Srimulat, Bahwa Melawak Memerlukan Kerjasama dan Kekuatan Karakter

Sumber gambar: IDN Times

Layar dibuka. Seorang pembantu rumah tangga dengan membawa kemoceng dan berkalung serbet sedang asyik bersih-bersih di ruang tamu. Tidak hanya tangannya yang bekerja,  mulutnya juga terus bekerja alias menggumam, mengeluhkan sikap majikannya (Bahasa Jawa: ngrasani).  Yang dibicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan buruk majikannya.

Biasanya yang paling dijadikan bahan rasanan adalah sifat majikan yang pelit, atau suka bertengkar dengan istrinya.

Tak berapa lama ketika asyik ngomong sendiri tiba-tiba majikan perempuan datang.  Majikan perempuan ini biasanya cantik,  manis,  berkebaya dan bersanggul.  Diam diam pembantu ini naksir pada majikan perempuannya.  Dari sini muncul dialog yang ger- geran.  Baik ucapan ataupun tindakan selalu mengundang tawa.

Demikian sekilas pembukaan acara lawak Srimulat.  Acara yang menjadi favorit baik tua maupun muda.  Lawak yang pernah mengalami kejayaan di masanya. Acara lawak biasanya dibuka dengan instrumen yang begitu khas,  suara orang bertepuk tangan dan setting panggung yang menggambarkan ruang tamu. 

Srimulat adalah grup lawak yang didirikan oleh Teguh Slamet Rahardjo dan istrinya yang bernama Srimulat tahun 1950 di Surakarta dengan nama Gema Malam Srimulat.

Pada awalnya Gema Malam Srimulat adalah kelompok seni keliling yang melakukan pertunjukan dari satu kota ke kota lain dari Jawa Timur sampai Jawa Tengah. Srimulat memulai lawakan pertama mereka pada 30 Agustus 1951.

Pada tahun 1961 grup ini mulai menancapkan kakinya di THR Surabaya dengan nama Srimulat review. Meski  ada beberapa  grup  lain yang menyampaikan kritik social lewat lawak, Srimulat tidak ikut terbawa arus.  Dalam lawakannya Srimulat benar-benar hadir untuk menghibur dengan membawa subkultur Jawa. 

Dalam perkembangannya Srimulat akhirnya bisa mendirikan cabang-cabangnya di Jogja,  Semarang,  Surabaya dan Jakarta.

Srimulat mempunyai banyak pemain dan komposisinya selalu berganti-ganti.Walau demikian lawakannya selalu lucu dan mengena di hati. 

Sumber gambar: Kompaspedia.com

Meski materi lawakannya sering diulang-ulang , grup lawak yang dikomandani oleh Asmuni,  Bambang Gentolet,  Didik Mangkuprojo , Tarzan, Paimo , Tessy,  Isye dkk ini sangat sukses mengocok perut penonton dikarenakan para pemainnya yang memiliki karakter yang kuat.

Bambang Gentolet dengan gayanya yang ‘lholak-lholok’,  Didik Mangkuprojo yang sok ilmiah,  Asmuni dan Tarzan yang sok bijaksana , Isye yang genit dan menggemaskan dan Tessy yang wow,  sungguh merupakan perpaduan yang memberikan  hiburan hampir di setiap akhir pekan.

Selain masalah-masalah  dalam rumah tangga, Srimulat juga pernah mengangkat kisah horor.  Yang paling saya ingat ada satu episode horor yang berjudul Suntikan Darah Drakula dengan pemeran utamanya Paimo. Saat menonton acara tersebut kami anak-anak kecil sampai menjerit-jerit ketakutan tapi sambil tertawa terpingkal-pingkal. 

Bisa ditebak esok harinya cerita horror tersebut menjadi bahan pembicaraan yang ramai di sekolah.  Saat itu stasiun TV cuma satu,  sehingga kami pasti menonton di channel yang sama yaitu TVRI.

Di televisi biasanya acara Srimulat tampil sendiri,  atau sering juga disisipkan dalam acara Galarama. Acara hiburan musik dari TVRI Surabaya saat itu.

Ada masanya dimana Srimulat mengalami pasang surut. Namun sejak pentas kembali di sebuah stasiun televisi swasta Srimulat kembali lagi pada kejayaannya.

Beberapa pemain Srimulat bahkan ada yang menjadi selebriti.  Sebutlah Nunung, Gepeng,  Kadir, Doyok, Basuki jugaThukul.

Proses regenerasi dalam Srimulat berjalan terus. Seiring berjalannya waktu pelawak yang lama satu demi satu mulai pensiun.  Entah karena sudah tua atau meninggal dan digantikan oleh pelawak-pelawak baru yang tak kalah lucunya.

Berbeda dengan lawakan stand up komedi lawakan Srimulat mengandalkan kerjasama antar pemain si dalamnya.  Saling memberi umpan adalah cara untuk menciptakan dialog-dialog lucu di dalamnya.  Karena itu tak heran jika pemain Srimulat tampil solo tidak akan selucu saat tampil bersama.  Sebab kekuatan grup ini adalah pada kebersamaan yang bisa saling melengkapi.

Ya,  dari Srimulat bisa diambil pelajaran bahwa yang diperlukan dalam melawak tidak sekedar lucu,  tapi perlu juga adanya kerjasama dengan tetap menguatkan karakter masing-masing personil.

Yuli Anita

Leave a Comment

Your email address will not be published.

17 views