yang mampu meraih gelar di gelaran ini mendapatkan kesempatan besar untuk diberangkatkan oleh Persatuan Catur Indonesia (PERCASI) menuju kompetisi internasional.
Dan melihat dari perjalanan karirnya, memenangkan kejuaraan nasional bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Titah. Buktinya, ia mampu meraih 6 poin dari 9 permainan di kejuaraan nasional pertamanya tahun lalu, dimana Titah berhasil menduduki posisi 9 di klasemen akhir. Jika ia mampu lolos menuju kejuaraan nasional tahun ini di Gorontalo, pengalaman dari tahun lalu akan menjadi bekal berharga untuk meraih hasil yang lebih baik lagi.
Selain berbincang masalah catur, saya juga sempat bertanya seputar pribadi Titah; mulai dari hobi, keseharian, hingga masalah sekolah. Dari pembicaraan tersebut, saya sedikit banyak dapat melihat seperti apa diri Titah Gayatri yang sebenarnya.
Meskipun bertubuh kecil dan agak pendiam, Titah Gayatri adalah sosok yang ambisius. Dan meskipun di dunia catur profesional, ia bukanlah sosok super jenius yang mampu menggemparkan jagat dunia layaknya para pecatur ulung India, Titah adalah seorang petarung. Demi mewujudkan mimpi-mimpinya, Titah adalah seorang petarung tangguh di atas papan hitam-putih yang siap membantai lawan-lawannya.
Penulis: Achmad Zulfikar.
Editor: Yuli Anita.
- Suatu Pagi di Pawon Bromo - November 3, 2024
- Sebuah Catatan dari Peringatan Bulan Bahasa, Lebih dari Sekedar Perayaan - November 1, 2024
- Sarapan Pagi dengan Bakmi Sayur sebagai Pelaksanaan Salah Satu Pilar NGTS - October 30, 2024
Masyaa Allah
Terima kasih Bu…🙏