Mobil kami berjalan laju di tengah lalu lintas kota Blitar yang tidak begitu ramai.
“Selanjutnya kita ke Museum?” tanya Bu Ari pada Mas Andre driver kami.
“Siapp,” jawab Mas Andre. Jawaban favorit kami. Ya, Mas Andre selalu siap mengantar kami ke mana saja.
Dari Kampung Coklat, destinasi berikutnya adalah Makam sekaligus Museum dan Perpustakaan Bung Karno.
Ini adalah kunjungan saya kedua ke Makam Bung Karno. Yang pertama sekitar dua tahun yang lalu saya ke sini bersama teman- teman SD.
Suasana jalan menuju museum terasa lebih ramai dari biasanya. Sangat berbeda. Ya, banyak orang mengenakan baju putih dan bawahan hitam di jalanan.
“Ada apa ya? Sepertinya ada acara?” tanya saya. Saya ingat, dulu pernah diberi tahu oleh Bapak penarik becak di daerah museum ini bahwa di Bulan Juni selalu ada banyak acara di Blitar terutama di area Makam Bung Karno.
“Bulan Bung Karno, Bu. Bung Karno itu lahir di bulan Juni, wafat di bulan Juni dan menemukan Pancasila tanggal 1 Juni,” kata Si Bapak waktu.
Mobil kami terus melaju menuju parkiran. Turun dari mobil kami kami bisa membaca beberapa spanduk yang terpasang di jalan jalan.
Ternyata hari itu bertepatan dengan diadakannya haul Bung Karno. Kami baru sadar bahwa kami datang ke Museum pas hari wafatnya Bung Karno yaitu tanggal 21 Juni.
Tentang Makam, Perpustakaan dan Museum Bung Karno

Perpustakaan dan Museum Bung Karno ini berlokasi di kompleks Makam Bung Karno Jl. Kalasan No. 1, Blitar, Jawa Timur.
Komplek makam sendiri menempati area seluas 1,8 hektar dan dibagi menjadi tiga yaitu halaman, teras, dan pendopo/mausoleum. Pembagian ini sesuai dengan kepercayaan Jawa mengenai tiga tahap kehidupan yaitu janin, kehidupan, kematian.
Proses pembangunan Museum Bung Karno diketuai oleh Pribadi Widodo dan Baskoro Tedjo, arsitek asal ITB, dan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 3 Juli 2004.

Dalam museum ini kita bisa lebih mengenal sosok besar tersebut lewat berbagai barang koleksi yang dipamerkan, seperti jas yang digunakan Bung Karno saat mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, koper yang digunakan Bung Karno saat keluar masuk tahanan, termasuk koleksi keris yang demikian kental dengan budaya Jawa.
Dalam museum ini juga dipamerkan berbagai macam lukisan dan foto- foto, seperti rumah masa kecil Bung Karno atau Kusno (nama kecil beliau), foto di masa sekolah, masa perjuangan, pesan-pesan, juga foto-foto ketika beliau menjabat sebagai Presiden RI pertama.
Sebuah foto yang sangat mengesankan bagi saya adalah ketika Bung Karno sungkem pada Ibunda beliau Ida Ayu Nyoman Rai.

Foto ini dibuat pada tahun 1953 ketika Bung Karno melakukan kunjungan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Foto yang menunjukkan betapa besar bakti beliau pada sosok Ibunda ini seolah memberikan nasehat bahwa setinggi apapun jabatan seseorang, Ibunda adalah tetap sosok yang yang harus kita hormati dan kita sayangi, karena beliaulah yang selalu tulus berdoa di setiap langkah kita .
Di museum ini juga banyak miniatur yang menunjukkan rumah tempat Bung Karno diasingkan. Seperti rumah di Bengkulu, Ende juga Brastagi.
Dari Museum kami masuk ke area perpustakaan yang berada di sampingnya persis.
Bung Karno adalah sosok yang gemar membaca, karena itu perpustakaan, museum dan makam dijadikan dalam satu kompleks.
Ah ya, kami sempat berfoto-foto di depan patung besar Bung Karno yang sedang membaca.


Begitu masuk museum , bau buku dan kamper langsung menyambut kedatangan kami. Aura adem dan nyaman sangat terasa. Setelah mengisi daftar tamu, kami mulai masuk menyusuri lorong di sekitar rak buku.
Beberapa buku yang sudah dibaca ada di atas meja. Luar biasa, buku- buku yang sangat bagus. Kebanyakan buku sejarah, ataupun tokoh baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Ketika jam sudah menunjukkan jam setengah dua kami bergegas mencari mushola untuk sholat Dhuhur.
Sesudah sholat rencananya kami langsung menuju makam yang tidak jauh dari perpustakaan.

Untuk menuju makam kami harus melalui beberapa tangga naik. Ternyata di area makam baru saja ada acara, dan ketika kami tiba di sana ada kesibukan pembongkaran tenda- tenda sesudah dipakai acara di pagi harinya.
Dari baliho besar yang ada di depan makam, di bulan ini ada acara Haul ke 55 Bung Karno. Tiga acara besar dalam haul tersebut diadakan pada tanggal 6, 20 dan 21 Juni.

Acara meliputi doa dan tahlil, kenduri brokohan, selametan Akbar, pagelaran wayang kulit, pengajian dan ziarah nasional.
Sebagai catatan Bung Karno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul tiga, saatnya kami harus meninggalkan lokasi menuju destinasi berikutnya. Apalagi langit sudah tampak mendung.
Sebelum balik ke mobil kami sempat berfoto-foto dan membeli asesoris kecil- kecil seperti gelang, cincin dari manik-manik pada pedagang yang berjajar di sepanjang jalan.

Berjalan-jalan di Perpustakaan, Museum juga area Makam Bung Karno ini membuat kita bisa begitu merasakan aura semangat, perjuangan dan kegigihan Sang Proklamator.
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri
Bung Karno
Semangat dan cita-cita yang tak henti menginspirasi generasi masa kini agar tetap gigih dalam perjuangan untuk menghadapi berbagai macam tantangan yang ada.
Ya, kita semua terus berjuang. Meski dalam bentuk yang berbeda dengan masa Bung Karno dulu, tidak berarti perjuangan kita lebih ringan, bahkan bisa jadi lebih berat.

Bukankah Bung Karno sendiri pernah mengatakan bahwa, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”