Catatan Kecil di Kala Hujan, Dari Atap Bocor hingga Listrik Njeglek

Di musim penghujan seperti ini, tiap hari jelang jam dua siang, sudah bisa dipastikan  Malang akan tertutup mendung. Beranjak menuju jam tiga, mendung berubah jadi hujan yang langsung membasahi kota.

Jas hujan, jaket adalah dua hal yang tidak boleh dilupakan. Lebih lebih tiap hari saya pulang jam tiga sore. 

Perjalanan pulang ditemani hujan adalah hal yang biasa. Jalanan macet, karena jam pulang sekolah atau bekerja, ditambah dengan galian di beberapa ruas jalan karena perbaikan gorong-gorong membuat perjalanan saat hujan terasa lebih lamban.

Berkendara di saat hujan tidak masalah, namun demikian jika hujan deras sekali atau disertai petir saya lebih baik menunggu di sekolah. Ya, demi keamanan, karena banyak pohon-pohon tua di sepanjang jalan, yang rawan sekali jika diterjang hujan deras.

Bisa roboh atau patah dahan yang bisa membahayakan pengendara yang lewat.

Datangnya musim hujan selalu diharapkan. Ya, hujan adalah rahmat. Ada keberkahan dalam tiap tetesan air hujan.

Meski demikian sering juga timbul masalah jika hujan terlalu deras. 

Menurut Prediksi BMKG Musim Hujan 2025/2026 di Indonesia akan mengalami puncaknya  di sekitar bulan November hingga Desember. Orang Jawa sering menamakan Desember itu artinya gedhe-gedhene sumber (mata air sedang dalam kondisi yang paling besar). Makanya bulan-bulan ini seolah tiada hari tanpa hujan.

Malang di kala hujan, sumber gambar : InfoMalang.com

 Masalah klise yang timbul di rumah saya saat hujan yang terlalu deras adalah adanya kebocoran di titik titik tertentu. Maklumlah rumah sudah lawas, lama tak direnovasi, gentengnya gampang melorot 

Belum lagi dengan ulah kucing yang suka kejar-kejaran di atas genting. Kalau di atas ada “glodhakan” alamat ada genting melorot lagi. Jika sudah demikian pasti kami akan meminta tolong pada Pak Anto tukang langganan kami untuk menata genteng  ditambah melakukan perbaikan-perbaikan kecil yang lain.

Ada satu peristiwa yang membuat kami  minta bantuan Pak Anto di bulan November ini, dan ini bukan masalah bocor.

Ketika itu hari Minggu. Hujan sangat deras dan petir bersahut-sahutan. Lewat grup-grup pertemanan informasinya hujan deras merata di mana mana.

“Medeni ya Le,” kata saya ketika membaca di ruang tengah bersama anak saya.

Hujan yang begitu deras membuat atap kamar atas yang terbuat dari galvalum menimbulkan suara yang ‘ramai’.

“Duaaar..!” Sebuah petir mengagetkan kami.

“Hape dimatikan!” kata saya.

Ngeri rasanya mendengar suara petir sedahsyat itu. Katanya pas hujan berpetir kita tidak boleh hape an. 

Tak lama kemudian..

“Dhuaaar,” sebuah petir yang lebih keras membuat kami terkejut.

“Astaghfirullah,” teriak saya.

Dan “sreeet!” tiba- tiba lampu mati. Sekilas tadi saya seperti melihat secercah cahaya di belakang kulkas.

Hari itu masih menunjukkan pukul tiga, tapi suasana rumah gelap seperti Maghrib.

“Coba cek ke depan!” 

Anak saya segera melakukan pengecekan. 

MCB (Mini Circuit Breaker) adalah perangkat keamanan yang berfungsi untuk memutus aliran listrik secara otomatis ketika terjadi kelebihan beban (overload) atau korsleting (hubungan singkat.

MCB, dokumentasi pribadi

“Ooh, njeglek!” kata anak saya ketika melihat MCB dalam posisi “off”. 

Begitu tombol di “on” kan ternyata listrik njeglek lagi.

“Ada yang konslet, Le,” 

Ya, pengalaman saya kalau MCB tidak bisa di “on” kan berarti ada yang konslet.

Saya segera menelepon tukang langganan dan memintanya untuk datang ke rumah.

“Nunggu terang, nggeh,” kata Pak Anto

“Nggeh,”

Akhirnya sore itu kami tidak bisa berkegiatan seperti biasanya.

Hujan deras ditambah lampu mati, sumpek sekali rasanya. Mau ke dapur untuk sekedar merebus air atau memasak jadi enggan.

Untungnya habis Maghrib Pak Anto datang dengan membawa sebuah senter besar. Aih, orang yang  benar benar kami tunggu.

Tanpa banyak cakap, setelah tahu masalahnya Pak Anto mulai memeriksa aliran listrik, lampu lampu termasuk kabel televisi dan kulkas di rumah. 

“Tolong semua lampu dan alat listrik di “off” kan. Steker dicopot semua,” kata Pak Anto pada anak saya.

Sesudah semua di “off” kan, Pak Anto menghidupkan MCB. Aman. Tidak “njeglek” seperti tadi.

“Nah, sekarang kita hidupkan lampunya satu persatu mulai dari ruang tamu,” katanya

Anak saya menghidupkan lampu satu persatu. Jika tidak “njeglek” berarti aman, jika “njeglek” berarti lokasi konslet ada di situ.

Setelah semua lampu dihidupkan, ternyata  aman, nah giliran terakhir mau menghidupkan kulkas ternyata anak saya mendapati stop kontak kulkas hangus separo. 

“Berarti lokasi konslet ada di situ,” kata Pak Anto.

Memperbaiki stop kontak, sumber gambar: Empat Pilar.com

MCB kembali dimatikan dan Pak Anto membongkar stop kontak sementara anak saya bagian membawa senter.  Setelah dibetulkan akhirnya semua teratasi.

“Ini kabelnya terlalu kecil untuk kulkas Mbak, harus diganti,” katanya.

Menurut Pak Anto sambaran petir dapat menciptakan lonjakan tegangan listrik yang sangat besar dan jika ukuran kabel terlalu kecil maka ia akan terbakar.

Oh, makanya tadi pas hujan deras suara “sreeet…. !” sebelum mati lampu muncul dari arah kulkas, pikir saya.

Saran Pak Anto berikutnya kami harus mengganti kabel kabel yang tidak sesuai ukurannya supaya lebih aman.

Tipsnya lagi jika terjadi korsleting dan MCB mati atau “njeglek” adalah :

1. Cabut semua peralatan elektronik. Cabut semua steker dari stop kontak, terutama jika kita  curiga ada salah satu peralatan elektronik yang rusak.

2.  Periksa dengan hati-hati kabel-kabel di sekitar area yang bermasalah. Cari tanda-tanda kerusakan seperti kabel yang terkelupas, terbakar, atau sambungan yang longgar. 

3. Periksa juga stop kontak, sakelar, dan kap lampu. Jika ada yang meleleh atau terlihat rusak, segera perbaiki atau ganti. 

4. Ganti atau perbaiki bagian yang rusak dan sebaiknya menghubungi ahlinya.

“Matur nuwun, Pak Anto,” 

Kami mengantar Pak Anto sampai pintu ketika semua sudah beres.

“Sami-sami,” 

Pak Anto segera pulang menembus gelapnya malam. Hujan masih turun rintik-rintik.

Sungguh hari yang luar biasa. Hari itu kami mendapat pelajaran berharga agar waspada dengan berbagai kejadian ketika hujan deras. Hari ini tidak ada masalah bocor, ternyata ganti masalah listrik.

Di akhir tulisan ini saya ingin mengutip doa yang diucapkan Nabi ketika hujan turun. 

Allahumma shoyyiban nafi’an” yang artinya “Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat”. Ya, semoga hujan yang turun membawa kebaikan dan keberkahan bagi kita semua.

Sekedar berbagi cerita, salam hangat 😊

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

2 views